Bab 19-Kau Bisa Menemukanku?

17 4 0
                                    

Angin malam tak begitu kencang, juga tak bisa dikatakan bertiup lembut karena berhasil membuat anak rambut Yvonne terbang pelan beberapa kali. Tangan kanannya berpindah sesaat untuk menyelipkan anak rambut ke belakang telinga dan memegang kembali cup kopi berlogo salah satu kedai kopi di lantai bawah, ya, kali ini wanita cantik itu tengah duduk di salah satu atap kedai menyeruput kopi panas sembari menunggu sahabatnya datang.

"Yvonne!" panggil seorang wanita baru saja sampai menaiki tangga sambil melambaikan tangan—Dira.

"Hai, kemarilah!" ajak Yvonne untuk duduk serta bersamanya.

"Lama nunggunya?" tanya Dira mendekat dan duduk. "Tahu aja kopi kesukaanku, thank's!"

Yvonne melihat pergelangan tangan Dira yang sepi, pun mencoba membuat obrolan mengarah ke gelang pemberian Andra. "Enggak juga, kok. Susah kali janjian sama kalian!"

"Tahu sendiri kerjaanku sebanyak apa? Ini aja nolak lembur buat ketemu kamu. Ada apa, nih, tumben diajak ketemuan di sini." Dira mempertanyakan maksud sebenarnya pertemuan mereka.

"Bukan hal serius kok."

"Jadi makin curiga, nih! Apa jangan-jangan kamu mau nyusul Wyna nikah, ya?" tebak Dira sembari menunjuk wajah Yvonne.

Yvonne terkekeh. "Apaan, sih! Jangankan nikah, cowok aja enggak punya kok! Aku mau ngomong sesuatu, emm lebih tepatnya tanya, sih!"

"Hmm, tanya apa?" tanya Dira menyela kegiatan menyeruput kopinya dan menoleh.

"Kamu dikasih gelang juga sama Andra?"

"Gelang? Sebentar, kuinget-inget dulu. Oh, ya, dia kasih gelang lewat kurir karena katanya dia sibuk, ya, bentar aku bawa di tas kok!" ujar Dira menjawab sembari membuka tasnya dan mengorek.

Ah, jadi benar Andra bilang gitu. Yvonne tersenyum tipis sendiri dan menyeruput kopinya sembari menunggu Dira selesai mencari. Dira berseru ketika menemukan gelang yang dicarinya ada di kotak tipis dari karton tebal dan mengeluarkannya di hadapan Yvonne. Yvonne terkejut dengan kotak pembungkus gelang itu yang jauh berbeda dengan kotak gelang miliknya dari Andra, tetapi Yvonne melapisi ekspresinya dengan berkata jika gelang milik Dira jauh lebih bagus.

Orang bodoh pun akan tahu perbedaan gelangku dan milik Dira. Kenapa Andra membeli gelang berbeda? Apakah memang berbeda satu sama lain? Coba aku tanya Anggun besok. Dira memakai gelang itu dan menunjukkannya pada Yvonne, keduanya mengobrolkan soal beberapa hal hingga waktu bertemu mereka usai. Yvonne memilih menghentikan taksi agar segera sampai ke rumah dan membandingkan foto gelang Dira dengan gelang yang dimilikinya di rumah. Ia segera turun dari taksi ketika sampai halaman tempat tinggalnya dan naik lift, tak memerlukan waktu lama pun sampai di depan rumah. Ia sempat kesal salah memasukkan kode sandi dan harus mengulang. Ia bergegas melepas sepatu untuk mendatangi kamarnya, tangannya cekatan mengambil kotak perhiasan yang jauh lebih elegan dan mahal daripada kotak pembungkus gelang milik Dira tadi.

"Bahkan gelangnya saja berbeda, hanya mirip, tetapi milikku jauh lebih bagus dan mahal. Apa alasan Andra melakukan hal ini?" Yvonne bermonolog.

Yvonne memasukkan gelang itu ke dalam kotak lagi dan menyimpannya kembali ke laci meja, berusaha menenangkan pikirannya dengan merancang pertemuan dengan Anggun dan berharap jika ia salah lihat dan terka soal gelang pemberian Andra tersebut.

•••

Cat minyak dipoles di atas kanvas seolah berdansa bersama asap rokok diembuskan oleh wanita—Sebenarnya sudah paruh baya, tetapi dia masih sehat dan segar bugar karena rajin berolahraga dan tentunya karena perawatan mahal—memakai baju tidur menggoda iman para lelaki manapun yang berwarna merah marun. Pintu ruangan dibuka perlahan dari luar, seorang pria berusia sekitar empat puluh tahunan mendesah karena melihat teman tidurnya sibuk di depan canvas setelah melewati percintaan panas memanggang ranjang.

Sweven Where stories live. Discover now