Bab 9- Kau Meninggalkanku Lagi

16 3 0
                                    

Bunyi alarm mengiringi pintu yang menutup sempurna dan terkunci otomatis. Wanita cantik baru saja diantar pulang oleh calon suami Wyna itu masuk dan duduk di sofa ruang tamu, mengambil ponsel mengecek pemberitahuan muncul di paling atas layar. Obrolan di grup berisi Dira, Wyna, Anggun dan dirinya itu tentang Wyna yang tengah sibuk memilih jenis kain dan warna sesuai tema telah ditentukannya. Yvonne merasa harus memberi tahu Wyna soal Ander yang memaksa untuk mengantarnya pulang meski sudah ditolak karena merasa tak enak, pun menghubungi Wyna di luar grup chat.

"Halo, Wyn! Masih sibuk, ya?" tanya Yvonne menebak situasi Wyna.

"Hai, Yvonne! Ya, nih, lagi milih kain dan bahan yang pas buat bridal. Ada apa, tumben nelpon segala?" tanya Wyna di seberang telpon.

"Aku masih di cafe saat Ander datang untuk ambil dompetmu yang ketinggalan—"

"Oh, kau masih di sana rupanya, aku ingetnya pas udah nyampe sini, jadi Ander kusuruh buat ambilin."

"Ya, kami bertemu di cafe dan Ander nganterin aku pulang meski udah kutolak." Yvonne merasa gugup mengatakan kalimat terakhir.

"Jadi, kau udah nyampe rumah sekarang? Aman 'kan?" tanya Wyna terdengar justru mengkhawatirkan Yvonne.

"Ya, sudah. Dia juga sudah balik 'kan?" tanya Yvonne memastikan.

"Belum, mungkin sebentar lagi. Terima kasih sudah memberitahuku, ya!"

"Aku yang seharusnya berterima kasih karena merepotkan Ander dan mengganggu kalian," ujar Yvonne.

"Oh, itu dia datang! Maaf, ya, Yvonne aku tutup teleponnya karena masih harus prepare yang lain, ntar kita telponan lagi, oke?" Yvonne meminta izin menutup sambungan telepon di antara mereka.

"Ya, Wyn." Yvonne menutup sambungan telepon.

Yvonne yang masih duduk di sofa ruang tamu miliknya menarik nafas lega, rasa tak nyaman dan tak enak karena Ander yang notabene adalah calon suami Wyna mengantarnya pulang. Lain kali kau harus menolaknya lebih tegas! Yvonne bicara dengan dirinya sendiri sebelum akhirnya melangkah menjauhi ruang tamu dan memilih naik ke lantai dua untuk berganti pakaian rumahan. Ia memilih kaus abu-abu bergambar bordir kepala boneka beruang dan mengambil laptop miliknya untuk mengecek kerjaan sampingannya yaitu menjadi reseller online shop produk kecantikan.

Yvonne sempat menengok jendela kaca tinggi bertirai kain tipis warna putih, kota yang tak pernah tidur. Yvonne mengambil bantal sofa dan duduk di atasnya, suara keyboard ditekan ujung jari beradu dengan 'klik' dari mouse laptopnya, tetapi telinga Yvonne mendengar suara lain yang bukan berasal dari kegiatannya. Mulanya ia mendengar bunyi air menetes, Yvonne pikir itu berasal dari kran bak cuci piringnya yang bocor, saat ia beranjak dan menengok ke bawah suara tetesan air itu berhenti. Yvonne kembali melakukan kegiatannya, tetapi kini telinganya  mendengar suara tetesan air jauh lebih deras daripada sebelumnya. Yvonne berusaha tetap fokus menatap layar terpaku di depannya, rasa risih tak biasa itu mengganggu dan pada akhirnya Yvonne memilih bangkit dari depan layar untuk menuruni tangga ke dapur.

Yvonne menunduk menatap anak tangga yang menurunkannya ke lantai utama, tetapi di tengah anak tangga ia dikagetkan dengan genangan air terus meninggi hanya dalam helaan nafas. Yvonne kaget karena yakin tak membuka kran air satupun, justru turun untuk mengecek kenapa mendengar suara tetesan air dari bawah. Namun, justru hal ini yang didapatnya! Air menenggelamkan telapak kaki Yvonne dan menjatuhkannya ke air setelah pinggulnya bertabrakan dengan beberapa anak tangga. Suara jatuh tubuhnya di air pun terdengar begitu keras dan tubuhnya terpental ke bawah meskipun seharusnya langsung bertemu lantai. Yvonne menggapai permukaan yang lagi-lagi seharusnya tak sedalam ini.

Yvonne dikagetkan dengan kakinya yang terasa berat tengah terus menggapai permukaan, pun menunduk dan mendelik seketika sebab tak menyadari entah sejak kapan air berubah keruh dan sesuatu menahan pergelangan kaki kanannya. Oh tidak!  Yvonne kaget karena tarikan itu sangat kuat dan tangannya yang terus berenang menggapai permukaan justru tak menimbulkan efek bagus. Yvonne menyibak air membuat arus kecil untuk melihat apa yang menariknya. Yvonne mendelik karena menemukan sosok wanita tak asing yang dilihatnya meminta tolong hingga membawanya ke tempat lain tanpa disadarinya!

