11. GURU AMENG

12 3 0
                                    

Kamu boleh kecewa dengan manusia, tapi jangan dengan penciptanya. Karena sejatinya manusia tercipta dengan segala kekurangan....☁️

°

°

°

°

Sorak soray suara musik kebahagiaan meramaikan. Makanan terjajar rapi dengan segala macam menu yang tersedia.

Buah-buahan dengan segala macam dan bentuknya juga tersedia banyak di meja prasmanan, nampak segar.

Pesta berjalan sungguh meriah. Putri Defilla terlihat sangat menikmati acara, ratu Shiraan menari bersama raja Daniel. Di iringi petikan dawai dari gadis buta yang terkenal dengan kemerduan suaranya.

Omeir terlelap dalam tulisan penelitian nya selama acara, Riessa bermain dengan Peron dan Gogo juga Rubin.

"Apa yang kau tulis Om?" Sapa seseorang dari belakang.

"Aku ingin membuat sebuah cerita pengalaman petualangan ku" Omeir menoleh ke arah suara dimana Defilla sudah tersenyum mengangguk.

Omeir terkesima, Defilla memang benar-benar cantik dengan balutan gaun berwarna putih dengan hiasan selendang merah mudanya. Hidung nya yang kecil ditambah senyuman manis yang menampakkan giginya yang rata.

"Dari kecil udah cantik" batin Omeir menelan ludah.

"Mau berdansa denganku?" Defilla menundukkan kepala.

Omeir terkejut bukan main, netranya membesar. Dalam sekejap Defilla menarik tangan Omeir, kemudian mengajaknya berdansa mengikuti alunan dawai gadis buta. Langkah demi langkah di tapaki mereka tanpa disadari keduanya, Omeir dan Defilla sudah berada di luar ruangan.

Defilla melepas genggamannya, menepi di tepi balkon, bersenandung kecil guna mengungkapkan perasaan senangnya.

Semilir angin di malam hari menyejukkan keduanya. Omeir mengikuti langkah Defilla lalu menatapnya lebih dalam.

Wajah Defilla begitu elok nan anggun, parasnya begitu mempesona, dan tutur katanya selembut sutra, mengingatkannya pada damai tenang angkasa pura.

Pantas saja begron kedamaian angkasa pura adalah putri Defilla. Karena siapapun yang menatapnya akan terjatuh dalam setiap dawai langkah pesonanya.

"Apa yang kau lihat cak Omeir?" Merasa diperhatikan, Defilla memetikkan jarinya tepat di hadapan Omeir.

Omeir tersenyum lalu mengangguk, "kau adalah gambaran kedamaian Defilla, tetaplah bahagia meski hanya sedikit rasa bahagiamu. Tapi aku berdoa semoga kau selalu di beri kebahagiaan demi rakyatmu"

Defilla tersenyum simpul menanggapi doa Omeir.

"Kau selalu memperhatikan orang terlalu dalam rupanya cak Omeir...." Defilla tertawa renyah.

Omeir yang berasa di sindir menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Memang sudah kebiasaan ku, kau tau sendiri mata zamrud ini suka bereaksi sendiri"

"Hmmm, itu dia masalahmu. Seharusnya kau bisa mengendalikan kekuatan itu cak"

"Saranku, selagi kau di sini, bergurulah kepada guru Ameng" ungkap Defilla dengan yakin.

"Hmm, benar juga. Leona pernah menyarankan nya. Tapi aku sendiri tidak tau di mana guru Ameng yang kalian maksud" jelas Omeir kini memainkan jari-jarinya.

"Temui beliau di balik bukit itu, mungkin dia agak gila" Defilla menunjuk sebuah bukit yang di penuhi bintang gemintang di atasnya.

Omeir memperhatikan, mencoba mengamati dengan baik. Barang kali matanya mampu menembus bukit.

Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang