Bab 4-Kau Tak Melihatnya?

27 6 0
                                    

"Tolong aku, tolong!" Seorang wanita berambut sepunggung menatap Yvonne di dalam air, tangannya bergerak meminta tolong entah dari apa dan karena apa? Yvonne tak mendengar apa pun selain suara wanita itu meminta tolong, lalu berganti dengan suara air yang memenuhi telinga.

Apakah aku bermimpi lagi? Lagi? Apakah memang terulang ataukah ini hanya hayalanku? Kenapa aku mengalami hal ini? Ada apa denganku? Bagaimana bisa aku berada di sini sedangkan terakhir kali aku berada adalah di depan tempat laundry saat gerimis turun siang itu? Yvonne tersentak, kepalanya terangkat dan melihat seorang wanita memakai mantel warna jahe terduduk di depannya dengan tubuh basah kuyup, menangis menatapnya, tetapi kepala Yvonne terasa sangat berat pun terjatuh di brankar. Namun, ia kembali tersentak bangun keringat begitu banyak di wajah dan lehernya makin membuat tubuhnya terasa basah. Kali ini, yang dilihatnya mempunyai suasana berbeda meski konteksnya masih sama, warna putih dan tampak seperti ada di rumah sakit.

Yvonne terbangun terduduk, mengerjab dan melihat perlahan apa yang ada di depannya, hening. Tidak-tidak, pendengaran Yvonne terasa menghilang, perawat dan suster terlihat bicara di angka dua, brankar-brankar penuh dengan pasien dan saling mengobrol entah dengan keluarganya yang panik ataukah dokter yang tengah memeriksa. Telinga Yvonne mendengar sesuatu seperti gelembung pecah dan suara-suara kesibukan yang dilihatnya masuk perlahan, termasuk suara seorang pria dewasa tengah menggendong seorang bayi perempuan dan tersenyum ke arahnya.

"Kau sudah sadar sepenuhnya sekarang?" tanya pria berhidung lancip di depan Yvonne.

"Ka-kau siapa?" tanya Yvonne.

"Kau tidak ingat apa yang terjadi?" tanya pria di depannya lagi.

"Yang mana? Seorang wanita minta tolong ataukah aku tenggelam diseret olehnya? Dia siapa sehingga bisa menarikku tenggelam?"

"Jika yang kau maksud tenggelam adalah terjatuh di kamar mandi restoran itu terdengar seperti keterlaluan. Kau sudah sadar 'kan? Sudah bisa pulang sendiri 'kan?" tanya pria di depan Yvonne mengatakan segala hal yang tak bisa dicerna sekaligus oleh Yvonne.

"Kau menjadi waliku? Kenapa?"

"Kau menunjukku di dalam toilet restoran dan semua orang mengira kita punya hubungan, kita tidak saling mengenal."

Yvonne menatap pria di depannya lekat-lekat. "Kita pernah tertukar menu di resto nasi sup iga 'kan? Pria cerewet tak suka daun bawang."

"Baiklah kalau kau sudah ingat rupanya. Aku bisa pergi," ujar pria yang menjadi wali Yvonne secara tak sengaja berbalik meninggalkan tempat.

"Kau sudah sadar rupanya, apakah masih terasa pusing?" tanya seorang suster mendekati brankar dan tatapan matanya menahan pria itu untuk tak pergi.

"Tidak, apakah sudah boleh pulang? Saya merasa baik-baik saja." Yvonne menunjuk punggung tangannya masih menerima cairan infus.

"Karena sudah tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, boleh diurus surat pulangnya oleh wali." Suster itu beralih ke sisi brankar lain dan menatap pria yang yang tak jadi pergi.

Pria yang masih menggendong bayi perempuan itu bergerak ke meja administrasi dan mengutarakan niatnya agar segera cepat selesai urusannya. Yvonne muncul tak berapa lama setelah surat pulangnya jadi, pun bisa keluar dari rumah sakit, hanya bayi perempuan di dalam gendongan yang paling ramah.

"Kuharap kita tak bertemu lagi, menyusahkan saja."

"Aku pun tak mengerti mengapa aku justru menunjukmu sebelum pingsan, seolah itu merupakan kode bahwa kau adalah waliku TTSDB."

"TTSDB?"

"Tuan Tak Suka Daun Bawang."

"Dan aku membawa bayi perempuan, inisialku makin panjang?"

Sweven Where stories live. Discover now