Bab 18- Kau Menolongku?

11 4 0
                                    

Percakapan tak hanya dilakukan sepasang manusia di tempat ini, tetapi ratusan pasang manusia lengkap dengan barang dagangan yang ditata rapi di kios-kios sederhana. Tawar menawar menjadi hal lumrah di sini, ada menyetujui harga yang ditawarkan, ada pula yang keberatan dengan harga ditentukan. Ya, jual beli terjadi pasar tradisional, barang ditawarkan beragam mulai dari sayur mayur segala rupa, daging, ikan, bumbu ataupun jajanan tradisional jarang ditemui di tempat lain ada di sini. Termasuk kue berbahan telur, tepung terigu dan ragi itu menciptakan aroma sedap karena beradu dengan mentega mengundang siapapun untuk datang mencicipinya. Wanita paruh baya yang membawa tas belanja anyaman berwarna magenta itu melihat asap membumbung tinggi beradu dengan aroma wangi kue di depan pelanggan yang berdiri melingkar.

Ia menengok dari kejauhan, tetapi yakin benar itu adalah aroma kue kesukaannya, pun berjalan mendekat. Penjualnya seorang pria muda dan sepertinya bukan warga lokal, tetapi logat bicaranya seperti warga pribumi bahkan terdengar fasih. Beberapa pembeli menerima pesanan mereka sekaligus membuat wanita itu maju dan menghadap langsung penjualnya.

"Seporsi rasanya cokelat dan keju saja," pesan wanita itu pada penjual kue.

"Seporsi rasa cokelat dan keju, oke!" ujar penjual mengulang pesanan wanita paruh baya di depannya.

Adonan berwarna kuning cerah itu dituang ke cetakan dengan porsi sama, lalu ditutup dan menunggu hingga matang. Sembari menunggu kue kesukaannya matang, wanita itu mengambil uang untuk membayar kue, sebenarnya penjual menyediakan kursi-kursi bagi konsumen menikmati kuenya, tetapi beberapa orang merasa tak nyaman makan ditemani suara berisik tawar menawar yang terjadi. Ya, sama halnya dengan wanita paruh baya yang mempunyai rambut pendek sebahu dan sering mengikatnya dengan karet kucir.

Seporsi kue ditukar dengan sejumlah uang pas dan dimasukkan ke tas belanja dari anyaman, lalu meninggalkan penjual kue untuk keluar dari pintu samping pasar tradisional itu. Jarak antara pasar dan tempat tinggalnya cukup jauh, biasa ia pergi menggunakan bus, tetapi ia ragu saat akan mendatangi halte dan memeriksa uang yang tersisa. Ia mendesah pasrah karena uangnya tak cukup untuk naik bus, pulang ke rumah bisa ditempuhnya dengan berjalan kaki melewati gang-gang kecil, hanya saja memerlukan waktu lama dan tenaga saja.

Langkahnya bertolak dari halte ke gang-gang kecil di sekitar pasar, di sana banyak dijumpai toko-toko menjual sarapan berat hingga ringan, ya kedai-kedai dan toko kelontong bisa dijumpai dengan mudah di gang tersebut. Ia meneguk saliva ketika melewati toko kelontong yang terdapat showcase di depan tokonya, minuman kemasan botol berjejer merayu ingin dibeli. Namun, wanita paruh baya itu menyadarkan diri jika uang yang dimilikinya minim, hanya cukup membeli sebotol minuman kemasan saja dan jarak tempuhnya jauh. 

Ia berhenti melangkah sebelum zebra cross, ya, perlu menunggu hingga lampu menyala hijau bergambar orang berjalan, pun buru-buru melangkah. Hari apes tak pernah tercantum di kalender, pegangan tas anyaman itu tiba-tiba putus dan barang belanjaan di dalamnya tumpah. Orang-orang yang menyebrang tak ada satupun peduli, mereka berjalan cepat ke tujuan masing-masing dan wanita tua itu memungut barang belanjaannya sebelum tanda aman bagi penyeberang berubah merah. Sepasang tangan cekatan memasukkan barang belanjaan ke keranjang yang putus pegangannya, lalu mengangkatnya sembari meminta wanita pemilik keranjang untuk berjalan cepat. Tepat ketika langkah mereka sampai di trotoar, lampu berubah dan kendaraan-kendaraan melintas.

"Terima kasih sudah membantu ibu," ujar wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung Clay dan Calley itu meminta tas belanjanya.

"Ini berat sekali untuk ukuran Ibu, kita duduk di sana dulu, yuk, Bu!" ajak wanita muda berambut panjang itu menunjuk dengan dagu.

Minimarket dua puluh empat jam yang memiliki beberapa bangku-meja adalah tempat ditunjuk wanita muda dengan dagunya tadi, ibu angkat Lyon itu mengekori dari belakang. Wanita muda itu menaruh barang belanjaan di kursi lain saat wanita tua itu duduk.

Sweven Where stories live. Discover now