12. PERTEMUAN KITA

3 2 0
                                        

°

°

°

°

Saat ini, di negri sebrang lekat di dalam sebuah goa terdalam yang pernah ada, dengan ruangan bawah tanah yang lembab serta berdiri sebuah ruangan rahasia lengkap dengan fasilitas pemiliknya.

"Kapan kita akan mulai menyusup Pandora Kartika?" Ucap seorang pria berkulit putih dengan rambut panjang serta tahi lalat di pipi kanannya. Suaranya berat serta serak.

"Aku sudah merencang penyusupan berikutnya Rajoo" wanita dengan kepang dua dan berperawakan bocah di sebelahnya manyapu wajah Rajoo dengan lembut.

"Aku ingin merebut buah Maharaja itu, pastikan rencana kali ini tidak gagal Rozee" Rajoo yang menyandarkan tubuhnya di bahu wanita disampingnya tersenyum licik.

"Tak akan, setelah kita berhasil mengambil jimat leluhur kampung Aqua" Rozee mencium kening Rajoo.

Ketahuilah Rajoo dan Rozee adalah saudara kembar yang tak seiras, tetapi mereka saling mencintai juga berbagi kasih sebagai pasangan hidup, bukan sebagai saudara.

"Samantha" Rozee menepuk tangannya 2 kali isyarat memanggil pelayan.

Yang di panggil datang dengan patuh, "siap laksanakan nona Rozee"

"Persiapkan pasukan menuju kampung Aqua" Rozee memberi perintah.

"Laksanakan nona" Samantha atau istilah panggilan bagi prajurit tingkat 1 milik kelompok bejatoo.

"Akan kita mulai sayang" Rozee mencium pipi Rajoo.

____------_______------_____--------

Hari ke-2

Guru Ameng memandang Riessa dan Omeir bergantian, jangan lupakan tangannya yang sudah bermain naik turun dengan jambang panjang putihnya.

"Kalian lulus ujian pertama, sekarang ikuti aku menyusuri pantai" guru Ameng pergi begitu saja dan dengan cepat Riessa dan Omeir mengekor di belakangnya.

Di samping bukit terdapat sebuah hutan dengan pemandangan pantai di depannya. Guru Ameng tertawa lagi, lalu memberikan sebuah pertanyaan kepada keduanya.

"Apa tujuan kalian menjadi muridku?"

Omeir menatap langit-langit pesisir, Riessa sudah memajukan bibirnya. Demi apa, lelaki tua ini seperti tidak meyakinkan.

"Cepat jawab, aku sudah lapar" guru Ameng mengukir sebuah tulisan di atas pasir pesisir.

Omeir mengacungkan tangan, berusaha menjawab. "Terimakasih telah menerima ku menjadi muridmu guru, sebuah kehormatan karena telah membimbing ku".

"Aku ingin belajar menaklukan NABUDA hewan asli angkasa pura yang terkenal dengan sebutan petarung unggul. Karena aku ingin menuju ibukota memberikan pesan ayah. Dan..... Impianku, aku ingin mengaju bandingkan hewan Metology ku kepada Mentri utama tanah Aslanto Major". Jelas Omeir.

Ganti Riessa mengacungkan tangan, "aku, aku ingin memilki kekuatan serta pengetahuan yang cukup untuk menguak kisah kematian kedua orang tuaku"

Guru Ameng mengangguk faham, kini kegiatannya menulis telah disudahi nya.

TARAFKHATAA.....

Omeir dan Riessa membacanya bersama, kali ini tulisan yang Omeir baca bukanlah aksara bulan, melainkan tulisan formal bahasa nya.

Setelah dibacanya suara pekikan hewan menderu keras dari tengah hutan, burung-burung diatasnya terbang karena kaget dan menjauh dari sumber suara.

Ketiganya menyipitkan mata melihat sosok yang mulai menghampiri Omeir dan Riessa.

Adanu MaitriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang