Chapter 5

4 1 0
                                    

Mendadak Hiro harus melakukan operasi beberapa jam setelah Sunghan pergi. Operasi yang memakan waktu sekitar lima jam itu memberikan Sunghan lebih banyak waktu bersama Sara.

Seharian ini Sunghan tidak lepas dari Sara. Dari melakukan pertemuan tim satu, mengecek kembali pasien rawat jalan, makan malam, hingga menyusun laporan saat ini. Kecuali saat Sara harus melakukan konferensi dan memeriksa pasien rawat intensif. Beruntung dokter ahli bedah saraf itu tidak mempunyai jadwal operasi hari ini.

Hiro tidak tahu bahwa Sunghan benar-benar menempel pada Sara hari ini. Setelah berganti menjadi pakaian kasual, Hiro pun mengambil ponsel, menghubungi Sandy untuk menanyakan keberadaan anak tersayangnya.

"Dia tidak bersamaku, seharian ini aku sibuk mengurus pasien rawat intensif. Coba kau tanya Inho." Itu adalah jawaban yang didapatnya, dokter ahli bedah anak itu bahkan masih terdengar sibuk dari telepon. Maka ia beralih menghubungi Inho.

"Sunghan? Kami sempat makan malam bersama beberapa jam yang lalu. Tapi dia tidak bersamaku. Sudah dulu, ada pasien yang harus aku lihat." Dokter ahli kardiotoraks itu tidak jauh beda dari Sandy, masih terdengar sibuk meski sudah malam. Hiro tidak punya pilihan lagi selain mencari ke tempat-tempat yang selalu didatangi Sunghan dan bertanya pada perawat.

Sunghan tidak ada di ruangan Sandy, begitupun di ruangan Inho. Di bagian bedah umum pun tak terlihat. Saat baru saja menuju bagian bedah anak, Sooyoung yang sejak tadi tanpa sengaja melihat Hiro seperti orang kebingungan memilih untuk menegurnya.

"Apa kau mencari Sunghan, Profesor Oh Hiro?" Hiro mengangguk dengan sorot penuh harap. "Aku melihatnya bersama Profesor Kang seharian ini. Coba tanyakan pada Profesor Kang," ujar perawat itu membuat Hiro mengerutkan kening.

"Profesor Kang? Maksudmu profesor dari bedah saraf? Kang Sara?" tanyanya memastikan. Sooyoung mengangguk.

"Iya, Profesor Kang Sara. Seharian ini Sunghan tidak lepas darinya. Aku bahkan sempat mengira kalau Profesor Kang ibu Sunghan, aku baru menyadari kemiripan mereka tadi."

Embusan napas lega dikeluarkan oleh Hiro mendengar penjelasan perawat itu. Hatinya lega, segala kekhawatiran yang dirasakannya terusir seketika. Hiro baru teringat, sore tadi Sunghan mengatakan ingin mencari Sara. Kenapa ia tidak kepikiran hal itu?

"Terima kasih, aku ke sana dulu."

Hiro melangkahkan tungkainya lebar-lebar menuju ruangan Sara. Kali ini ia yakin anaknya pasti ada di sana. Ketika tiba di depan ruangan dokter bedah saraf itu, ia mengetuk pintu ragu-ragu. Setelah dipersilakan Hiro pun membuka pintu, memberi dirinya sendiri akses pada ruangan itu.

Netranya pertama kali mendarat pada Sunghan yang tertidur di atas sofa.

"Hiro?"

Hiro mengalihkan pandangan pada Sara yang duduk di balik komputer. Matanya terlihat mulai sayu meski perempuan itu terkejut saat ini, tatanan rambutnya sedikit berantakan namun masih cantik, perempuan itu jelas kelelahan.

"Aku ke sini untuk mencari Sunghan. Kata Perawat Jung, Sunghan ada di sini. Ternyata benar. Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, tentu tidak. Masuklah."

Sara bangkit, menghampiri Sunghan yang tidur dengan tenang di sofa. Beruntung sofa di tiap ruangan dokter spesialis besar dan nyaman. Hiro pun melangkah masuk, turut menghampiri Sunghan.

"Aku tidak sadar dia tertidur. Dia pasti kelelahan mengikutiku padahal urusanku hari ini tidak sedikit. Andai aku sedikit lebih longgar," gumam Sara sembari mengusap kepala Sunghan, merapikan rambutnya dengan hati-hati.

"Aku tidak akan melarangmu seandainya kau mengaku sebagai ibunya. Dia berhak tahu."

"Aku tidak tahu bagaimana kehidupan kalian selama delapan tahun aku pergi." Sara mendudukkan diri di sofa lain, mengangkat kepala menatap Hiro yang masih berdiri. "Aku tidak ingin memperumit keadaan seandainya tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ibunya sementara dia mengenal orang lain sebagai ibunya," lanjutnya.

Nap of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang