9. ANGKASA PURA

11 4 3
                                    

°

°

°

°

Kilas balik dari kisah kastil angkasa pura namanya. Harum dengan suasana semi dan gugur mewangi damai tanpa perselisihan.

Konon katanya, raja pertama yang memimpin adalah leluhur tertua milik tanah Aslanto Major. Umurnya sudah melebihi 1000 tahun.

"Ayah, kita akan berlayar ke mana?" Defilla merangkul lengan Daniel, "pulang nak" ucap Daniel tersenyum senang.

Omeir yang terlihat bingung akan perjalanan selanjutnya pun bertanya meminta pendapat Riessa.

"Riessa Setelah kita sampai di angkasa pura lalu bagaimana aku melanjutkan perjalanan menuju ibukota Aslanto untuk menemui kakak ku?".

Riessa yang merasa dimintai pendapat itu berpikir, sejenak merapal mantra

'khetok'o'

sekilas gambar peta bias muncul di hadapan Riessa dengan sangat jelas. "Baiklah omeir, kita masih berada di barat daya, semenanjung Timur berada di sisi Barat dari tanah Pandora Kartika. Kau tahu sendiri kan bahwa laut ini raib?" Omeir mengangguk seraya mengiyakan paham.

"Nah sejujurnya Angkasa Pura itu tidaklah raib, namun perjalanannya yang raih. Karena kastil angkasa pura sendiri hanya bisa dimasuki oleh orang-orang terpilih, orang-orang yang benar-benar memiliki hati yang lapang, orang-orang yang tak memiliki dendam dan orang-orang yang tak memiliki rasa sombong".

"Tahukah kau Omeir?, mengapa kastil Angkasa Pura terkenal damai tanpa pertikaian?"

Omeir menggelengkan kepala, hikmat mendengar penjelasan Riessa dengan seksama serta sesekali menganggukkan kepala.

"Karena masyarakat, penghuni serta warganya adalah orang-orang yang jujur, menyukai keadilan dan legawa meir".

"Jika kau tau, bahkan rajanya memiliki hati sebening air, bijaksana dan sabar seluas samudra".

"Konon katanya umur sang raja sudah mencapai 1.000 tahun lebih, namun raja masih hidup hingga saat ini".

Omeir mengangguk faham mendengar penjabaran Riessa secara menyeluruh, kembali menunjuk sebuah peta,

"jika kita hendak lanjut perjalanan, kurasa lebih baik kita lewat jalur udara, Kita bisa belajar menjinakkan  NABUDA di Angkasa Pura. Dia sejenis binatang terbang yang kokoh dan petarung unggul". Ucap Riessa penuh yakin.

"Kau tahu banyak tentang Angkasa Pura rupanya ris....., tahu dari mana? " Omeir memberi uploss menanggapi penjelasan Riessa.

"Karena, Pandora Kartika dan Angkasa Pura sudah seperti saudara meir...., raja dan Laksamana kami adalah teman seperjuangan sejak dulu, dan berguru pada orang yang sama". Riessa tersenyum bangga.

"Aku jadi ingin bertemu dengan raja Angkasa Pura" decak Omeir kagum sekaligus penasaran.

"Kau sudah lama bertemu dengannya Om..."

seseorang menyahuti pertanyaan Omeir, suara wanita adalah itu Leona.

"Bagaimana bisa?" Omeir tertegun dengan ucapan Leona sang panglima.

"Nanti akan kau ketahui sebentar lagi" Leona tersenyum ramah lalu pergi, matanya tersorot tajam menatap jendela, lalu tersenyum mengangguk anggukkan kepala, seperti sedang bersenandung dan bahagia.

"Ah iya saranku saat kalian menaklukkan NABUDA, bergurulah ke guru Ameng" lanjut Leona lalu melambaikan tangan. Riessa tersenyum menanggapi Leona Omeir mengangguk penanda paham sekaligus setuju.

_______----______-----_____-----____

Tak terasa sudah 5 hari naga bumi berlabuh,  tidak selayaknya saat di Managaskar menuju Pandora Kartika yang menghabiskan waktu berbulan-bulan. Pandora menuju angkasa pura hanya butuh waktu 5 hari 4 malam.

"welcome angkasa pura" suara Riessa bersorak bahagia. Jika di Pandora kapal naga bumi saat diparkir masih ada yang menjaga, kini naga bumi 100% istirahat total dari para awak dan tenaga pelayaran. Naga bumi langsung diamankan para awak kapal di tepian dermaga angkasa pura. Layar putihnya dilingkap, bendera Angkasa Pura tetap dikibarkan, namun tempat nahkoda ditutup total dengan plastik sejenis terpal.

Gladaknya disikat bersih oleh awak-awak dermaga Yang telah menanti, memang terlihat tugas mereka untuk membersihkan kapal. seluruh isi lumbung makanan dikuras habis, seluruh isinya dikeluarkan dari beban-beban finansial.

Sambutan hangat dari para masyarakat menyeruak hebat. Bahkan ada yang terlihat menangis karena naga bumi telah kembali.

"Selamat datang rajaku, sudah sekian lama Tanah ini menangis karena merindukanmu", salah seorang lelaki paruh baya berseru tersedu-sedu mengutarakan isi hatinya.

"Terima kasih atas sambutannya rakyatku, aku sangat berterima kasih kepada kalian karena telah menjaga Angkasa Pura dengan baik".

"Aku membawa beberapa tamu tolong jaga dan hormati mereka" ucap kapten Daniel tersenyum lebar, kemudian lanjut menyalami rakyat yang sempat disalami.

Omeir terkejut bukan main, kapten Daniel adalah seorang raja?, 1000 tahun lebihkah umurnya? Dia bolak-balik memandangi Daniel dan Shiraan bergantian. Sesekali memandangi Defilla. Leona yang merasa sejak tadi Omeir mengamati keluarga itu tersenyum mengangguk seolah tahu Omeir benar-benar sedang membutuhkan jawaban.

Omeir dipandu menuju persinggahan tamu bersama Riessa, Leona sendiri yang menuntunnya.

"Leona kapten Daniel itu?" Tanya Omeir penasaran Leona yang mendengarnya tersenyum sedikit menahan tawa.

"Angkasa pura adalah negeri yang abadi om..., jika umur raja Daniel sekarang kurang lebih 3000 tahun, ratu Shiraan 275.000 maka kami penghuni angkasa pura rata-rata berumur 500 tahun, manusia termuda di sini adalah Putri Defilla seorang, 15 tahun mudanya" jelas Leona.

"Lalu kau sendiri, berapa umurmu dan Peron?" Tanya Omeir.

Leona tampak berpikir "peron 775 tahun kurasa dan aku 927 tahun kurasa"

"Ah, entahlah aku belum menghitung lagi di daun kehidupan" terang Leona, dilihat bagaimanapun Leona terlihat lebih muda dari Peron, tapi secara segi usia, Leona lebih tua dari Peron.

"Sudahlah, lambat laun akan kau pahami perlahan-lahan" Leona memberikan kunci sebuah ruangan.

"Ah iya, Riessa keluarlah, aku tahu kau menggunakan mode raib mu. kau bebas memilih kamar, mau diseberang Omeir, kanan Omeir atau kiri omeir. Atau mungkin kamu mau sekamar bersamanya" celoteh Leona yang sama sekali tak disadari sejak tadi oleh Omeir kalau Riessa tak terlihat karena terlalu asik dengan Leona.

"Aku pilih yang seberang saja" Riessa spontan terlihat dan meraih kunci di tangan Leona, lalu masuk tanpa berpamitan dan senyap tanpa suara.

Sama dengan omeir yang tak ingin beradu lelah yang berkepanjangan, setelah pamit dan mengucapkan terima kasih pada Leona dia undur diri untuk istirahat.

Leona sendiri langsung pergi melalang buana menuju pos berikutnya. Sepintas tentang Riessa, ia adalah keturunan darah Laksamana asli, di mana dia bisa menghilang kan diri sesuka hatinya, dalam Pandora Kartika hanya ayah Riessa Laksamana kedua, kakeknya Laksamana pertama, buyutnya tumenggung Laksamana dan dirinya yang bisa mengaktifkan mode menghilang Raib naas yang tersisa hanya Riessa dan pamannya.

Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang