Bagian 30

828 53 2
                                    

"Posesif banget, belum juga jadi pacar."

Paul yang terkejut dengan ucapan Salma segera merebut ponselnya. Melihat siapa yang membuat Salma berucap seperti itu.

"Hah?" Tanya Paul bingung, "Belum? Berarti bakal jadi pacar?"

Salma sedikit bingung membalas perkataan Paul barusan, tapi bukan Salma kalau tidak pandai mengelak.

"Bercyandaaa."

_______

Rony baru tahu tujuannya malam itu setelah melajukan mobil miliknya beberapa menit dan berhenti di depan sebuah kelab karaoke. Sekelompok pemuda pemudi terlihat baru tiba dihadapannya. Saat dia baru membuka pintu, sejenak terdengar keriuhan di dalam — suara musik berirama country yang ditimpali sorak pengunjung.

"Shit, ngga mungkin Raka bawa Salma kesini." Sejenak Rony berhenti dari langkahnya. Ini tempat yang sering Ia kunjungi ketika merasa sangat stres.

Rony pun mempercepat langkahnya hingga sampai pada sebuah ruangan yang tak seberapa luas tapi penuh dengan meja-meja bundar layaknya kedai minuman. Terlihat beberapa pemuda-pemudi sedang menikmati bir atau makan camilan sambil memperhatikan panggung. Asap asap rokok juga membumbung dari beberapa tempat.

"Hey bro!" Seseorang melambaikan tangan ke arah Rony. Menyuruhnya mendekat dan duduk di sebelahnya.

Rony mendekat, mengeluarkan kotak rokoknya dan meminta korek kepada pria tersebut.

"Kalo mau ngajak gue main, bilang bro. Ngga usah pake ngajak ribut dulu." Ucap Rony setelahnya sambil menyalakan rokok.

"Hahaha santai. Gue tau lo lagi stress, pesen dulu." Raka memanggil salah satu pramusaji, memberitahu beberapa pesanannya.

"Bir, dia juga. Mau berapa?"

"Satu aja."

"Ah tiga. Tiga aja mba."

Rony tak mengelak, perhatiannya kini Ia berikan kepada pria yang sedang bernyanyi di atas panggung, suaranya tak seberapa.

Tak lama pramusaji datang dengan senampan tiga botol bir. Ia meletakkan botol botol berwarna hijau bening dan berisi cairan keemasan itu dihadapan mereka. 

Rony menikmati minumannya bersama Raka dan beberapa teman Raka yang lain. Entah baru berapa gelas yang Ia minum, hingga beberapa saat rasanya suasana membuat Ia kalap. Rony meminum nya langsung dari botol, mebuat Raka yang melihat tersenyum.

"Gimana bro?, enak?" 

Rony mengangguk, mulutnya tak kuasa untuk menjawab pertanyaan Raka barusan. Sialan, kenapa Rony bisa seperti ini. 

Kepala Rony sudah sangat pening, sepertinya Ia tak bisa pulang dengan mengendarai mobilnya sendiri. Diraihnya ponsel miliknya dengan susah payah, hingga Ia berhasil menemukan kontak 'Daniel' yang akan Ia hubungi.

_______

"Aduh Paul di unit ngga ya." Salma sedang buru buru untuk pergi ke unit milik Paul, sepertinya ponsel miliknya tertinggal di mobil Paul.

Salma memencet tombol angka 14 pada lift, berharap semoga ada orang di unit Paul. Kalau ngga ada pun, dia bisa saja masuk dengan akses yang diberikan Paul. Tapi kan percuma kalau tidak menemukan Paul, masalahnya ponselnya nya di mobil bukan di tas Paul.

"Dua tiga irfan bachdim, ASTAGHFIRULLAH HALADZIM." 

"lo ngapain istighfar pake dibuat pantun segala si Sal?" —author.

"Thor, liat thor. Itu rony ngga sih? Ngapain di depan unit kaya gitu?"

"Coba deketin Sal deketin." —author

Ruang TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang