BAB DUA PULUH EMPAT

2.3K 422 7
                                    

"Aku menyadari satu hal," kata Norah mengisi keheningan di antara mereka yang sedang berjalan menuju Gedung Annex. Ares sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun dan menggendongnya dengan kuat. Pria itu memiliki perawakan yang jauh lebih kecil dibandingkan Reginald Escara, tapi Norah merasa aman dan stabil selama Ares menggendongnya melewati taman menuju gedung terjauh dan terpencil kampus.

"Y-Ya?" tanya Ares menunggu apa yang akan Norah katakan kepadanya.

"Kamu tidak tergagap ketika marah. That's the only time you don't stutter," kata Norah kepada Ares. "Kamu memarahiku ketika aku membakar lemarimu dan tadi ketika kamu berbicara kepada dua penjaga yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan baik. You'll be okay saying the game's cadence later on, Ares. Aku sudah menonton banyak pertandingan football dan ketika para quarterback meneriakkan strategi permainan mereka di tengah lapangan, mereka semua terlihat tegas dan yakin akan tim mereka. Aku percaya kamu akan melakukan hal yang sama—lebih baik menurutku. If you can be mad at me and the two guards, you can lead your team, itu yang kusadari."

Ares terdiam dan tidak menanggapi Norah sama sekali. Sehingga Norah berpikir pria itu sama sekali tidak menyadari kemampuannya berbicara tanpa tergagap. Lalu Norah bertanya, "Apa kamu menyadarinya, Ares?"

"A-Aku tidak yakin," kali ini Ares menjawabnya.

"Apa kamu berpikir kamu selalu tergagap ketika berbicara?"

"Y-Ya," Ares menjawab. "I was always the kid that couldn't talk. I had a speech delay when everyone starts talking. Ibuku menjadi panik dan berpikir aku tidak bisa bicara. Beberapa terapis bicara mencoba untuk membantuku. I ended up stuttering for some reason. But it's better than not talking, right?"

"Tergagap bukan hal yang buruk," kata Norah kepada Ares.

"But a quarterback that stutters is bad, right?"

"A quarterback needs to look tough and strong. He needs to be unbreakable in that field and with ten men around him, he'll need everyone to listen so he can protect the ball at all cost. Kalau kamu tergagap di lapangan, hal pertama yang disadari tim lawan adalah ketidakpercayaan dirimu akan timmu sendiri. You'll be a laughing stock for them. Di dunia ini, lawanmu akan mencari kelemahanmu, Ares. You, stuttering, is a weakness. We can't change you, but we can hide the fact you stutter.

"Apa yang coba aku katakan adalah ketika kamu mengatakan cadence-mu, katakanlah dengan amarah yang menggebu-gebu. Seperti kamu memarahiku dan dua penjaga tadi," jelas Norah kepada Ares.

"Aku tidak bermaksud marah kepadamu—"

"Aku pantas dimarahi karena kebodohanku," kata Norah kepada Ares. "I would also be furious at whoever set fire to my dorm room."

Kalau Norah menyadari kapan Ares tidak lagi tergagap ketika bicara, Ares sekarang menyadari apa yang wanita itu sangat takuti. "You're scared of the dark, that's why you set fire to my dorm room," kata Ares yang akhirnya tahu kenapa wanita itu mengambil langkah ekstrem dengan menyalakan api di dalam lemarinya.

Norah menjadi terdiam kembali dan tidak mengatakan sepatah katapun setelahnya. Ares memecahkan keheningan di antara mereka sekali lagi dengan berkata, "Mendiang adikku, Libby, ia juga sangat takut akan gelap. She's will always put her lights on in her room. Tentu saja aku, kakakku, dan adik-adikku suka mengganggunya. Kami akan membuka pintu kamar Libby dengan sangat tiba-tiba dan dengan cepat mematikan lampunya. Libby akan berteriak dan menangis. Ibuku akan memarahiku dan semua anak laki-lakinya. Libby was our princess."

"..."

"..."

"I don't have brothers that turned off my light to make me scared," kata Norah. "Keadaanku tidak sama dengan Libby-mu."

"Aku tidak pernah mengatakan keadaanmu sama dengan Libby. Talking about her is what my therapist recommended me to do. Aku... mengidap bulimia karena kematian Libby. I can't eat because all I can think about is Libby's dead body hanging from her bedroom ceiling. Aku melihat tubuhnya tergantung dan hal pertama yang kulakukan adalah memuntahkan isi perutku. Setelah hari buruk itu aku tidak bisa makan apapun. All I can think was the sense of throwing up. It was almost comforting.

"Jadi terapisku mengatakan kepadaku untuk membicarakan Libby. Perlahan-lahan aku harus membicarakannya. I'm just saying maybe you should talk about what makes you scared."

Norah mendengus dan berkata kepada Ares, "Not everyone can pay an expensive therapist to talk to, Ares."

"You can talk to me."

"No, thanks. Who are we again? Friends?" tanya Norah dengan sinis.

"Even strangers can have something in common, Norah."

"No," jawab Norah dengan tegas. "We're strictly business."

Ares mengangguk, "Sorry if you took it the wrong way then."

"Kamu sudah cukup mengetahui terlalu banyak mengenai hidupku. Aku tidak perlu kamu tahu lebih banyak lagi. Thisknowing my home and my mom, can you keep it a secret?"

"Aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun, Norah."

"Promise me."

"I promise."

Langkah kaki Ares sekarang berhenti tepat di depan Gedung Annex—gedung yang terlihat sangat berbeda dan hampir tidak seperti kampus Harvard. Gedung itu terlihat seakan-akan dilupakan oleh banyak orang dan tersimpan banyak rahasia di dalamnya. "Norah?" suara seorang wanita memanggil Norah dari pintu masuk gedung.

"Eomma?" Norah menjawab dan Ares sekarang melihat ibu wanita itu berjalan mendekati mereka. "Turunkan aku," kata Norah yang sekarang terdengar panik.

"Ta-Tapi...."

"Turunkan aku—"

"Norah? Apa kamu terluka? Kenapa kamu digendong oleh pria ini?" tanya Sarah Kim yang menyipitkan matanya ketika melihat Ares tengah menggendong anak perempuan satu-satunya. Wanita itu mengenakan pakaian staf pembersih kampus dan kardigan lusuh yang terlihat memiliki banyak lubang.

"Eomma, aku tidak terluka. Ini—pria ini—bukan siapa-siapa," kata Norah, tapi bagaimanapun wanita itu mencoba untuk mendorong tubuhnya dan menurunkan dirinya sendiri dari gendongan Ares, pria itu dengan kuat memegangnya dan tidak membiarkannya turun.

"Miss Kim? I'm Ares Escara," kata Ares kepada ibunya. "Anak Anda cedera dan kakinya terkilir. Saya hanya membantunya pulang."

"Norah is a friend of yours?"

"No."

"That what is your relationship with my daughter? Karena kalau bukan teman, Anda terlalu baik untuk membawanya pulang dan menggendongnya," tanya Sarah kepada Ares

"Strictly business," kata Ares mengulangi kata-kata Norah kepada ibu wanita itu.

Shall We Dance? | CAMPUS #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang