° sorry ya ges.... Baru up. Kemarin gua lagi berlayar di semenanjung Timur 😭. Benar-benar asyik ges dengan ombak yang MashaAllah tabarokallah.
°
°
°
Sinar matahari mulai terbit menerpa tubuh kapal, suara para awak yang sibuk membersihkan geladak dan setiap ruangan naga bumi. Sedang yang lainnya sibuk memasak dan melempar batubara seperti biasa.
Omeir berjalan ke tepi geladak dan bersantai "tamu tak tahu malu kamu" terdengar suara menyumbar dari belakang, Omeir mengernyitkan dahi, tahu kalau Rubin yang bicara.
"Tak tahu malu mana aku atau dirimu?" Omeir balik bertanya.
Rubin meringkik lagi, kali ini umur Rubin sudah menginjak 2 bulan tambah banyak kosa kata yang dipelajarinya makin sering pula Rubin menjahili Omeir selama berlayar di semenanjung Timur.
Butuh waktu selama 2 bulan 10 hari untuk berlayar di semenanjung Timur ini, dan kini sudah terlihat Pulau-pulau berjajar lagi. Ada Pulau yang bentuknya mirip kura-kura, ada pula pulau panjang dengan ujung yang runcing, di ujung sana ada Pulau melingkari sebuah pulau entahlah itu pulau apa.
Omeir bergegas mengambil lembaran peta yang diberikan ayahnya, tergambar lingkaran pulau dengan nama Pandora Kartika yang diajajari pulau panjang meruncing dengan nama 'COBRA KUSNA'. Omeir mencoba mengamati pulau-pulau sekitar, Semakin dilihat lagi, langit di daerah pulau yang di lingkari sebuah pulau terlihat gelap, gelap sekali. Bahkan satupun burung tak ada yang menghinggapinya.
Leona mengibarkan bendera hijau putih tanda yang mengabarkan pendaratan. Dengan sigap Bung Peron meniupkan terompet sekeras mungkin.
Daniel keluar dengan wajah cerah dua kali lipat dari biasanya, mata shiraan menaruh harapan ke arah Pulau berlangit gelap. Defilla masih sama murungnya meski sama sekali tak menutupi wajah cantiknya. Peron mengawal di belakang Daniel dengan setia.
Leona nampak berbeda dengan baju zirah putihnya, wajahnya yang selalu menampakan ke pura-puraan kini tulus tersenyum untuk sebuah harapan, sesekali Dia memberi aba-aba kepada awak kapal untuk bersiap.
Tak mau ketinggalan Omeir bergegas ikut bersiap, Rubin mengikutinya. Gogo si anjing setia menyeruak keliling ke sana kemari seolah mengabarkan berita gembira kepada setiap awak kapal sangking bahagianya.
Sedikit tak paham dengan pulau yang terlihat suram begitu, mampu memberi harapan bagi orang-orang di sekitarnya, omeir bertanya kepada salah seorang awak berkulit putih yang sejak tadi menangis haru mendengarkan kabar pendaratan.
"Jangan kau lihat langitnya, lihatlah mereka yang tinggal dan hidup di Pulau Pandora. Aku mendengar menurut kabar, mereka adalah anugerah hujan yang Tuhan kirimkan".
Makin penasaran Omeir dibuatnya, dicatat ingat ucapan sang awak lalu kemudian Omeir balik bertanya kepada Bung Peron.
"Bagaimana Bung?"
"Aku berharap semoga mereka mampu menyembuhkanku dari hidung tersumbat yang kudapatkan setelah mendaki gunung kidul yang menggangguku selama 1 tahun terakhir".
Tambah tak logis juga jawaban yang Omeir
terima, semua hanya menjawab sesuai dengan perasaan dan harapan yang mereka inginkan dan berdoa semoga terwujudkan."Jangan terlalu memaksakan diri Cak, kalau kita datang ke sana nanti, penasaran yang kau rasakan akan berakhir" tutur seorang gadis muram dan cantik yang tak lain adalah Defilla.
Omeir terperanjat, untuk kali pertama Defilla berbicara dengannya menggunakan suara langsung. Karena biasanya dia hanya mengangguk atau menggeleng. Atau kadang memberi bahasa isyarat agar semua ikut makan, sempat terlintas pada pikiran Omeir n
Bahwa Defilla itu bisu, namun pikirannya salah, ternyata suaranya selembut itu."untung saja aku tak pernah bertanya" batin Omeir.
"Dari mana kau tahu?" Omeir mulai salah tingkah. Rubin meringkik seperti biasanya.
"aku membacanya di perpustakaan ayah" Defilla semakin mendekat ke tepi geladak diiringi Omeir di belakangnya.
"Aku memang tak pernah kemari, tapi ayah bilang, mereka adalah anugerah hujan yang Tuhan titipkan" tunjuk Defilla pada langit-langit Pandora yang bernuansa kegelapan.
"Indah bukan?" Defilla untuk kali pertama juga tersenyum sampai matanya terpejam.
Omeir gelagapan salah tingkah, cantik sekali, si gadis muram itu tiba-tiba menjadi si gadis cantik berlesung Pipit, Omeir berasa terobsesi, seperti ada sihir melekat erat di pelupuk mata Omeir hingga ia berdecak kagum.
"Hei, kamu cantik dengan senyum mu" dengan membalas senyuman tipis. Rubin meringkik lagi menyaksikan dua insan berbalas senyum untuk kali pertama.
Tenyata pulau yang mereka maksud adalah pulau Pandora Kartika yang mereka banyak bicarakan.
____-----_____-----______-----______
Para Jangkar sudah mulai diturunkan oleh awak kapal di tepian dermaga Pandora, rintikan gerimis terasa sejak masuk pelabuhan. Suasana hangat yang terasa dengan aksen guyuran hujan yang tak terhentikan di tanah Pandora.
Semua menarik nafas panjang dalam-dalam terasa membahagiakan karena menginjak tanah yang tak pernah berhenti menangis sebutannya.
seorang Laksamana pimpinan pulau Pandora menyambut hangat kapten Daniel dengan ramah, mantel hujan membalut Laksamana dengan gagahnya. Ada 5 prajurit yang ikut membersamai Laksamana dengan setia..
"Garagaaaa graraagaga" ucap si laksamana memberi salam, dan pelukan persaudaraan. "Mereka menggunakan bahasa yang berbeda?" Omeir terkejut, sengaja menyimak. Ia tau, bahasa yang di gunakan adalah bahasa bulan kuno, sekilasnya Laksamana mengucapkan salam selamat datang kepada kapten Daniel dan pasukannya.
Mereka bercakap-cakap dengan bahasa bulan kuno, kadang juga menggunakan bahasa seperti Daniel. Semua ikut serta masuk ke dalam tanah Pandora kecuali beberapa awak yang berjaga, mereka di gilir Untuk sip jaga kapal. Dilihat dari manapun tanah Pandora gelap semua. Rintikan hujan membuyar semakin deras, basah semua.
"Zaini light"
Sontakan seorang dari menara tertinggi menerpa dengan kencangnya, dari sudut Timur, Barat, Selatan dan Utara menyembur sebuah kilatan sinar jingga dan mentari, indah sekali. Mantra cahaya yang luar biasa indah dan terang.
Orang bilang, itu adalah upacara penyambutan tamu di Pandora. Kilatan cahaya di tengah-tengah rintikan hujan yang indah menakjubkan mendatangkan semua penghuni tanah Pandora menyambut di depan rumah masing-masing.
Setiap satu rumah dengan satu keluarga, ayah, ibu, atau terkadang terlihat dengan anak-anaknya, nenek, kakeknya dan Paman bibinya.
Setiap rumah berpandar cahaya lampu dengan obor kecil menghiasi, setiap rumah terbuka dengan ramai nya, senyuman dan salam dihaturkan oleh penduduk Pandora.
Kecuali dengan satu rumah yang masih tertutup lekat tanpa cahaya, tanpa keluarga di depan pintunya. Tak ada yang memperhatikannya, kecuali Omeir tentunya, matanya sekejap berubah hijau.
Dilihatnya Laksamana hanya melirik kediaman itu, acuh saja dengan rumah berhias tanaman aloe vera dan lavender di depan pekararangan bilik rumah yang terlihat tak berpenghuni, lalu melanjutkan perjalanan di persinggahan jamuan dengan senyuman menebar pada setiap masyarakat yang datang. Memberi sebuah tanda untuk setiap masyarakat mengucapkan salam "garagaa garagaaaa"......
![](https://img.wattpad.com/cover/359537160-288-k280115.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adanu Maitri
FantezieKisah ini menggambarkan perjalanan tiga pemuda yang memiliki tujuan yang berbeda namun bersatu dalam petualangan yang luar biasa. Omeir Jackot, dengan kekuatan warisan "mata hijau zamrud" dan temannya Ruby, bertualang untuk membawa pesan leluhur ke...