17. IBUKOTA

3 3 1
                                    

° give me support ffmzuhdi ♥️

°

°

°

°

°

°

Sudah 8 jam lamanya Ariel dino bergerak mengarungi lautan dengan tenang. Langit mulai menggelap, dan matahari mulai terbenam.

Ketiganya serta Rubin juga Romy terlihat lelah dan lapar. Riessa mengeluarkan beberapa persediaan makanan yang ia simpan di dalam ranselnya.

Omeir menyiapkan pancingan dari tombak yang Abiel bawa, di jadikannya sebuah pancingan hingga ia mulai sigap memancing di tengah lautan.

Abiel mengumpulkan ikan-ikan dengan mantra es nya, dengan mudah Omeir bisa menangkapnya.

Riessa mulai membersihkan ikan dan di cuci langsung di air lautan, tak perlu garam, lautan sudah asin.

Omeir memberi kan ikan mentah kepada Rubin dan Romy. Abiel memanjat hendak memberikan daging kepada Ariel dino.

Di senja itu, mereka menikmati makan bersama, menikmati pemandangan senja yang langka serta mencurakan segala kelelahan yang memuaskan dalam petualangan mereka yang baru saja di mulai.

"Kau sudah berpamitan kepada Defilla?" Riessa membuka obrolan.

Omeir yang mendengar langsung terpaku diam, lalu tersenyum mengangguk. "Ku rasa sudah"

"Siapa Defilla?" Tanya Abiel.

"Putri raja Daniel" jawab Riessa singkat yang langsung lanjut memakan ikan bakar yang ia bakar dengan mantra apinya.

Abiel mengangguk faham, "rupanya ia menyukai mu kawan" ucap Abiel dengan tiba-tiba.

"Bagaimana kau tau?" Tanya Riessa tertawa renyah.

"Aku tau" langsung saja Abiel berbalik lanjut fokus mengendarai Ariel dino.

"Kurasa Riessa cemburu" tambah Abiel.

Pipi Riessa memerah, lalu tersenyum simpul. "Sok tau rupanya kau biel" bantah Riessa.

Omeir hanya tersenyum menanggapi keduanya, sejujurnya ia sendiri masih tidak tau perasaan apa yang ia berikan kepada Defilla. Karena selama ini ia merasa Defilla seperti adik nya sendiri, namun faktanya Defilla menaruh harapan lebih padanya.

Omeir tidak mau ambil pusing, ia cukup sadar diri untuk mengetahui siapa dia dan dimana ia tinggal dan di lahirkan.

Tidak mungkin rakyat biasa sepertinya bisa bersanding dengan seorang putri kerajaan abadi.

Nyalinya tidak sekuat itu. Untuk Riessa?, Omeir sendiri sangat menyayangi Riessa sebagai sahabatnya, sama seperti dirinya yang mulai menyayangi Abiel.

Baginya, Abiel memang terlihat dingin dan datar. Tapi justru kekuatan sesungguhnya yang Abiel punya bersumber dari rasa dingin, perasaan dingin dan lingkungan cuaca yang dingin. Kurasa Abiel tak akan tau betapa hangatnya cinta.

"Masih berapa jam lagi untuk sampai di ibu kota biel?" Tanya Omeir.

"Sebentar lagi, menara mercusuar itu sudah terlihat. Setelah menara itu kita akan melewati goa tengkorak. Lalu gerbang penjaga, barulah kita sampai di ibukota " jelas Abiel dengan isyarat tangan yang memberi arah.

"Kau pernah kemari?" Riessa mengayun-ayunkan kakinya ke tepi lautan.

Abiel yang ditanya mengangguk anggukkan kepala.

"Pernah saat aku harus mengambil pusaka terbaru untuk diamankan" ungkap Abiel.

"Ah iya, kita belum tau mengenai tujuan dan impian hidupmu Abiel"

"Jika tidak keberatan bolehkah kau ceritakan?, bukankah kita sudah berteman?"
Celoteh Riessa dengan sunging bibir yang gingsulnya terlihat tanpa di sengaja.

Abiel terdiam menatap langit, rambutnya yang cukup panjang menutupi matanya, hidungnya mancung juga kulit putih yang memadu indah di lihat. Kalau di lihat Abiel lah yang paling mencolok dengan jaket bludrunya.

"Aku Abiel, kalian tau AQ berasal dari kampung Aqua" jelas Abiel dengan wajah serius tanpa menatap keduanya.

"Lanjut" tanggap Omeir.

"Baiklah sebentar lagi kita sampai" ucap Abiel menunjuk menara mercusuar di depannya.

Omeir langsung mengaktifkan mode mata hijau zamrudnya.

Nampak sebuah bayangan penjaga menara melambaikan tangan.

"Siapa itu?" Omeir menyenggol Abiel.

"Pasukan bayangan milik ibukota" Abiel membalas sapaan sang penjaga. Penjaga yang menyapa seolah mengenal Abiel kini memberi arahan untuk hati-hati di gerbang berikutnya.

Ariel dino berkelok ke arah kanan dan menundukkan kepalanya sangat rendah.

"Tiarap" perintah Abiel tegas.

Penumpang Ariel dino langsung mengikuti perintah Abiel, mereka tiarap. Dan benar saja sebuah jembatan sangat rendah berada di dekat lautan.

Di gelapnya malam, Omeir menyalakan cahaya dengan mantra penerangnya.

Gerbang utama kini terlihat, sebenarnya ibukota memiliki 3 gerbang yang harus di lalui, tapi Abiel mengambil jalan pintas melewati jalur dalam.

Nampak gerbang besi setebal 50 cm dengan tinggi 700 kaki tertutup rapat sangat rapat. Di depannya berdiri 2 patung gajah yang sama-sama memegang kapak dan tombak.

Abiel berjaga dengan diam tepat di tengah kedua patung gajah yang kini sudah menyilangkan tombaknya masing-masing.

"Siapa kau?" Kedua patung itu berbicara dengan lantang.

"Aku Abiel Tomein, selamat malam paduka gajah penjaga" Abiel melambaikan tangan menyapa keduanya.

"Siapa?" Untuk kali kedua patung gajah bertanya.

"Aku putra sulung Amoy Tomein" Abiel kembali ke wajah datarnya.

Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang