Bagian 28

900 52 4
                                    

"Lo kenapa sih Ron?,"

Rony menggeleng, seolah tidak mau ditanya sedang kenapa.

"Gamaauuuu, gamauuu pake sih,"

"Lo kenapa Ron?, habis berantem?, rambut lo, baju lo, semuanya acak acakan,"

Rony kembali menggeleng memberi jawaban, Salma yang merasa geli dengan reflek menjambak rambut Rony.

"Aaaaaaauuuuu,"

Semua reflek berdiri, berjaga jaga takut Rony menjadi harimau??

"Apasih Ron, malah ngaung," Rahman mengatakan sambil menepuk jidat, heran sekali dengan tingkah temannya kalau sedang mabuk.

"Eh sorry sorry, gue ngga sengaja, geli soalnya kepala lo gerak gerak,"

Salma kembali memijit kepala Rony, sesekali berhenti dan menghitung beberapa helai rambut milik Rony.

"Kok diem?, sakit ya Ron?," tanya Salma yang merasa bersalah dengan refleknya tadi.

Rony mengangguk sambil menengadahkan kepalanya, matanya menatap Salma sayu.

"Hee eemmm atit payanya," Rony berucap layaknya anak kecil, bibirnya sudah melengkung kebawah cemberut.

Salma sebenarnya jiji dengan sikap Rony barusan, tapi sekaligus heran. Ternyata dia bisa juga bersikap seperti anak kecil, selama ini yang Salma tau dia kan gagah, cool, pemberani. Menantang Raka saja dia berani, sudah kaya ketua gang saja.

Rony kembali pada posisi awalnya, "Hadeehh makin dibiarin makin jadi ini," Daniel yang sudah eneg sekali dengan kelakuan Rony setiap sedang mabuk akhirnya dia memutuskan pergi ke dapur.

"Hihihi cuu banget peyutnyaa buncit jadi empuk,"

Kurang ajar!, Salma langsung berdiri membiarkan setengah badan Rony terjatuh ke lantai, "Awas lo, ngatain gue gendut kan,"

Setelah itu Salma pergi menyusul Novia ke kamar Paul. Salma menjatuhkan tubuhnya di sebelah Novia, menutup wajahnya dengan bantal Paul.

Paul meraih tubuh Rony dibantu dengan Neyl, saat Rony sudah berdiri sempurna dan siap di papah oleh Paul dan Neyl, tiba tiba Rony bersuara.

"Sstt sstt kepala pundak lutut kaki lutut kaki, si Salma cuman punya Rony punya Rony,"

Paul dan Neyl membawa Rony pergi ke kamarnya. Neyl langsung pergi keluar, sedangkan Paul membantu melepaskan pakaian Rony.

"Awaaaasss, pak satpam kok maksa maksa saya bugil sih??? Pak saya sama bapak kan sama sama cowo, mending bapak pulang ke istri bapak,"

"Diem lu Ron, lepas cepet baju lo. Bau alkohol banget, kaya gini kok Salma mau di deketin elu,"

"Yaudah kalo bapak maksa, saya lepas nih,"

Setelah dirasa semua aman, Rony sudah tertidur di atas kasurnya. Paul baru saja menaruh pakaian kotor Rony ke keranjang baju milik Rony di kamar mandi.

"Awas aja lu bangun bangun nyariin Caca dimana, Pauli kok Caca pulang, Pauli mau ketemu Caca,"

Salma ketiduran di kamar Paul, Novia memberitahu kepada yang lain bahwa Salma sudah terlelap di kamar Paul.

Akhirnya mereka semua menyarankan untuk Novia dan Salma tidur di kamar Paul saja malam ini, tentunya dengan pintu kamar yang mereka kunci dari dalam.

Dini hari, pukul dua malam Rony terbangun dan langsung menuju ruang tengah. Dapat dilihatnya ada Paul dan Daniel yang masih aktif bermain PS di sana. Ada juga Rahman dan Diman yang sedang mabar dengan ponselnya masing masing.

Rony duduk di samping Paul, kepalanya menyandar pada pundak Paul.

"Makan dulu sana," perintah Paul kepada Rony.

Rony menggeleng, "mau disuapin Caca, Caca mana?," Nah begini kalau Rony habis mabuk. Manja, seperti anak kecil sekali dan yang pasti hanya akan mencari Caca Caca dan Caca.

"Ngga ada, lo bikin dia marah. Lo ngatain dia gendut kan?!," Paul menginterogasi Rony dengan tangannya yang masih tetap bermain PS dan pandangannya fokus ke layar tv.

"Hah??, apa?, gue ngomong apa ke Caca?,"

"Tau, inget inget sendiri aja," kini giliran Neyl yang bersuara.

"Iiihhh gue ngomong apa, cepet! Gue mau ke unit Caca,"

Baru juga Rony bangkit dari duduknya, dia mendengar suara pintu terbuka. Itu dari arah kamar Paul.

Rony yang mendengar langsung melangkah ke kamar Paul, dapat Ia lihat Salma yang sedang berdiri sambil mengucek ngucek matanya.

"Ngga boleh dikucek tauu, nanti merah," Rony menarik kedua tangan Salma mejauh dari matanya. Salma megerjap, berusaha membuka matanya sempurna.

"Mau minum,"

"Caca mau minum?,"

Salma hanya mengangguk, bangun tidur begini mulutnya tak selera untuk berbicara.

Setelahnya Rony menggandeng tangan Salma menuju ke dapur, ditariknya kursi makan dan setelahnya mempersilahkan Salma duduk.

Rony mengambil segelas air putih biasa, dia meraih satu kursi dan mendekatkannya ke arah Salma.

Selesai meminum airnya, Rony berdiri hendak meletakkan gelas tersebut di wastafel. Tapi dengan cepat Salma memeluk pinggang Rony.

Rony terkejut, tapi sedetik kemudian tersenyum sambil cekikikan. Kok bisa ya tiba tiba Salma gini?

Satu menit, dua menit, tiga menit Salma masih memeluk Rony dengan posisi duduknya. Sedangkan Rony dari tadi mengusap lembut pundak Salma sesekali kepalanya yang masih terbalut hijan instan.

"Ca bangun, pegel," ucap Rony sambil meggerak nggerakan kakinya di bawah.

Salma menjawab sambil melepas pelukannya, "ngantuk," setelahnya meletakkan kepalanya di atas meja makan.

"Eh eh Ca, kok kepalanya di taruh di meja, kan kotor. Balik ke kamar aja yuk?,"

Salma tidak bergerak sama sekali, nafasnya masih teratur. Membuat Rony bingung harus apa.

"Ca bangun dong, tidur di kamar yuk. Di kamar gue aja deh, mau ngga? Tidur sama gue, nanti bisa meluk gue lagi. Mau ya?,"

Salma reflek menegakkan tubuhnya, ingatannya kembali pada kejadian malam sebelum ke unit Paul. Bertemu dengan Rayyan dan juga perkataan Rayyan.

Salma menatap Rony dalam, tatapannya tak bisa dinilai. Hingga sedetik kemudian Salma kembali memeluk erat pinggang Rony.

Punggungnya bergetar, sedikit ada suara isakan dari arah Salma. Rony kaget, sepertinya Salma sedang menangis.

"Eh kenapa nangis?, gue salah ngomong ya?, maaf Ca,"

"Gue ngga mau tidur sama Rayyan, gue ngga mau Ron. Hiks suruh Rayyan pergi. Gue ngga mau denger suaranya, gue ngga mau dia manggil gue Ca gue ngga mau hiks,"

*****

SIAP SIAP PART SELANJUTNYA!💋

Ruang TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang