Suara sepatu hak tinggi yang berbenturan dengan lantai memenuhi pendengaran. Seorang perempuan berjalan santai di sepanjang koridor rumah sakit dengan sesekali menyapa staff yang berpapasan dengannya. Langkah perempuan itu menjadi lebih lambat begitu melihat seseorang berdiri di depan ruangannya.
"Alex? Apa yang kau lakukan di depan ruanganku?"
Pria itu menoleh dan memasang senyum. "Ternyata kau baru datang," gumamnya kemudian mengikuti langkah Sara untuk masuk. "Aku sudah mendengarnya dari Mrs. Roxanne, kapan kau akan pindah?" lanjutnya bertanya sembari mendaratkan bokong di sofa.
"Jadi kau sudah mendengarnya." Sara melepas mantel yang digunakannya, menggantung lantas duduk di kursi kebesarannya.
"Hmm..."
Ia memangku dagu. "Aku berencana pergi musim semi ini," ungkapnya kemudian. Pandangan Alex berubah sendu, tersirat kekecewaan sekaligus pasrah di air wajahnya. Pria itu jelas sedih namun tidak bisa melakukan apa-apa untuk menahan Sara.
"Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Musim semi akan datang tidak lama lagi. Tega sekali kau, sayang."
Sara mengulas senyum, "Sorry, but I have to. Berkunjunglah ke Korea Selatan jika kau benar-benar merindukanku nanti. Sudah lama sekali kau tidak ke Korea Selatan."
Pintu ruangan Sara tiba-tiba terbuka secara kasar, pria lain muncul dengan baju scrub* menunjukkan bahwa dia baru saja keluar dari ruang operasi. "Sarah! Apa berita itu benar?" tanyanya dengan tatapan menuntut.
* Scrub: Seragam ruang operasi / baju sanitasi yang digunakan untuk memasuki ruang operasi.
"Duduklah baik-baik terlebih dahulu, Albert. Kau tidak lelah mengoperasi? Berapa jam kali ini?"
Pria yang dipanggil Albert itu menurut, mendudukkan dirinya serta menyandarkan punggung. "Hampir sebelas jam. Aku memulainya kemarin," ucapnya mendengkus lelah, Alex hanya menepuk bahunya beberapa kali. Sepersekian detik kemudian Albert kembali memberikan tatapan menuntut pada Sara.
"I need your explanation, Sarah. Tega sekali kau meninggalkan kami."
Sara menghela napas pelan sebelum memulai penjelasannya. "Seniorku memintaku kembali. Ayahku juga baru-baru ini menghubungiku. Kau tahu, ada satu dan lain hal yang terjadi di sana sehingga aku harus kembali. Sepertinya aku memang sudah cukup lama di sini. Aku merindukan kampung halamanku." Ia mengulas senyum, teringat akan suasana Korea Selatan yang sangat dirindukannya.
"Aku sudah mengurus kepindahanku dengan Mrs. Roxanne, aku juga sudah bicara dengan Mr. Joseph. Aku akan menyelesaikan seluruh operasiku yang telah terjadwal dan tidak menerima operasi baru lagi, yang juga artinya kau akan lebih sibuk, Albert."
Albert menggeram kecil mendengarnya. "Kau tidak hanya meninggalkan beban hati, kau juga meninggalkan beban fisik padaku, Sarah! Alex, ambil aku ke GS*, tolong!" Alex dan Sara tertawa.
*GS: General Surgery / bedah umum.
"Kau tahu kau sangat bisa diandalkan, Albert. I'm count on you. Tolong ambil alih pasienku yang tidak sempat kuoperasi." Albert mengangguk dengan wajah frustrasi. "Kapan kau pergi?" tanyanya kemudian.
"Musim semi ini."
Tiba-tiba pria dengan baju scrub itu bangkit dan memeluk Sara. "Aku akan merindukanmu, Sarah. Sungguh," kata Albert dengan tangis yang dibuat-buat, namun nada sedih terdengar tulus di suaranya. Sara membalas pelukan itu meski hanya dapat menjangkau setengah tubuh Albert karena posisinya yang duduk.
"Aku juga, Albert."
"Kemari, Alex. Kami tidak membencimu, ikutlah berpelukan bersama kami," kata Albert kemudian, memanggil Alex yang tadinya hanya melihat. Alex pun mendekat dan ikut memeluk Sara, dengan Sara yang membagi pelukannya pada pria itu.
"Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku selama di sini. Aku menantikan kunjungan kalian di Korea Selatan nanti," kata Sara tulus.
Beberapa detik kemudian, dering ponsel Sara menghancurkan momen hingga kedua sahabat prianya harus kembali duduk di sofa. Sara tahu panggilan apa itu, hingga saat mengangkatnya ia hanya berucap "aku akan ke sana" sembari bangkit dan memakai jas dokternya dengan sedikit terburu-buru.
"Aku harus pergi, ada jadwal operasi."
Albert beralih membaringkan diri di sofa lain. "Sekarang giliranku tidur. Hei, Alex, jangan tinggalkan aku untuk makan siang nanti." Alex hanya mengangguk kemudian mencomot camilan di atas meja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of Love
RomancePada hakikatnya semesta mempunyai skenario yang paling baik untuk manusia dan selalu mempunyai caranya sendiri untuk menunjukkan bahwa manusia tidak direstui. Pada hakikatnya, cinta tidak pernah salah dalam bekerja dan menjanjikan pengganti bagi ya...