Episode 11

8 3 0
                                    

Selamat membaca teman-teman. Semoga terhibur dengan cerita di episode ini yaaww...
Selalu dukung Biru Zen terus yaw dan boleh bantu vote jugaaaaa!!!

Keesokan harinya, setelah Luna mengantarkan Nino ke halte bus, dia berjalan menuju sekolahnya untuk menemui Vita. Luna ingin segera bekerja untuk membiayai kebutuhannya beberapa hari kedepan.

Luna memasuki halaman sekolah. Banyak teman-teman kelas Luna yang memghampirinya. Mereka memeluk Luna.

"Luna, apa kamu akan kembali sekolah? Jika tidak ada kamu, kelas jadi sepi." Salah satu teman Luna bertanya.

"Maaf, aku tidak datang untuk sekolah. Aku mencari Bu Vita. Ada urusan." Luna tersenyum getir.

"Yahhh... Kirain Luna mau sekolah lagi." Temannya menghela napas panjang.

Vita yang baru keluar dari ruang guru, menghampiri Luna yang terlihat di kerumuni oleh anak-anak lainnya.

"Luna, apa kamu mencariku?" Vita bertanya.

"Iya, Bu Guru. Luna mau bekerja hari ini juga." Luna tersenyum manis.

"Ya, baiklah. Toh, pelajaran pertama juga jam olahraga. Aku bisa meninggalkan kelas sebentar."

Luna berpamitan dengan teman-temannya yang masih kecewa dengan Luna. Mereka melambaikan tangan kepada Luna yang sudah meninggalkan halaman sekolah.

Vita berjalan menuju parkiran. Dia mengambil sepeda motornya yang terparkir dekat warung samping sekolah. Sepeda motor dengan warna oranye itu dikeluarkannya dari jejeran sepeda dan sepeda motor lain.

"Ayo, Luna, naik." Vita memasang helmnya.

"Ya, Bu." Luna segera naik ke sepeda motor itu.

Setelah perjalan yang memakan waktu sekitar 15 menit, mereka tiba di sebuah kedai makanan yang lumayan besar. Vita turun dari sepeda motornya, Luna juga.

"Permisi, Om?" Vita memanggil seseorang.

"Eh, ya? Eh? Vita toh. Wih sekarang sudah punya motor bagus ya. Keren." Seorang pria paruh baya keluar dari kedai makanan itu.

"Iya nih, Om." Vita tertawa kecil.

"Oh, iya, ada apa kemari?" Pria paruh baya itu bertanya.

"Om kemarin katanya butuh orang buat bantu-bantu kan? Ini Vita bawakan orang." Vita meraih pundak Luna.

Pria paruh baya itu menatap Luna.

"Waduh... Saya butuhnya orang yang bisa bantu masak, Vita." Pria paruh baya itu mengerutkan dahi.

"Om, boleh bicara sebentar?"

Vita dan pria paruh baya itu memasuki kedai. Mereka berbicara serius. Luna yang sedari tadi mengintip dari balik pintu, merasa gelisah.

Tak lama, Vita dan pria paruh baya itu keluar dari kedai.

"Namamu Luna, ya?" Pria paruh baya itu tersenyum menatap Luna.

"Iya." Luna mengangguk sopan.

"Kamu diterima kerja di sini."

"T-tapi aku tidak mahir memasak." Luna menahan napas.

"Ah, tidak. Kamu tidak akan memasak. Kamu hanya akan bantu bersih-bersih saja kok. Kamu yang kuat, ya." Pria paruh baya itu meraih pundak Luna.

"Kamu bisa panggil aku Pak Yono."

Luna mengangguk sopan. Dia senang karena diterima di sini. Dia bisa membiayai segala kebutuhan Nino.

"Aku boleh bekerja mulai kapan, Pak?" Luna bertanya antusias.

LuKa, juga sebuah cerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang