Bab 7- Kau Punya!

20 4 0
                                    

Debur ombak kecil menggulung di tepi pantai, riaknya berkesinambungan datang dan pergi dengan jeda unik. mengajak siapapun untuk bermain di area terdekat termasuk kaki gadis kecil yang gemuk itu, sengaja berdiri di pertemuan ombak kecil dengan bibir pantai. Kaki berjemari mungil itu bergerak di pasir putih, tawa kecilnya keluar karena melihat kakinya tenggelam di pasir dan riak ombak mengguyurnya.

"Gemes sama pasirnya, ya?" tanya seorang pria yang datang berjongkok dan menengok wajah gadis kecil yang tertunduk seraya tersenyum melihat kaki mungilnya bergerak-gerak.

"Ya, lucu." Gadis kecil itu menjawab dengan nada gemas.

Pria dewasa yang berjongkok di sisi kanannya itu memeluk, kemudian mengecup pipi tembam dan wangi aroma bayi. "Kamu lebih gemesin!"

Gelak tawa gadis kecil itu menarik perhatian wanita dewasa yang tengah memotret menggunakan ponsel, mendekat dan ikut merangkul gadis kecil yang memakai dress bunga-bunga warna merah jambu. Ketiganya kini berebut saling memeluk dan mengecup sembari tergelak di bibir pantai, hingga terjatuh terlentang di pasir dan berpelukan menatap langit biru yang bersih tak berawan.

Suara dua benda diletakkan di meja membuat pria yang duduk di kursi rotan berbentuk kotak yang dilapisi bantal berwarna navy. Pelakunya adalah seorang pria paruh baya mempunyai rambut putih di bagian depan, pun ikut duduk di kursi rotan lain dan menatap apa yang ditatap pria tampak lebih muda di sebelahnya. Minuman berwarna pekat dan beraroma khas itu masih mengeluarkan asap tipis, tetapi pria lebih muda dari pria paruh baya tetap mengambil cangkir itu dan meminumnya seteguk.

"Rasanya ingin ikut berbahagia di sana," ungkap pria yang memakai kemeja warna krem sebagai outer melapisi kaus putih polosnya.

"Mereka saling melengkapi, saling menyembuhkan dan membuahkan kebahagiaan."

"Memang harus seperti itu." Pria bermanik biru itu menimpali.

Suara pintu dibuka disusul dengan derap langkah membuat dua pria berbeda usia itu menoleh ke sumber suara. Seorang wanita datang memakai stelan merah terang dan bersepatu hak tinggi mendekat sembari menenteng tas karton berukuran besar berlogo salah satu butik yang dikenalnya.

"Oh, Pak Juan di sini juga," ujar wanita berambut panjang sepunggung itu terkejut.

"Selamat sore Bu Sienna. Anda mau kopi?" tawar pria paruh baya sopan.

"Es kopi less sugar saja, tolong bawakan ke mejaku saja, Pak Juan." Wanita itu meminta.

"Baik." Pria paruh baya dipanggil Pak Juan beranjak dari halaman samping sejuk yang ditumbuhi berbagai tanaman hias dan air terjun buatan lengkap dengan kolam ikan.

"Lelah? Mau dipijit?" tawar pria yang masih tetap duduk di kursi rotan, bedanya pemandangan sebuah keluarga yang bersenang-senang di tepi pantai kini lenyap, berganti dengan gemericik air terjun mini di samping huniannya.

"Terima kasih suamiku, nanti saja ke salon sekalian. Aku punya sesuatu untukmu!" ujar wanita disebut namanya sebagai Sienna itu mengambil tas karton lebih kecil dari tas belanja miliknya dan memberikannya pada sang suami tercinta.

"Baiklah. Untukku?" tanya pria itu memastikan.

"Ya, bukalah! Aku penasaran," ujar wanita yang memotong pendek rambutnya di bagian pelipis sementara yang lainnya tetap panjang.

Sang suami hanya tersenyum mendengar keinginan istrinya yang tak sabaran itu memintanya membongkar hadiah dari Arsha teman sekaligus partner kerjanya. Tas karton lebih kecil itu dipangku dan isinya dikeluarkan dengan satu tangan, isinya sebuah kotak berwarna hitam berbahan beludru ketika dibuka isinya membuat pria itu takjub karena keindahan dunia.

Sweven Where stories live. Discover now