Bab 16- Kau Menggodanya?

17 3 0
                                    

Bunyi tuts smart door ditekan membuat berisik tempat tinggal itu, tak berapa lama pintu berhasil dibuka karena berhasil memasukkan kode sandi benar. Ruang tamu kecil temaram hanya penerang di dapur yang masih menyala karena memang dibiarkan menyala. Langkah pria itu gontai antara lelah dan efek minuman keras yang merenggut separuh kesadarannya, duduk di kursi meja makan dan menuang air minum ke gelas kosong. Air minum berpindah tempat dengan sukses, lalu netranya menangkap sosok bayangan lain muncul dari kamar mandi. Pria itu menatap sejenak, lalu berdecak karena sosok pria lain yang pernah tinggal di rumah ini dilihatnya begitu jelas.

"Dari mana saja?"

"Bukan urusanmu." Pria yang duduk di kursi meja makan menjawab asal.

"Ibu berulang tahun, kau lupa atau memang sengaja lupa? Kau tidak tahu, dia menunggu anak-anaknya berkumpul." Pria jangkung yang masih memegang handuk muncul dari kamar mandi mendekat.

"Berisik!"

"Jika kau memang iri dengan semua yang kucapai, setidaknya jadilah berguna dan ada untuk Ibu."

Pria berkemeja sage tiba-tiba bangkit dan memegang leher kaus pria di sampingnya. "Sejak kau datang ke rumah ini, aku selalu menjadi bayanganmu, kau berlagak seperti leader di rumah ini!"

"Aku tak pernah berniat menjadi sainganmu selama ini, tak pernah aku berniat mengambil alih posisimu di rumah ini jika kau ingin tahu!"

"Hentikan! Ibu sudah tidur," ingat sebuah suara wanita menginterupsi keduanya.

Kakak kandung Calley Azalea itu melepas rengkuhan kasar tangannya di leher kaus Lyon tanpa mengucapkan sepatah katapun dan pergi ke kamar. Calley dan Lyon saling menatap, kemudian Lyon duluan memalingkan wajah memilih pergi ke kamar yang selama ini dibiarkan kosong meskipun Lyon tak pulang. Lyon merebahkan diri di ranjang setelah menjemur handuk yang telah menyeka tubuhnya di kursi kayu. Ia menghela nafas, bukan hal baru jika sikap Clay seperti itu padanya, segala pikiran negatif Clay padanya selalu diungkapkan dengan lantang. Lyon pernah berpikir jika akan kabur saja dari rumah ini, tetapi melihat raut wajah sang ibu yang telah merawatnya sepenuh hati pun urung. Benar matanya memejam, tetapi pikirannya berkelana pada kemungkinan-kemungkinan yang telah lewat.

Lyon, maafkan aku.

Sebuah dagu yang lancip dari seorang wanita berambut pirang yang ikal panjang mengenakan baju tidur menepuk dadanya pelan sembari bersenandung. Di sela terlelapnya, ia melihat latar belakang wanita itu bergerak, tetapi tak bisa mempertanyakan apa yang terjadi. Gelap, menggerakkan mata sedikitpun tak bergerak, hanya telinganya mendengar suara-suara tak jelas. Namun, ia bisa merasakan sebuah tangan kembali meraba dadanya, aroma wangi parfum menyeruak di indra penciuman dan helaan nafas terasa nyata. Satu hal yang membuat Lyon membuka matanya meski berat yaitu rasa geli menjalar di ubun-ubun karena sentuhan itu begitu manja menyentuh ujung dadanya yang sensitif.

Lyon terbelalak kaget karena melihat sebuah kepala yang ditumbuhi rambut tebal nan panjang bersandar di bahu kananya, reflek Lyon menarik tangan yang menggerayangi dadanya dengan kasar. Pemilik tangan mulanya rebahan di bahu Lyon akhirnya terduduk dan tubuhnya tersentak kasar oleh Lyon.

"Apa yang kaulakukan?" tanya Lyon menatap wajah perempuan yang berani tidur di ranjangnya.

"Aku hanya ingin bermanja dengan Kakak."

"Tak ada manja pada kakak secara normal dengan pakaian lingeri. Keluar, Calley!" bentak Lyon sembari memalingkan wajah karena melihat dada Calley hampir melompat keluar dari tempatnya.

"Kita bukan kakak dan adik kandung, itu hal wajar!"

"Keluar kataku!" Lyon mengusir Calley dari kamarnya.

Sweven Where stories live. Discover now