Yvonne terus menggerakkan tangannya untuk mempertahankan posisi, tetapi wanita itu terus menerus menariknya ke bawah. Tolong! Tolong, aku! Yvonne kehabisan nafas, gelembung udara terakhir keluar dari hidungnya dan terus naik ke permukaan, sedangkan dirinya benar-benar tenggelam! Degup jantung Yvonne berdetak tiga kali lebih cepat merenggut kesadarannya secara perlahan. Tubuh Yvonne mengambang. Tuhan, apakah aku lagi-lagi berhalusinasi? Ataukah ini perbuatan selain Engkau? Jika iya, kumohon bantu aku.

Terang dan menyilaukan, dua hal yang didapati Yvonne ketika mendapatkan kembali kesadarannya. Tangan kirinya reflek menutupi mata ketika membuka, ia merasa lega karena melihat perabotan rumahnya kembali. Sinar menyilaukan mata itu berasal dari jendela kacanya yang tinggi ditempa matahari siang terang benderang. Yvonne melenguh karena merasa badannya sakit semua sembari melihat sekitar, tak ada satu tetes pun ia temui di lantai berceceran ataupun membuat genangan yang bisa menenggelamkannya. Ia merasa aneh dan harus mencari tahu apa yang terjadi padanya sesering ini, tetapi ke mana ia harus bertanya atau mencari tahu?

••••

Rambut panjang sebahu diikat menggunakan karet hitam polos membentuk half bun dan turun sembari mengenakan tas ransel hitam, berjalan ke arah tangga lalu menuruninya hingga bawah. Pagi ini ia memilih untuk tak membuat sarapan sendiri seperti biasanya, memilih untuk langsung keluar dari rumah dan bertemu seorang wanita dewasa mungkin usianya sama dengannya tengah menggendong bayi menggunakan gendongan hip seat, sementara tangannya menggandeng anak lelaki yang memakai seragam sekolah dan mendongak ke arah Lyon tengah menunggu lift datang.

Anak lelaki berpipi bulat itu mengedipkan mata beberapa kali, ketika lift datang sang ibu menyeret langkahnya untuk segera masuk. Di dalam lift, Lyon yang merasa diperhatikan pun menoleh ke samping dan menemukan manik mata kecil dan bulat milik anak lelaki itu. Anak lelaki itu menarik bibirnya membentuk senyuman dan Lyon membalasnya dengan hal yang sama, tetapi diimbuhi dengan sebuah permen dari saku kantung celananya. Anak lelaki itu menoleh dan menggerakkan tangannya yang digenggam sang ibu untuk menunjukkan kebaikan Lyon. Ibu muda itu mengangguk dan sang putra menerima permen dari Lyon.

"Terima kasih," ujar sang ibu pada Lyon.

Lyon mengangguk seraya tersenyum dan senyumannya sampai pula pada bayi perempuan dalam gendongan, bayi itu membalas senyum Lyon. Pintu lift terbuka dan ibu muda di sisi Lyon melangkah keluar lebih dulu sembari melangkah cepat karena bus yang berhenti di halte telah menunggunya. Namun, langkah wanita muda itu belum sampai di halte bus kuning dengan tulisan taman kanak-kanak Shinny Sun sudah bergerak. Wanita muda itu berlari menyeret langkah putranya sembari melambaikan tangan. Nafas ibu muda itu putus-putus dan anaknya yang sulung terancam tak pergi ke sekolah, tetapi sebuah sepeda motor melintas dan menikung tajam bus hingga terpaksa berhenti mendadak. Pengemudi kendaraan roda dua itu melepas helm sembari turun dan menahan bus dengan sinyal dari tangannya yang terangkat, pun menjelaskan agar sopir menengok ke samping kiri. Wanita muda dan yang tertinggal bus itu berlari terengah-engah mengantar anaknya masuk bus. Sopir bus meminta maaf karena tak melihat ada anak hang tertinggal, bus pun mundur sedikit dan melaju melewati pengendara sepeda motor itu. Pria pengendara roda dua itu mengenakan helmnya kembali dan mengendarai meninggalkan tempat.

Kendaraan roda dua itu berjalan pelan sebelum akhirnya berhenti, tetapi mesinnya masih menyala bersama beberapa pengendara lainnya. Lyon berdiri sempurna menunggu traffic light menyala hijau, mulanya ia hanya melihat kendaraan dari sisi lain jalan yang sudah bergerak lebih dulu, tetapi ia dikagetkan dengan seorang wanita cantik melintas sambil menoleh ke arahnya dengan langkah pelan dan mengibaskan pakaian panjangnya.

Tenang saja, dia hanya khayalanku. Jika saja dia nyata mungkin aku akan berbahagia menahannya tetap tinggal. Netra Lyon bergerak ke kanan mengikuti ke mana wanita cantik itu melangkah, mengantarkannya pada kendaraan roda empat di sebelah. Matanya berhenti di sana karena mendapati seseorang yang dikenalnya ada di dalam mobil yang kacanya turun. Deg! Eloish? Lyon terpaku di tempat, bahkan saat traffic light menyala hijau, ia masih berdiri di atas kendaraan roda duanya dalam diam sementara kendaraan lain memilih melewatinya. Eloish! Dia Eloish 'kan? Wanita yang ditatap Lyon membalas tatapannya dan kendaraan roda empat ditumpanginya bergerak. Lyon hanya terpaku di tempat melihat Eloish pergi meninggalkannya. Apakah aku harus mengejarnya? Dia tahu ini adalah aku, aku tahu itu adalah dia, dia tetap meninggalkanku kan? Jika dia tak berniat meninggalkanku, dia pasti kembali atau paling tidak turun dan naik jok memintaku membawanya pergi. Lyon termangu di tempat.

To be continued...




Sweven Where stories live. Discover now