Bab 21- Kau Akan Berkata Apa?

11 2 0
                                    

Wanita paruh baya yang sebenarnya merasa enggan disebut demikian itu muncul dari pintu tertutup, sepatu hak tingginya mengetuk lantai terdengar tak biasa dan sedikit melempar tasnya ke sofa. Pikirannya sibuk mencerna apa yang telah terjadi saat menemui pria yang berusia lebih muda darinya, tetapi tahu seluk beluk kehidupan masa lalunya dengan sangat baik!

"Bagaimana bisa dia tahu semuanya!" Wanita bernama Rebeca itu sibuk meremas jarinya.

Rebeca bangkit dari sofa, tak suka bila dirinya merasa terancam dan ada orang lain tahu siapa Rebeca sesungguhnya, pun mendatangi rak berisi minuman kesukaannya. Ia menuang di gelas dan meneguknya begitu saja hingga kandas.

"Silas Daylan. Kenapa dia mengusik kehidupanku setelah sejauh ini berjalan tenang, huh?" tanya Rebeca menaruh gelas minuman di meja secara kasar.

Rebeca menghela nafas beberapa kali sebelum memutuskan berbalik kembali ke ruang tamu rumah Rey yang diatasnamakan namanya itu bukan untuk duduk, melainkan mengambil ponsel pintar di tas dan menghubungi seseorang.

"Carikan aku info sebanyak mungkin tentang Silas Daylan, segera!" Rebeca memutus sambungan teleponnya.

Ponsel di tangan Rebeca kembali berdering, tetapi bukan orang yang diminta mencari info apa pun mengenai Silas Daylan, melainkan pria yang selama ini mencintai dan mendukungnya—Rey. Rebeca mengambil nafas dan membuangnya beberapakali sebelum menjawab.

"Sayang, kenapa lama menjawabnya? Apa ada sesuatu di sana?"

"Selamat pagi, Sayang. Aku baru saja selesai mengantar lukisan yang semalam kukerjakan sebelum terbang menemuimu,"

"Aku sengaja mengundur keberangkatan untuk menunggumu, kemarilah ke hotel dekat bandara!" ujar Rey di seberang telepon.

"Sweet sekali, baiklah aku akan segera berkemas tunggu aku di sana, ya!"

Sambungan telepon usai, Rebeca mau tak mau mengemasi barang-barang yang akan dibawanya pergi bersama sang suami sementara menunggu info tentang Silas Daylan keluar. Rebeca keluar dari kediamannya delapan puluh menit kemudian sembari membawa koper berwarna hitam saat sang suami menelepon untuk kedua kalinya. Rebeca masuk mobil dan hampir saja mengendarai kendaraannya keluar dari garasi, tetapi pintu mobilnya diketuk oleh seseorang. Rebeca menoleh ke samping mendapati seorang pria memakai seragam abu-abu bertuliskan  sebuah pengiriman ekspedisi memberi salam padanya.

"Apakah Anda Bu Rebeca Johnson?" tanya pria memakai topi serupa dengan seragamnya.

"Ya, benar."

"Ini ada surat untuk Ibu, tolong diterima," ujar kurir itu memberikan sebuah amplop ukuran kecil dan tipis pada Rebeca .

"Silas Daylan? Dia mengirim apa?" tanya Rebeca membaca amplop surat.

Kurir yang mengirim surat untuk Rebeca pergi meninggalkan tempat saat wanita itu sibuk membolak-balikkan amplop tipis yang diterimanya. Rebeca sempat menyimpannya di dashboard dan mengemudikan kendaraan pribadinya menuju hotel bandara, tetapi ia sangat penasaran apa yang dikirim Silas padanya? Jika itu sebuah hadiah atau sesuatu diberikan untuknya, kenapa tak diberikan tadi sewaktu mereka bertemu? Rebeca menyobek ujung amplop dan mengeluarkan isinya di telapak tangan, yang muncul adalah sebuah kertas memo dilipat sederhana.

"Apa dia bercanda?" tanya Rebeca berdecak sambil memegang kertas mungil itu.

Rebeca membuka lipatan kertas dan sebaris nama yang membuatnya mengerutkan kening, lalu menaruh kertas itu kembali ke tempat asalnya dan pergi. Ia segera melajukan kendaraannya ke tempat suaminya berada telah menunggunya. Bukan hal pertama bagi Rebeca menemani Rey seperti ini, itu dianggapnya sebagai liburan karena bisa menikmati kota ataupun negara tujuan bersama sang suami melepas penat sebelum berkutat dengan cat minyak lagi. Namun, bagaimanapun dia berusaha menikmati refreshingnya ada hal mengganjal pikirannya. Rebeca menoleh ke meja lain di mana sang suami tengah berbincang dengan partner kerjanya, sementara dirinya memisahkan diri di meja lain. Sepanjang perjalanan ia berusaha tak tertarik mencari tahu siapa pemilik nama yang tertera di kertas pemberian Silas, tetapi mengusik rasa penasarannya, pun mencari tahu nama itu di internet dan yang muncul adalah orang-orang tak dikenalnya sama sekali.

Sweven Where stories live. Discover now