15. PERPISAHAN

2 2 0
                                    

°

°

°

°

Raja Daniel mengirim pasukan bayangan resmi menuju kampung Aqua untuk berjaga-jaga menjaga perbatasan serta mengamankan pusaka leluhur Aslanto Major.

"Aku berharap kondisi peperangan ini segera mereda" ucap salah seorang lelaki kekar dengan busur di punggung serta tombak di tangan kirinya.

"Semoga saja tuan, kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Negri raib juga turut andil dalam mengamankan, ibu kota juga sudah mulai bergerak" ahjudan lelaki hitam manis di sampingnya memberi semangat kepada kepala suku yang sedari tadi gundah.

Kepala suku yang mendengar hanya berdoa dan pasrah dengan semuanya, pasukannya hampir di babat habis oleh penyusup, teringat jumlah penduduk ksatria kampung Aqua sedikit jumlahnya karena memang keberadaan nya dinrahasiakan, hanya petinggi negri serta tetua negri dan negara yang tau keberadaannya.

"Bagaimana kabar Abiel?" Tanya kepala suku kepada ajudannya Thohir.

Thohir menunduk "dia baik, sekarang dalam lindungan raja Daniel di negri raib angkasa pura".

"Syukurlah" desah kepala suku.

"Aku akan kembali ke tenda" kepala suku berputar balik menuju tenda. Sedang ajudan Thohir menunggu di luar selayaknya penjaga.

____-----______------______-----____

Burung hantu coklat terbang di sekeliling rumah guru Ameng, lalu mendarat tepat di depan jendela kusen kayu dan menutukkan paruh nya ke kusen jendela.

Riessa yang melihatnya langsung membuka dan mengambil gulungan kertas di kaki burung hantu.

"Kau pasti lapar" Riessa mengambilkan sepotong daging dan air ke depan burung hantu.

Di bukanya jendela lebar mempersilahkan si burung masuk dengan aman, lalu di bukanya gulungan yang berisi tulisan

"Abiell Tomein ku"

Langsung diberikannya gulungan itu untuk Abiel.

Abiel membukanya, "ini dari Owens" Owens yang di maksud adalah burung hantu milik kampung Aqua.

Gulungan kuning itu berisi surat yang di tulis secara acak di atas permanen tua.

Abielal Tomein ku

"Jangan kembali Dulu, keadaan sedang tidak baik-baik saja, ayah ibumu aman, tapi ayahmu sedang menjalani masa kritisnya setelah di tikam 12 tikaman di kaki dan perutnya. Tak ada yang bisa ku percaya untuk menemukan pusaka yang hilang selain keluarga Tomein. Bolehkah aku memintamu untuk menemukan dan merebut kembali pusaka kebanggaan kita?, aku curiga di kampung Aqua sendiri ada penyusup yang menyamar sebagai rakyat kita. Jagalah dirimu baik-baik"

(Goorgees)

"Goorgees menulis nya sendiri" Abiel menggulung perkamen tua itu lagi lalu meleburkan nya kedalam sebuah mantra peleburan

Reeesssh...

"Ada apa?" Omeir mendekat

"Kapan kalian berangkat ke ibukota?" Abiel kini semakin serius.

"Besok, ada apa?" Omeir melipat tangannya.

"Aku ikut" ungkap Abiel yang langsung pergi menemui guru Ameng di tempat semedinya.

Lilin-lilin berjajar memanjang di sebuah meja, guru Ameng sedang bertapa dengan segala ketenangan yanga ada.

Abiel ingin membangunkan nya tapi tak berani, tapi di sisi lain ia harus segera menceritakan hal ini segera kepada guru Ameng.

Cukup lama Abiel terdiam di depan pintu memandang kebawah kaki berfikir bagaimana baiknya.

"Masuklah" suara ringkih itu menyapanya, guru Ameng rupanya memperhatikan di tengah semedinya.

Tak banyak pikir Abiel menghampiri guru Ameng lalu menceritakan dan memberikan perkamen tersebut.

"Ikuti instruksi nya, goorgees sedang luput dari kewaspadaan" guru Ameng menepuk bahu Abiel menenangkan.

Abiel menatap lekat guru Ameng lalu berdiri dan pamit undur diri. Guru Ameng melanjutkan semedinya.

____------____----_____------_______

Pagi yang cerah dengan udara sejuk juga dingin, Abiel sudah lengkap menggunakan jaket bludrunya dengan tombak yang telah di siapkannya tadi malam bersama paman beruang di hutan.

Riessa menggunakan jas navy dengan lengan sesiku nya, celana panjang persis semata kaki, serta ransel kecil di punggungnya berisi tanaman obat-obatan herbal yang telah di kumpulkannya selama berlatih di ufuk pesisir.

Omeir dengan pakaian casual nya, kemeja putih dengan celana hitam dan sepatu boot.

"Kita kembali ke istana dulu, Rubin harus ikut dengan ku" ungkap Omeir.

"Tentu, lagi pula kau harus berpamitan dengan Defilla" Riessa tersenyum bersemangat menggoda Omeir kali ini.

Omeir tersipu malu, pipinya memerah lalu memalingkan wajahnya.

Riessa tertawa terbahak-bahak menirukan gaya guru Ameng.

Guru Ameng yang melihat suasana di pagi buta ini tiba-tiba tertawa terbahak-bahak lalu tiba-tiba menangis tersedu-sedu.

"Kakek?, ada apa?" Riessa seketika memeluk guru Ameng.

"Setelah ini aku akan kesepian lagi, aku senang jika kalian disini. Setidaknya makanan di rumah tak pernah terbuang, karena paman beruang selalu rajin mengirimkan makanan" guru Ameng menangis dan bercerita.

Omeir tersenyum memahami, Abiel diam lalu ikut memeluk guru Ameng, dia sendiri juga merasa kehadiran guru Ameng sebagai penuntun arah jalan nya, guru Ameng juga banyak memberi nasehat bijak meski perawakannya sendiri terlihat tak meyakinkan dengan kepribadian gilanya.

Omeir menyusul memeluk guru Ameng, lalu mengusap lembut punggung guru Ameng yang tertutup balutan jubah kainnya.




Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang