Bab 3- Kau Dapat Apa?

39 4 0
                                    


Apa yang kaudapat dari mencintai sehebat itu? I've nothing. Tak ada pertengkaran yang sengaja diumbar karena keegoisan diri, perdebatan pun sebisa mungkin kita hindari. Namun, kenapa kau meninggalkanku begitu saja tanpa pamit? Jikalau melakukan kesalahan, salahkan saja tak perlu menghilang dan menghapus semua jejakmu sehingga tak tersisa satupun. Pria berusia tiga puluh dua tahun itu terdiam di tempat, kaleng soda yang mulanya dingin kini kian bersuhu ruang, sedangkan isinya sudah hampir kandas. Tak heran jika sedang sendirian, over thinkingnya

"Phapa, num," panggil suara balita perempuan yang terbangun duduk di atas kasur lipat.

Pria dewasa yang duduk di kursi meja makan yang bersatu dengan dapur berbalik, segera bangkit mendekati kasur lantai tempat di mana putri Orel berada. "Sebentar, ya. Ini bayi kenapa manggil aku papa terus, sih?"

Pria yang mengenakan kaus santai itu kembali ke dapur demi membuatkan susu untuk Sheila sesuai notes yang ada di kaleng susu, ketika menggoyangkan botol susu untuk mengocoknya sembari berbalik, tetapi tak menemukan putri Orel yang akan mendapatkan seorang adik itu di sana.

"Baa!" Sheila muncul di bawah kaki Lyon sambil memegang kaki kirinya seraya tersenyum.

Lyon terkekeh melihat wajah lucu Sheila dan menunduk sebentar untuk menggendong putri Orel menggunakan tangan sebelah saja, lalu dibawa ke kasur lagi dan berguling memegangi botol susunya, saat berguling ke kanan dan bertemu muka dengan Lyon, bayi itu tersenyum dan mengulurkan tangannya yang berjari mungil.

"Aku ingin menikah denganmu dan punya anak darimu, Lyon!"

Lyon tertegun dengan wajah sendu. "Katamu kau mau punya anak dariku, tapi kau pergi meninggalkanku."

"Phapapa, apa?" tanya Sheila dengan logat cadelnya.

Lyon tak mau curhat dengan bayi yang tak tahu apa-apa, pun mengajak bayi Orel untuk mandi dan menelepon Orel untuk menanyakan kapan bayinya dijemput, sebab ia malam ini harus bertemu dengan seseorang untuk urusan pekerjaan. Sheila bayi perempuan Orel yang penurut, tak rewel meski jauh dari papa dan mamanya, justru memanggil orang lain dengan sebutan papa, seperti Lyon kali ini. Mengasuh bayi perempuan tentu berbeda dengan cara mengurus diri sendiri bagi Lyon, pria tiga puluh tahunan itu tampak kaku memandikan Sheila, tetapi berhasil mendadani bayi perempuan Orel dengan baik.

Lyon tengah menghangatkan makanan untuk Sheila yang telah disediakan Orel sembari meneleponnya, tetapi hingga mencoba menghubunginya ketiga kali barulah sambungan telepon terjadi.

"Lyon, apakah Sheila rewel?" tanya Orel di seberang telepon.

"Enggak, hanya saja nanti malam aku ada janji temu soal kerjaan, jemputlah dia."

"Sebentar, sebentar. Mau apa, Sayang?" tanya Orel terdengar bicara dengan istrinya.

"Mam, mam!" seru Sheila tiba-tiba sembari menoleh ke arah Lyon yang ada di dapur.

"Tunggu sebentar, ya," pinta Lyon yang juga sambil mengerjakan sesuatu.

"Lyon! Lyon, halo! Kau masih di sana 'kan?" panggil Orel di sambungan telepon.

"Hmm, yeah! Jemput jam brapa?" tanya Lyon memastikan.

"Mungkin jam 8 atau 9 malam, mertuaku masih di jalan, kalau sampai kujemput dan-"

"Jadi, aku membawanya ke luar?" tanya Lyon memastikan

"Mau gimana lagi, tak mungkin kubawa dia ke rumah sakit, Lyon," ujar Orel terdengar bingung.

"Ya sudah, nanti jemput dia ke rumah." Sambungan telepon diputus Lyon sebab denting microwave selesai memanaskan makanan untuk Sheila.

Sheila yang mencium aroma makanan buatan mamanya sebelum masuk ke rumah sakit untuk perawatan semasa kehamilan muda yang mabuk parah. Lyon sengaja tetap menaruh makanan itu di meja untuk didinginkan, meski Sheila merengek sembari meraih berdiri berpegangan pada kaki kursi meja makan sekalipun. Lyon duduk dan memangku Sheila memberi jarak agar tangan bayi perempuan Orel tak sampai meraih tempat makannya di meja.

Sweven Where stories live. Discover now