Episode 34

3 1 0
                                    

Selamat membaca teman-teman. Semoga terhibur dengan cerita di episode ini yaaww...
Selalu dukung Biru Zen terus yaw dan boleh bantu vote jugaaaaa!!!

Luna berjalan lebih dulu dari Mas Haris dan Bu Vita. Sedangkan Nino, hanya menunggu di dalam mobil. Enggan untuk bertemu banyak orang yang tak ia kenali.

Luna naik menuju pelaminan, menyapa Asri terlebih dahulu.

"Selamat atas pernikahan kalian." Luna menahan air matanya yang hendak terjatuh.

"Siapa kau? Aku tak pernah melihatmu. Apa kamu teman si Cacat?" Asri menaikkan satu alisnya.

"A-aku..."

"D-dia pacarku!" Jaka menyaut.

"Apa? Pacarmu?" Asri mengerutkan dahi.

Luna dan Jaka menundukkan kepalanya.

"Pacarmu secantik ini, dan kau masih bersikap macam-macam di luar? Dasar!"

"B-bukan begitu, Jaka, Jaka..." Kata-kata Luna terhenti.

Luna hendak pergi. Namun, di hentikkan oleh Asri.

"Mari berbicara sebentar di belakang." Asri menarik tangan Luna.

Luna menatap bingung Asri. Tetapi Luna tetap mengikuti langkah Asri menuju belakang tenda pelaminan.

"Kau pacaranya, bukan?" Luna menganggukkan kepalanya.

"Kau terlihat seperti orang kaya. Kau pasti tidak rela pacarmu menikah dan tinggal bersamaku. Jika benar begitu, aku ingin membuat perjanjian denganmu. Jika kau mau." Asri menyeringai.

"Apa itu?" Pupil mata Luna membulat.

"Berikan aku uang. Aku akan lepaskan dia untukmu."

"Berapa?!"

Asri membisikkan nominal yang dia inginkan.

"Tapi itu semua tidak berlaku jika aku hamil. Maksduku, aku tidak sudi mengurus bayi itu nanti. Aku akan tetap berstatus suami istri dengannya, dan anak itu tentu saja si Cacat yang akan mengurusnya nanti. Namun, dia tak perlu bersusah payah bekerja untukku dan tinggal bersamaku untuk sementara ini. Asal kau memberikan uang itu padaku. Bagaimana?"

"Aku setuju!" Luna berkata mantap.

                                ***

Setelah acara pernihakan selesai, Asri menjelaskan semuanya kepada Jaka. Bahwa dia tidak perlu tinggal bersama Asri dan keluarganya. Keluarga Asri pun setuju dengan hal itu. Semuanya bisa di bayar dengan uang.

Luna menghampiri Jaka yang masih berada di dalam tenda sendirian. Luna meraih pundak Jaka dari belakang.

"Kenapa melakukan itu, Luna?" Jaka menatap Luna kecewa.

Luna menundukkan kepalanya.

"A-aku, aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Jaka."

"Tapi kenapa kamu malah menbuat perjanjian tidak masuk akal seperti itu, Luna? Kenapa kamu membayar mereka dengan jumlah yang banyak. Ini bukan kesalahanmu, bahkan bukan masalahmu." Jaka menatap lirih Luna.

"Tidak, Jaka! Semua masalahmu juga masalahku! Kita... Kita selalu melewati semua masalah bersama!" Luna menutupi wajah dengan telapak tangannya. Menutupi matanya yang memerah.

Jaka mendekati Luna, yang sudah jatuh terduduk. Mengelus lembut rambut pirang panjangnya.

"Baiklah, aku akan pulang, Luna. Bersama denganmu." Jaka meraih pundak Luna.

                                ***
Luna setiap minggu pulang dan pergi ke rumah Leonardo dan rumah Nino. Luna tak ingin kembali meninggalkan Jaka ataupun Nino lagi.

LuKa, juga sebuah cerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang