Episode 28

2 1 0
                                    

Selamat membaca teman-teman. Semoga terhibur dengan cerita di episode ini yaaww...
Selalu dukung Biru Zen terus yaw dan boleh bantu vote jugaaaaa!!!

Jam dinding memperlihatkan pukul 17.00
Haris dan Jaka bersiap untuk menutup toko. Tidak lupa di bantu juga dengan Luna. Vita sudah pulang sejak siang tadi.

Setelah selesai membereskan toko, Jaka dan Luna begegas pulang. Luna mendorong kursi roda usang milik Jaka. Mereka membelah jalanan yang lumayan ramai dilalui oleh orang-orang.

Mereka melewati jalanan dekat pantai lagi. Namun, Luna berjalan terus tanpa berhenti.

"Kenapa tidak berhenti?" Tanya Jaka.

"Kita langsung ke bawah saja. Aku ingin mencuci kakiku dengan air laut." Luna mendorong kursi roda itu sedikit lebih cepat.

Kursi roda itu mulai memberat pada saat rodanya nenyentuh pasir pantai. Luna memberhentikan kursi roda itu tepat di depan pantai. Air laut menyapa kaki Luna.

Luna dan Jaka menatap matahari yang sudah setengah tenggelam. Cahaya oranye terpantul. Suara desiran ombak terdengar. Hembusan angin pantai, membuat rambut panjang Luna beterbangan.

Bibir Luna sedikit terangkat. Namun, terkantup kembali. Dia ragu. Luna menghela napas. Dia bersiap kembali, dan...

"Aku menyukaimu, Jaka." Luna mengatakannya.

Jaka yang sedari tadi fokus menatap laut, segera mengalihkan pandangannya ke arah Luna. Pupil matanya membulat. Mulutnya menganga. Wajahnya merah padam.

"Jangan tanya sekali lagi, Jaka. Aku mennyukaimu. Itu yang aku katakan." Luna membalas tatapan bingung Jaka.

Jaka menelan ludah. Dia mengalihkan pandangannya. Sebuah noda rona terpampang jelas di wajah Jaka.

"Aku juga! Aku juga menyukaimu, Luna. Aku menahannya selama ini. Aku tidak mengira bahwa kamu akan menyukai pria cacat sepertiku." Jaka menggaruk tengkuknya.

"Orang sepertimu itu, tidak mungkin tidak ada yang suka, Jaka."

"Apalagi kamu, Luna."

Luna tertawa kecil mendengar perkataan Jaka.

"Yang terpenting, aku akan tetap memilihmu, Jaka."

Suara langkah kaki yang mendekat terdengar. Belum sempat Luna dan Jaka tersadar, orang itu malah mengagetkan Jaka dan Luna.

"Kalian sudah resmi pacaran?!" Tanya orang itu.

Luna dan Jaka yang terkejut, segera menolehkan kepalanya.

"Nino? Apa? Pacaran?" Luna gelagapan.

"Jangan mengagetkan orang seperti itu!" Jaka dengan reflek menjewer kuping Nino.

"Aaakkhhhh!!! Sakit tahu!" Nino melepaskan tangan Jaka yang menjewer kupingnya itu.

"Aku bertanya serius! Apa kalian sudah resmi berpacaran?" Nino melipat tangannya yang kemudian di letakkan di dada.

"Apa kami terlihat seperti itu?" Luna bertanya.

"Ya. Memamg terlihat begitu dari dulu." Saut Nino.

Jaka dan Luna saling tatap. Lantas tertawa.

Luna mendekat ke arah pantai. Dia mengambil air laut yang ditadahi ke telapak tangannya, lalu melempar air itu ke arah Jaka dan Nino.

Nino yang tidak mau kalah, juga membalas cipratan air Luna. Jaka yang hanya bisa pasrah ketika terkena cipratan air, malah menjadi kambing hitam.

Jaka yang sekarang menjadi sasaran Nino dan Luna. Mereka saling menyipratkan air ke satu sama lain. Baju seragam Nino basah, baju Luna dan Jaka pun begitu. Mereka tertawa lepas.

LuKa, juga sebuah cerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang