Bab 28- Kau Lahirkan Dia

18 4 0
                                    

Sapu lidi digerakkan oleh seorang perempuan muda membersihkan halaman dari daun-daun yang tak lagi mampu bertahan. Suaranya yang khas memberi tahu siapapun kegiatan di luar ruangan tersebut, termasuk pria tua yang baru saja datang mendekat ke rumah yang mempunyai pagar hitam tinggi menjulang. Ia menekan bel dan seketika menyita perhatian perempuan muda mengenakan kemeja putih, segera mendekat ke pagar.

"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya perempuan muda itu sopan.

"Pagi, apakah benar ini rumah Bu Sandra pemilik percetakan One Paper?" tanya pria tua.

"Benar," jawab perempuan muda itu membenarkan.

"Apakah saya bisa bertemu dengannya?" tanya pria tua itu lagi.

"Dengan bapak siapa?" tanya perempuan muda itu lagi.

"Katakan saja, Rey meminta bertemu."

"Baik. Saya akan bertanya terlebih dulu pada Bu Sandra, mohon  tunggu sebentar." Perempuan muda itu pamit undur diri dan mempercepat langkahnya masuk.

Pria tua mengenakan pakaian rapi itu bertahan di luar pagar, pagar tinggi menjulang itu tak benar-benar menutup pandangan, hanya mengaburkannya saja dan tetap bisa melihat betapa asrinya halaman rumah Sandra. Ia melihat perempuan yang tadi masuk kini berjalan ke arah luar dan menekan papan tombol dan bunyi 'klik' terdengar berikutnya diiringi pagar terbuka ke luar.

"Silakan masuk, Pak Rey. Bu Sandra sudah menunggu di ruang tamu," ujar perempuan muda itu mempersilakan Rey masuk.

Halaman rumah Sandra jauh lebih bagus dilihat secara langsung daripada di balik pagar tadi, ia melangkah mendekati bangunan utama berpintu tunggal dan besar dari kayu yang kokoh. Pintu itu terbuka lebar-lebar, bisa dilihat secara jelas seorang wanita lebih tua daripadanya duduk melihat kedatangannya. Rey memberi salam secara sopan dan menatap wanita tua yang tersenyum ke arahnya.

"Apa kabar, Rey? Berapa tahun kita tidak bertemu?" tanya wanita tua berambut putih sebahu.

"Baik. Lama sekali sepertinya, kau apa kabar?" tanya Rey melempar pertanyaan.

"Baik, silakan duduk. Apa yang membawamu kemari menemuiku?"

"Kukira alamat yang kauberikan dulu adalah alamat palsu, ternyata memang alamatmu sungguhan." Rey menerawang ke masa lalu saat pertama kali Sandra memberikan alamatnya.

Sandra mengangguk seraya tersenyum. "Setelah sekian tahun kau mencarinya?"

Rey tersentak karena Sandra tahu maksud kedatangannya. "Apakah ...  kau tahu di mana dia sekarang?"

"Jika kau bertemu dengannya, apa yang akan kaukatakan, Rey?" tanya Sandra menatap Rey.

Rey terdiam sekaligus termangu di tempat. Bertemu secara langsung seperti sekarang yang dilakukannya dengan Sandra saat ini. "Seharusnya aku meminta maaf secepatnya."

"Dia menikah dengan pria baik sepeninggalmu pergi, aku yang menjadi saksi pernikahan mereka dan kulihat pria itu benar-benar menyayangi dia dan putrinya. Apakah penyesalan itu menyulitkanmu hidup di masa tua sampai-sampai kau mencarinya sekarang?" tanya Sandra. "terus terang saja, sikapmu itu salah besar, kau tak bertanggung jawab dan kau tahu ... aku hampir saja membeberkannya ke sosial media. Astaga."

Rey tertunduk sedih. "Kau benar, ini menyulitkan masa tuaku. Aku ... ingin bertemu dengannya dan gadis kecil itu."

Sandra terdiam sembari menatap Rey, pria tua yang ditatap pun melakukan hal yang sama. Ruang tamu mendadak hening, lalu Sandra menggerakkan tangannya mengambil cangkir teh di meja yang disediakan asisten perempuan mudanya. Sandra telah menaruh cangkir pada pasangannya ketika Rey mengambil cangkir. Wanita tua itu bangkit dari duduknya, melangkah ke rak kayu besar di ruangan sebelah, Sandra tampak mengambil sesuatu yang ada di laci bagian tengah dan membawanya kembali ke ruang tamu. Rey melihat sebuah album foto berwarna hijau botol di pangkuan Sandra dibuka lembar demi lembar, lalu berhenti di halaman mendekati bagian tengah halaman dan menunjukkannya pada Rey.

Sweven Where stories live. Discover now