BAB EMPAT PULUH DUA

2.4K 407 31
                                    

"Are we clear?" tanya Nara kepada Norah. Seketika keadaan berbalik dan Norah merasa ia tidak lagi memegang kendali atas pembicaraan mereka.

"We're clear," kata Norah kepada Nara.

"Tidak semua orang sepertimu, Norah," kata Ares. Norah menatap Ares dan mengangguk, "You're right, tidak semua orang sepertiku. Sekarang aku ingin mendengar apa yang telah dipersiapkan Nara."

Nara mengambil kesempatan itu untuk berdiri dan menaruh proposal yang telah ia buat kepada Norah. "Here, we'll read it through together. Setiap halaman sudah aku ubah dari proposal terakhirmu sesuai dengan kalkulasiku. Sekarang semua nama-nama calon anggota tim Crimson High sesuai dengan peringkat. Aku menggunakan dua perhitungan—satu aku melakukan kalkulasi stats para pemain di bidang olahraganya terlebih dahulu dan aku melakukan konversi kalau mereka bermain football. Dua, aku melakukan kalkulasi kemampuan mereka dengan Ares sebagai quarterback. The list changes a lot. Bacalah, aku ingin kamu mengatakan kepadaku kalau aku keliru."

Norah mengambil proposal yang yang diberikan Nara dan mulai membacanya.

Belum sempat Norah membalikkan lembar berikutnya atau membaca proposal sampai selesai, Nara telah memutuskan untuk menjelaskan kepada semua orang, "I think we should approach Ezra Thomas terlebih dahulu, ia adalah atlet dengan stats tertinggi hanya saja ia takut air."

Norah tertawa mendengus, "He's scared because his girlfriend drowned in the lake, Nara. Apa yang membuatmu berpikir Ezra akan terlebih dahulu ingin menjadi bagian dari tim Crimson High?"

"His stats of course. He's too late to join the swimming team, his only redemption is us."

"Us?" tanya Norah.

"Crimson High," kata Nara. "Maaf aku terlalu bersemangat."

"And Leonard Jacoby second? He's really bad at tennis."

"He runs faster than anybody in his team although he can't play. That's exactly the strength we need for a fullback, right? A fullback runs, so he is second because he can run the ball," jawab Nara terhadap pertanyaan Norah.

Nick mendekat kepada Norah dan berbisik, "Apa kamu tidak akan melawannya? Aku kira kamu akan berapi-api sekarang dan membuat keributan di tengah perpustakaan."

"I'm listening," kata Norah. Ia lalu menambahkan, "Aku bukan bodoh."

Nick mengedipkan matanya dan tersenyum, "I know. Just let us know if you need help."

"Jadi bagaimana menurutmu? Dan oh ya, you're thinking to reach out to Benjamin Monroe terlebih dahulu? He'll be last for sure."

"Why?" tanya Norah.

"Ben tidak bisa membedakan kiri dan kanan, Norah."

"Doesn't mean he's stupid."

"He'll be last Norah, because it will be hard and we just need him to say yes."

"What does that even mean?" tanya Norah tidak mengerti.

Nara lalu menjelaskan, "Apa yang membuatmu berpikir Benjamin Monroe, pria bertubuh sebesar seratus empat puluh kilogram akan mudah bergabung dengan Crimson High sebagai pemain pertama tim ini?"

Norah mendengarkan pertanyaan Nara dan bagaikan takdir, Benjamin Monroe, pria bertubuh besar dan tinggi berjalan melewati mereka. "Let's find out," kata Norah dengan senyum lebar. Ia mengambil tongkat jalannya dan tasnya. "Let's go, Ares."

Ares mendongak dari proposal yang Nara buat dan menatapnya, "Go?"

"Ya, ayo kita bicara dengan Ben sekarang."

"Now?" tanya Ares, tapi pria itu sudah berdiri.

"Ya," kata Norah. "Nick dan teman-temannya akan mendengarkan proposal Nara sampai selesai. Ya kan, Nick?" Norah mempertegas tiga kata terakhirnya kepada Nicholas Escara seolah-olah ia meminta adik Ares untuk membantunya. Nick dengan cepat mengerti dan mengangguk. "Tentu saja, kami akan mendengarkan proposal super penting, super jenius, dan super teliti ini. Kalian berdua pergilah."

Norah mengangguk dan untuk sesaat ia melihat Ares yang menatap Nara dengan tidak yakin. Sementara itu Nara menatap Ares seakan-akan memintanya untuk tetap tinggal dan raut wajahnya berubah kecewa ketika Ares berkata, "I need to go, you'll be okay with Nick and his friends? Good job on the proposal."

Pada saat itu Norah mempercepat langkahnya dan Ares berlari dari belakang, "We'll missed him out if we're at this pace," kata Ares kepada Norah.

"Okay, I'll walk faster—" kata Norah kepada Ares.

Ares menghentikan Norah dengan memegang lengan atasnya, "I'll carry you."

"Apa?"

"Benjamin Monroe, we need to talk to him. That's our mission, right?" tanya Ares. Pria itu tidak menunggu jawaban Norah dan berjongkok di hadapannya. "Ayo, Norah. Naiklah, akan kugendong."

Shall We Dance? | CAMPUS #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang