8. HARI SEMI SEPEKAN

10 6 0
                                    

°

°

°

°

Pagi ini, Lonceng menara berbunyi 5 kali, di denting terakhir terdengar terompet panjang dengan hitungan 1 sampai 5 ketukan. Burung-burung gereja berterbangan bebas, berputar-putar membentuk formasi sesuka hati mereka.

Kupu-kupu dengan berbagai warna hilir mudik menghiasi taman Pandora, bunga dengan bermacam-macam warna mekar dengan sejuta pesonanya dari yang kecil hingga yang besar, seperti bunga Mega jingga yang besarnya lebih dari 1 meter setengah. Wanginya seperti aroma mawar bercampur stroberi menyeruak kala mekar di hari semi pertama.

Ada lagi pohon Maharaja yang tingginya 1000 kaki, buahnya manis seperti gula dan daunnya rimbun, namun sayangnya jarang yang mampu menggapai buah hingga ke pucuk pohon Maharaja bahkan bisa dikatakan tidak mungkin karena tingginya melampaui batas maksimum pohon pada umumnya, karena telah tembus awan.

Jadi tak jarang lebih sering menunggu jatuhnya buah, dan berseraknya buah yang busuk atau setengah digigit tupai Pandora. Beruntung bila mampu menemui buah Maharaja yang matang tanpa ada gigitan tupai maupun busuk.

Konon katanya, di pucuk pohon Maharaja, terdapat buah yang rasanya tak bisa digambarkan, dan memiliki khasiat luar biasa.
Seperti menghidupkan orang mati misalnya.

ada juga yang berkata bahwa buah itu mampu membuat kita kenyang dalam waktu 1 tahun. Meski hanya satu gigitan dan setiap gigitan akan berlipat tahunnya. Dan dikatakan lagi, bahwa buah Maharaja adalah buah keabadian, tak jarang banyak yang memburu dan mencoba mendaki pohon Maharaja ini. Namun sekalipun belum ada yang mampu menggapai hingga ketinggian 70 meter.

"Omeir..... Kau harus melihat ini" pinta Riessa yang asyik berlari-lari membelakangi.

Nampak untuk pertama kalinya pemandangan Pandora cerah, Matahari menampakkan wujudnya yang indah setelah selama bertahun-tahun terguyur hujan.

Defilla berlari mengejar kelinci Pandora yang besarnya sebesar kucing dewasa. Peron bermain dengan Rubin yang kini sudah sebesar anjing dewasa.

"Ini adalah taman Pandora, anyopa garden". Ucap Riessa dengan tawa indahnya. Omeir membalas senyum sekaligus menikmati musim yang selalu berada di rumahnya.

"Setelah 3 bulan di sini, baru pertama kali ini aku melihat musim semi" Omeir berjalan menyusuri taman bersama Riessa.

Lagi-lagi Pandora mengejutkan omeir dengan sejuta keajaibannya, anugrah hujan, tradisi turunan, buah keabadian dan musim langka yang terjadi hanya setahun sekali.

Perasaan nyamannya yang ingin tinggal kini harus dirombak dengan terpaksa menjadi akhir pertemuan, karena kapten Daniel sudah mengabarkan bahwa di hari ketiga musim semi sepekan, kapal naga bumi akan berlayar lagi menuju tujuan akhirnya 'ISTANA ANGKASA PURA'.

Omeir menghabiskan banyak waktu di hari pertama bersama Riessa di taman dan di hutan, hari kedua Omeir baru mengungkapkan akan kepergiannya besok di hari ketiga.

Riessa terbelalak tak percaya akan ungkapan Omeir, dia terdiam menyaring setiap perkataan Omeir, sesekali menatap omeir dan Defilla.

Hening di rasa, rasa Riessa kini sedatar wajahnya. keinginannya untuk tetap bersama Omeir dan pasukan naga bumi lenyap begitu saja.

Omeir menatap Riessa lekat memastikan Riessa tetap tenang dengan pandangannya dan tetap baik-baik saja meskipun terpisahkan.

"Kami harus melanjutkan perjalanan, aku juga harus pergi menuju ibukota"

"Suatu saat nanti, aku akan kemari lagi untuk bertemu denganmu" ucap Omeir meyakinkan.

"Defilla juga akan mengajak teman-teman untuk kemari" kini ganti Defilla yang meyakinkan Riessa yang masih terdiam menerka keadaan, sakit memang karena harus berpisah dengan kawan.

"Riessa..., besok pagi aku akan berangkat" ucap Omeir lembut. spontan Riessa menggeleng lemah.

"Aku ikut, kita akan pergi kita akan berangkat" tukas Riessa yang perlahan senyumnya terpancar terlihat penuh dengan keyakinan, Omeir kaget dan setengah tak percaya namun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya juga ikut senang.

"Bagaimana dengan Laksamana?" Tanya Omeir berjaga-jaga.

"Tak apa, paman akan faham denganku. bagiku tanpa Abah dan ama, Pandora hanya sekedar batu mati yang menyimpan banyak kenangan di masa kecilku hingga kini dan tanah yang harus kujaga hingga nanti". Riessa tersenyum rapuh berusaha meyakinkan diri sendiri.

"Tapi tidak lagi setelah kedatangan kalian" senyumnya bertambah tulus saat mengucapkan.

Daniel luluh dan tersenyum "baiklah, ikutlah" ucap Daniel mengules kepala Riessa penuh sayang.

Laksamana selaku Paman Riessa ingin mencegah, namun dihentikan oleh isyarat tangan Daniel yang spontan memeluk Riessa. Laksamana tak bisa berbuat apa-apa, karena dia adalah tipe seorang yang menghormati pendapat orang lain lagi pula kapten Daniel adalah atasan dari laksamana.

Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang