Bab 31- Kau Tahu Titik Baliknya

14 3 0
                                    

Angin malam menerbangkan helaian rambut panjang menjuntai luar pagar pembatas. Jepretan kamera beberapa kali membidik ke arahnya dalam beberapa sudut berbeda, wanita cantik mengenakan gaun putih bak princess kerajaan. Pria yang memegang kamera digital memeriksa tangkapan layar dan menggesernya dengan jempol.

"Cukup untuk malam ini," ujar pria itu sembari tangannya  menyambar jaket untuk menutupi bagian bahu wanita cantik itu.

Wanita di sana—Yvonne—menerima uluran tangan Wilf dan mengenakannya dengan cepat. "Trima kasih!"

Pria yang tak banyak bicara itu menyudahi rutinitas kegiatan kerja mereka, sementara pria lain yang berpostur tinggi menyodorkan cup minuman pad Yvonne. Cup berpindah tangan dengan cepat, bahkan segera berkurang isinya.

"Trims kopinya," ujar Yvonne sambil menoleh ke samping.

Pria jangkung itu mengangguk. "Entahlah, aku terlalu mendalami peran ataukah memang nyaman setelah jomlo berlama-lama. Trims juga sudah membantuku."

"Dia baik-baik saja 'kan?" tanya Yvonne tetap menoleh ke samping.

"Baik, hanya saja hancur."

Yvonne terkekeh, memalingkan wajah sembari menghela nafas melihat ke pemandangan suguhan alam malam ini yang menakjubkan. Kehidupan kota bisa dilihat jelas tanpa adanya kabut menghalangi, suara klakson kadang ikut meramaikan kesibukan kota meski sudah lewat pukul sembilan malam.

"Kenyataan memang pahit, yang manis hanyalah janji omong kosong."

"Kau benar!"

"Aku mau ganti pakaian dulu," pamit Yvonne sambil meneguk kopi panas yang sudah berubah hangat hingga kandas dan hendak berbalik membawanya ke dalam karena tak ada tempat sampah.

Tubuh Yvonne tak bergerak maju ketika berbalik, justru masih di tempat dan tubuhnya menjadi jauh lebih hangat.  Telinganya mendengar detak jantung bukan miliknya, punggungnya yang hanya dilapisi gaun dan jaket kini pun jauh lebih hangat karena sepasang tangan mendekapnya erat. Yvonne sebenarnya tak berani memalingkan wajahnya dari kenyamanan ini, tetapi perlu menyadarkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi secepat ini. Namun, ia tetap melakukannya dan kedua matanya bertatapan dengan manik Lyon yang menatapnya. Bibir Yvonne terbuka hendak berucap, tetapi sudah disumpal dengan bibir hangat Lyon. Yvonne mendelik menatap wajah Lyon dari jarak sangat dekat hingga bisa mencium aroma nafasnya. Yvonne reflek mendorong tubuh Lyon menjauh, tetapi justru dekapannya semakin erat dan pagutannya semakin menggebu. Wilf muncul dari dalam, bermaksud mengingatkan keduanya untuk turun, tetapi melihat pemandangan romansa itu menjadi urung.

Suara debuman pintu yang ditutup membuat Lyon melepas pagutannya, sungguh merupakan sebuah rasa yang sanggup membangkitkan sesuatu kiranya sudah hancur dan tenggelam nyatanya bisa utuh kembali. Keduanya menoleh ke sumber suara dan tak tahu harus bersikap apa menghadapi rasa malu yang kini membumbung tinggi.

"Kau gantilah dulu, kutunggu." Lyon meminta Yvonne masuk.

Yvonne mengangguk dan menghilang masuk, sedangkan Lyon masih di tempat melempar pandangan ke arah kota dan bising kendaraan kiranya sanggup menjelaskan perasaannya kini. Ketukan sepatu menyadarkan Lyon dan segera menoleh, Yvonne sudah berganti pakaian dan siap untuk pulang yang rencananya diantar Lyon. Lyon memimpin jalan dan saat sudah naik kendaraan pria jangkung itu membantu Yvonne naik dan roda dua kesayangan Lyon melaju mengantar pulang wanita cantik yang duduk di jok belakang sampai rumah dengan selamat.

"Trima kasih sudah mengantarku," ujar Yvonne tampak memberanikan diri menatap wajah Lyon.

"Aku tahu ada seribu pertanyaan di benakmu, bersabarlah aku akan menjelaskannya. Masuklah!" ujar Lyon lembut.

Sweven Where stories live. Discover now