BAB SERATUS EMPAT PULUH SEMBILAN

1.5K 315 10
                                    

Nicholas Escara bersama dengan teman-temannya—Devon Shire, Marsh Gavin, Langston Sterling, dan Higgins Bernard adalah orang-orang terakhir yang meninggalkan acara luncheon yang dibuat khusus untuk Norah. Mereka menghabiskan kota piza Alfredo's terakhir dan berdiri dari kursi. Lalu kelima pria bertubuh besar itu mendekat kepada Ares dan Norah yang sedang sibuk tertawa berdua di ujung meja.

"Okay, we're heading out love birds," kata Nick kepada kakaknya dan Norah. Keduanya mendongak dan sama sekali tidak memedulikan Nick. Devon Shire salah satu teman Nick memegang bahu pria itu, "Let's go, let them have their moment. Ayo kita cari wanita yang akan menghibur kita."

Nick menggeleng dan menepiskan tangan Devon, "Nah, I'm going to Rory's."

Devon dan teman-temannya yang lain memutar kedua bola mata mereka mendengar kegigihan Nick yang ingin bertemu dengan Rory yang telah memiliki tunangan. "Man, Rory doesn't like you. When are you going to stop chasing her?"

"When she's finally mine," kata Nick. Mereka berpamitan dengan Norah dan Ares dan meninggalkan stadion Harvard mencoba membuat Nick mengerti kalau banyak wanita lain selain Constance Rory.

Norah menyipitkan matanya dan bertanya kepada Ares, "Rory?"

Ares mengedikkan bahunya, "Aku tidak tahu siapa Rory, Bugs. Jangan tanyakan kepadaku."

"Oh, ya, aku lupa kalau Ares Escara hanya tahu dua hal—math and football."

"Three actually," kata Ares memperbaiki Norah.

"Tiga?" Norah bertanya dan ia menyipitkan matanya dengan penasaran.

"You, math and football, Bugs," kata Ares yang sekarang mendekatkan tubuhnya untuk mengecup bibir Norah. "Semua orang sudah meninggalkan kita, Ares," kata Norah yang menyadari kalau stadion sudah kosong dan mereka ditinggalkan berdua.

"That's okay," kata Ares dengan santai.

"That's okay? Who's going to clean up this mess?" tanya Norah kepada Ares.

"Us?" jawab Ares dengan polos.

Norah membelalakkan matanya dan bertanya, "Apa kamu serius?"

Ares mengangguk dan bertanya, "Apa aku harus memanggil semua orang kembali?"

Norah melihat ke meja yang sudah berantakan dengan sisa makanan dan kursi-kursi yang ditinggalkan dengan sembarangan. Lalu ia menatap Ares dengan marah, "Do you think we can clean all this up—just the two of us?"

"I can do it, while you wait...."

"Ares Escara!"

"Okay, you sound angry," kata Ares yang menebak emosi wanita itu kepadanya.

"No, Ares, I'm happy," kata Norah dengan sarkasme dan Ares terlihat bingung. "I'm of course angry, Ares Escara," Norah memperjelas kata-katanya kepada pria yang terlihat tidak mengerti sama sekali.

Ares Escara sekarang terlihat merasa bersalah dan berkata, "I can totally clean up all of this mess by myself."

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendiri, Ares," kata Norah. "God, if I'm not in love with you, I would leave you here alone because I'm fumming—"

"Apa?" tanya Ares kepada Norah.

"I am fumming—"

"Tidak, katakan lagi."

"I'm angry, Ares Escara—"

"Not that part," kata Ares. "The part where you said you love me."

Norah seketika berdiri dan mulai mengambil piring-piring kertas yang dipakai untuk memakan piza, menghindari pria itu. Ares terkekeh dan berdiri dari tempat duduknya, lalu mengikuti kemana Norah berjalan dan mulai terlihat sibuk. "Do we really need to clean up now or are you avoiding me, Bugs?" tanya Ares dengan nama panggilan kesayangannya kepada Norah. His ladybug.

Norah berjalan dengan cepat memastikan Ares tidak bisa mengejarnya. Ketika Ares memutuskan untuk menarik tubuh Norah ke dekapannya, wanita itu berlari dan mereka sekarang mengelilingi meja di tengah stadion bermain kejar-kejaran. Ares berteriak kepada Norah, "Aku baru tahu kalau seorang Norah Imogen adalah pengecut."

Norah berhenti berlari karena sekarang Ares berada diseberangnya dan mereka terpisahkan oleh meja panjang di tengah, "Aku? Pengecut? Enak saja, Ares Escara."

"Then say it, say the words again. I want to hear them loud and clear, Bugs."

"What words?" goda Norah kepada Ares.

Pria itu dengan sabar tersenyum hangat dan lebar kepadanya, "Three words, Norah."

Norah sekali lagi berlari dan berkata dengan tawanya yang renyah di telinga Ares, "Catch me if you can and I'll say the three words for you, QB. To the endzone?"

Norah sekarang berlari ke arah endzone—garis akhir pada lapangan football dimana para pemain biasanya mencetak poin touchdown dan Ares Escara mengejarnya. Keduanya tertawa dan Ares Escara mengejar wanita itu dan menangkapnya tepat di garis endzone. "Touchdown!" bisik Ares dengan napasnya yang terengah-engah kepada Norah yang sekarang berada di dekapannya.

Norah membalikkan tubuhnya dan memeluk pria itu, "Oh, no, the quarterback is very good with his strategy today."

"Norah Imogen, are you going to tell me your feelings now?"

Tangan Norah sekarang berada di seputar leher sang quarterback sekarang dan mata mereka bertemu ketika ia mendongak, "I love you, Ares Escara. I loved you from the day I saw you played in this field alone. I loved you since then and more today. I love you as a nerd mathematician and a quarterback, but I love you more as you, Ares Escara. You saved me from myself, thank you for loving me back."

Pada saat itu gemuruh petir terdengar dan di atas mereka langit menjadi gelap. Rintik hujan turun begitu saja dan tanpa mereka sadari. Keduanya menatap ke langit gelap di atas mereka dan tertawa. "It's raining, Bugs," kata Ares yang memeluk Norah dengan erat. Pemilik mata biru itu menatap Norah dan berkata lagi, "Shall we dance under the rain, Norah?"

Rambut merah Norah terlihat basah sekarang bersamaan dengan gaun wisudanya, "Under the rain, Ares?"

"Under every rain this life will brings us to, Norah Imogen."

Shall We Dance? | CAMPUS #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang