BAB SEMBILAN PULUH DELAPAN

2.1K 490 44
                                    

Norah mencoba untuk berdiri, tapi setiap kali ia mencoba menegakkan tubuhnya dan kakinya ia akan terjatuh dan membuat dirinya sendiri kelelahan. Setelah ia mencoba berkali-kali, ia berada di tempat ia terjatuh semula, tidak bergerak dan terasa semakin jauh dari Alfredo's. Norah memukul kursi stadium dengan kesal dan memarahi dirinya, "Norah, ayolah!"

Ia mencoba lagi dan lagi, sampai ia berkeringat dan menghabiskan sisa tenaganya. Norah tahu sekarang kalaupun ia bisa berdiri dan berlari sekarang, ia akan terlambat dan tidak akan pernah sampai di Gedung Annex membawa sekotak piza untuk ibunya.

"Eomma," bisik Norah. "Aku ingin melihatmu...."

Norah menitikkan air matanya dan berteriak dengan kesal. "Why is the world so mean to me?!"

Stadium kosong itu hanya membalasnya dengan suara gemanya sendiri. Norah memukul kursi stadium berulang kali karena rasa frustrasinya. "Please! Please! Please! Let me stand up and see her face one last time!"

"Norah, naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu," suara itu mengejutkannya, tapi pada saat bersamaan menenangkannya. "Ares?" bisik Norah.

"Aku akan menggendongmu sekarang, Norah" kata Ares yang membalikkan tubuhnya agar Noah dapat naik ke punggungnya. "Ayolah, kamu tidak akan mungkin bisa berjalan sendiri. Aku sudah terbiasa dengan berat tubuhmu di belakang punggungku. Ingat, aku yang selalu menggendongmu?"

Norah tidak bergerak dari tempatnya sampai Ares menatapnya kembali dari balik punggung pria itu. "Norah?"

"I need to see her, Ares."

"Siapa?"

"Eomma. Aku ingin memberikannya sekotak piza Alfredo's sebelum ia pergi. But I'm going to be late."

"Oke," kata pria itu tanpa ragu dan tanpa bertanya kepadanya kemana Sarah Kim akan pergi. "Let's get Alfredo's and meet your mom before she leave."

Norah mengangguk dan perlahan mendekat kepada pria itu. Perlahan ia naik ke punggung Ares dan pria itu mengangkatnya. Setelah Ares berdiri dengan Norah di belakang punggungnya, pria itu berkata, "Kalungkan lenganmu—entahlah, di leherku atau perutku, just grab a hold of me. Aku tidak ingin menjatuhkan dirimu karena setelah ini kita akan berlari, Norah."

Norah memutuskan untuk mengalungkan kedua tangannya diseputar leher pria itu. Detik berikutnya Ares Escara membawanya lari. Tubuh pria itu yang sekarang lebih besar dan kuat sekarang memiliki lebih banyak energi. Mereka keluar dari Stadium Crimson High yang kosong tidak lama setelah itu dan Ares berlari ke arah Alfredo's. Norah menemukan kehangatan pria itu menenangkannya dan harum tubuhnya yang ia kenali nyaman.

Tidak ada dari keduanya yang berbicara dan Ares sama sekali tidak kesulitan menggendong Norah melintasi taman kampus. Semua orang melihat mereka dengan tatapan penasaran dan aneh, membuat Norah menyembunyikan wajahnya di bahu pria itu.

Ares tersenyum kecil ketika menyadari wajah wanita itu berada di bahunya. Ia dapat merasakan napas hangat Norah di belakang punggungnya ketika ia terus berlari. Pria itu selalu menyakitkan dirinya, tapi hanya pria itu yang ada untuk menyelamatkannya.

Pahlawan yang membencinya.

Ketika mereka sampai di depan Alfredo's, Ares dan Norah melihat antrian panjang. Dengan napas terengah-engah, Ares bertanya, "Must it be Alfredo's?"

Norah mengangguk. "It must."

"Oke. Jam berapa ibumu akan pergi?" tanya Ares.

"In fifteen minutes from the Annex, we will make it, right?" bisik Norah dengan sedih.

"We'll make it, we'll try no matter what," kata Ares dengan tegas.

Norah terkejut ketika Ares terus membopongnya dan sekarang memasuki restoran memotong antrian, membuat orang-orang yang mengantri marah kepada mereka. Di tengah kerumunan Ares Escara berteriak, "Hey! Everyone's order is free if I can get first in line and get a box of pizza!"

Seketika kerumunan yang berbaris itu mengizinkan Ares untuk ke depan barisan dan Alfredo pemilik restoran itu memberikannya sekotak piza. "Bagaimana kamu akan membayar pesanan semua orang?"

"Aku akan kembali dan membayar semuanya, Alfredo," jawab Ares.

Alfredo terkekeh, "Apa semua laki-laki Escara akan selalu melakukan hal ekstrem ini untuk mendapatkan wanitanya? You're not the first, Ares Escara."

Ares hanya membalas Alfredo dengan berkatas serius, "I'll be back and pay for everything, Alfredo. I promised."

Norah mengambil kotak piza yang telah dibayar mahal oleh Ares dan berlari keluar secepat mungkin dari restoran Alfredo yang sangat ramai. "Hold tight, Norah."

"Okay," Norah berkata kepada Ares dan sekali lagi pria itu berlari secepat mungkin kali ini ke arah Gedung Annex.

Ares mengerahkan semua tenaganya dan Norah tahu pria itu sudah berusaha untuk tepat waktu. Ketika mereka sampai, waktu menunjukkan pukul empat lebih lima menit dan Norah meminta Ares untuk berlari ke arah kamar mereka. Ketika Norah membuka kamar kecil itu, ibunya tidak berada disana dan ranjangnya terlihat rapi. Barang-barangnya yang tidak banyak juga hilang dan tersisa barang Norah di lantai. Kamar itu terlihat sama, tapi berbeda. Sesuatu berubah. Seakan-akan Norah diberitahu kalau ibunya telah pergi.

Norah menjatuhkan kotak piza yang ia pegang ke lantai dan menyembunyikan dirinya yang kembali menangis di punggung Ares. "She's didn't wait for me, she's gone," gumamnya.

"..."

"..."

"She couldn't wait for me."

"..."

"..."

"Eomma, I bring you a box of your favorite pizza. Why couldn't you wait for me?"

Shall We Dance? | CAMPUS #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang