° jika pertemuan ini adalah suatu pertanda baik, izinkan aku menjadi untuk menjadi baik selalu (Riessa Olieq).
°
°
°
°
Jalan setapak Pandora basah tertimbun air, beberapa orang lalu lalang sibuk dengan pekerjaannya. Dominan lebih banyak memiliki tidur di hujan malam Pandora yang saat itu tak begitu deras, hanya rintik-rintik gerimis seperti biasanya.Namun gadis berkuncir kuda dengan jas navy juga sepatu boot itu memilih pergi dari biliknya. Omeir menggunakan mantel mengikuti langkah Riessa, dan Riessa yang berpayung berjalan berdampingan dengan Omeir.
"Hei, maaf untuk hari itu" ucap Riessa dengan suara lirih.
"Ah sudahlah lupakan, aku yang tamu tak berhak berpendapat" cengir Omeir
"tapi mengapa Laksamana memarahimu?" Kali ini Omeir lekat menatap.
Riessa terdiam, mengigit bibir kanannya "bagi kami, suatu hal tabu menyepelekan tamu, adatnya memang harus menyambut tamu dengan baik sesuai dengan ajaran nenek moyang kami". Omeir mendengar sembari Tetap membersamai jalan Riessa yang kini berbelok ke sebelah kanan.
Riessa mengarah kepada sebuah jalan gelap dengan penerangan lampu ublik di depan pintu tujuan. Tertulis sebuah gapura tertera 'TUGU PANDORA KARTIKA'
"apa itu?" Tanya Omeir memperhatikan dengan seksama.
Riessa tetap saja melanjutkan jalannya, suasana sepi tak ada orang maupun lalu lalang penduduk. Yang terdengar hanyalah percikan air dari pohon menuju sebuah tanaman bambu yang telah ditebang, suara khas yang ditimbulkan sangat kentara, serta suara kodok yang mulai menari karena gelapnya malam serta dinginnya hujan.
Riessa merapalkan mantra cahaya, "Zaini light" kobaran kilat bertengger di tangan kirinya, dengan tangan kanan masih setia menggenggam payung biru lautnya.
Tanpa banyak bertanya lagi, Omeir mengikuti langkah Riessa ke sebuah batu besar dengan tulisan sebuah nama diatas, nampak tak hanya sekedar batu, tapi sebuah batu nisan dengan nama yang tertulis lengkap "Edo Olieq dan Dayati Olieq" meski tak begitu jelas, tapi aksara bulan mampu di baca jelas oleh Omeir meski dalam remang-remang.
Rintihan air mata mengalir tiba-tiba tanpa disadarinya "ama, aba...." Riessa melenguh menahan tangisnya, "Icha rindu" ucapanya perlahan mengusap batu nisan dengan penuh kasih. Terlihat Riessa tak kuasa menahan rasa rindu yang menyiksa nya. Omeir yang menyaksikan ikut tenggelam dalam kesedihan tertunduk menyaksikan kesedihan yang Riessa rasakan, bagaimana kejelasannya Omeir tentu saja penasaran, tapi ia urungkan demi menjaga perasaan yang saat ini Riessa rasakan.
Tanpa di minta, Omeir merapalkan mantra membantu menerangi dengan kilatan jingga miliknya "Zaini light" ucapnya mantap dengan nada lirih.
Hujan Pandora kini sedikit mereda, hanya tersisa rintikan gerimis yang kini ikut meramaikan malam Pandora. Sedikit tetesan air, tapi mampu membasahi baju Riessa yang kini sudah melepas payung biru dari genggamannya tanpa disadarinya. Awannya masih tetap mendung, angin malam itu menjadi saksi bisu luka terdalam seorang Riessa Olieq.
______---_____---______----_________
"Kapan kau berangkat?" Riessa menarik mantel Omeir. Seolah tak terjadi apapun, Riessa bertanya dengan mengusap air mata yang tersisa.
"Hah? Kurasa aku akan menetap untuk beberapa saat" Omeir menangkap tangan Riessa kemudian memeluknya.
"Kau sudah selesai dengan lukamu?" Tanya Omeir mengelus punggung Riessa. Kali ini matanya bereaksi hingga membuat Omeir menangis dalam diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/359537160-288-k280115.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adanu Maitri
FantasyKisah ini menggambarkan perjalanan tiga pemuda yang memiliki tujuan yang berbeda namun bersatu dalam petualangan yang luar biasa. Omeir Jackot, dengan kekuatan warisan "mata hijau zamrud" dan temannya Ruby, bertualang untuk membawa pesan leluhur ke...