Bab 12- Kau Pergi Dariku Lagi

13 4 0
                                    

Botol bening berukuran 100 ml itu sengaja ditekan di bagian kepala, isi dari botol menyemprot keluar menyebarkan aroma wangi di bagian nadi tangan kanan yang segera ditransfer ke tangan lain. Kegiatan rutin wanita di ujung persiapan sebelum pergi itu belum berhenti di situ saja, parfum masih bekerja menyebarkan wangi di bagian tubuh lain hingga ruangan semerbak mewangi. Wanita cantik berambut panjang itu mematut dirinya di kaca seraya tersenyum lebar, hatinya berbunga-bunga sebab sang kekasih hati mengajaknya bertemu di suatu taman kota yang teduh dan indah di malam hari.

"Siap berangkat!" seru wanita cantik itu mengenakan atasan berbahan rajut berwarna periwinkle dipadukan celana jin hitam dan tas selempang mungil.

Sepatu kets putih yang dikenakannya melangkah keluar dari area tempat tinggal, berhenti di sebuah halte paling dekat dan menunggu bersama beberapa calon penumpang lain yang sibuk bermain ponsel masing-masing. Ia melirik jam tangan melingkar di tangan kirinya, rasanya cukup ada waktu untuk sampai tepat waktu sesuai janji temu. Bus sesuai rute datang membawa penumpang anak-anak sekolah dan bertukar tempat dengan calon penumpang termasuk Yvonne. Yvonne memilih tempat duduk ganda yang kosong, sengaja tak duduk dekat jendela agar begitu bus berhenti di tiga halte berikutnya, ia segera keluar. Hus melaju sesuai standar kecepatan yang telah ditentukan pemerintah mengantarnya sampai di halte dekat taman kota yang bila matahari tenggelam, seribu lampu akan menerangi taman. Yvonne tak yakin jumlahnya ada seribu, hanya saja banyak sekali dan terang benderang hingga seperti seribu lampu.

Yvonne merapikan pakaiannya tatkala baru turun di halte, netranya mencari sosok pria tambatan hati dan menemukannya di bangku taman dekat pohon yang teduh dihiasi lampu warna purple di jalanan berpaving rapi. Senyum Yvonne tak bisa disembunyikan lagi ketika jarak mereka semakin terkikis, pria di sana berdiri dan tersenyum tipis, manis sekali menurut pandangan Yvonne.

"Lama menunggu, ya?" tanya Yvonne.

"Enggak juga, kubelikan minuman hangat dan cemilan," ujar pria yang berdiri di hadapan Yvonne.

Yvonne menatap bangku yang tak kosong selama menunggunya, ada dua cup kopi panas dan kue berbentuk ikan. "Terima kasih, sweet sekali."

"Duduklah," ajak lelaki itu pada Yvonne sembari memberikan kue ikan dan cup kopi di masing-masing tangan Yvonne.

Yvonne menyeruput kopi manis pemberian Elliot. "Serius sekali, mau bicara apa, sih?" Semoga saja benar sesuai khayalanku!

"Aku ingin bicara sesuatu ke kamu, ini soal masa depanku, Yvonne." Elliot menatap lurus ke depan, lalu menoleh ke samping pada Yvonne.

Yvonne yang menggigit kue ikan di tangannya mendadak merasa tak enak hati, sebab mimik wajah Elliot tampak akan mengabarkan hal yang kurang enak. "Masa depanmu?Apa itu? Kenapa terdengar tak akan ada aku di masa depanmu."

Elliot tertunduk meski berusaha menyembunyikan kerisauan hatinya, itu jelas ditangkap oleh Yvonne. "Ayahku ingin aku mengambil pekerjaan itu, Yvonne."

Deg. Benar 'kan?

"Pekerjaanmu sekarang sudah bagus, hanya perlu bersabar saja karena namanya juga lepas masa training, nanti juga akan ada hasilnya, El." Yvonne mencoba menahan Elliot.

Pria itu menghela nafas, lalu menoleh ke arah Yvonne. "Aku sudah mengatakan hal itu berulang kali pada Ayah, Yv. Tetep saja Ayah ingin aku ke sana dan terima tawaran itu."

"Artinya, kita mempertaruhkan masa depan kita?" tanya Yvonne mengernyitkan dahi.

Elliot menatap bola mata Yvonne yang membalas tatapannya. "Kita bisa LDR, kita masih bisa komunikasi, kamu juga tahu semua akun sosial mediaku, Yv."

"Tetap akan beda rasanya, El!" Yvonne melancarkan protesnya.

Elliot turun dari bangku dan berjongkok di depan Yvonne. "Aku janji bakal rajin hubungin kamu, kita bisa video call, voice note juga akan kuusahakan pulang tiga bulan sekali."

Sweven Where stories live. Discover now