Apa yang Hiro dan Sara lakukan sekarang sejujurnya bukanlah sesuatu yang pertama kali mereka lakukan. Itu terasa benar, terasa seperti kembali. Momen di mana mereka berkendara, membiarkan angin malam meniup wajah, dan menyanyikan lagu yang diputar oleh stasiun radio favorit mereka.
Semuanya terasa benar bagi Hiro. Sara pun malam ini memilih untuk melupakan semuanya dan menikmati momen. Perempuan itu ingin menutup telinga terhadap apa yang benar dan apa yang salah bagi orang lain, bagi ayah, bagi Hiro, bahkan bagi dirinya sendiri. Semoga saja dirinya tidak diserang kenyataan, setidaknya jangan untuk malam ini.
Bagai menyelami masa lalu dan membiarkan diri tenggelam dalam lautan itu, mereka ulang momen yang sama dengan yang telah terjadi sekitar sembilan tahun yang lalu.
Kala itu mereka masih menjadi dokter residen. Sara sedang menonton dan mempelajari operasi yang seorang profesor lakukan beberapa tahun lalu saat Hiro tiba-tiba datang ke ruang bagian bedah saraf dan mengajak.
"Night drive?"
Jadilah keduanya berada dalam mobil, membelah jalanan Seoul menuju antah berantah, ke mana pun intuisi mereka membawa. Sara menyalakan radio, membuka jendela, membiarkan angin malam meniup rambut dan menyapu wajahnya. Hiro pun tidak membawa mobil dengan terburu-buru, menikmati kecepatan yang santai dengan hiruk pikuk manusia yang perlahan menyusut.
"Ini lagu SNSD!" pekik Sara kala telinganya menangkap intro lagu dari grup idola kesukaannya.
"Shijakhae bolkka? O-mo!"
Ia menoleh menatap Hiro tidak percaya. Pupilnya membesar dengan mulut yang membulat mengetahui pria itu ikut bernyanyi. "Sejak kapan kau suka dengan SNSD?"
"Kau menyanyikannya sepanjang waktu, bagaimana aku tidak menghafal liriknya?" Hiro memasang tampang pongah menyadari tatapan penuh curiga Sara, seakan dirinya perlu diinterogasi oleh badan intelijen karena tiba-tiba menghafal lagu dari grup idola. "Kau menganggapku remeh? Aku mengikuti grup idola juga, tahu. Baru-baru ini ada itu. Ada EXO yang baru debut dengan lagu Mama."
Mata sipit Sara semakin membulat mendengar grup yang baru-baru ini menarik perhatiannya disebut. "Kau juga tahu EXO?!"
"Tentu saja!" Hiro menjawab dengan penuh keyakinan, masih mempertahankan kepongahan. Namun tangannya bergerak menutup jendela bagian Sara, tidak baik terkena angin malam saat berkendara lama-lama.
"Tidak! Tidak! Aku tidak ingin punya saingan!"
"Kau menganggapku saingan? Kau pikir aku akan suka laki-laki, hah? Aku ini pria lurus asal kau tahu saja!"
"Tapi kau juga bisa menjadi sainganku yang menyukai SNSD!"
"Ya! Harusnya kau itu senang! Kau jadi punya teman yang bisa kau ajak seru-seruan. Dasar tidak tahu bersyukur."
"Ssutt! Diam! Aku ingin mendengar suara Tiffany."
Hiro memutar bola mata malas, tapi setelah itu dia menutup mulut rapat-rapat, membiarkan suara Sara mengisi perjalanan, dengan sesekali Hiro ikut bernyanyi atau mereka melemparkan candaan yang tidak begitu penting. Hingga sekitar sejam kemudian Sara tidak lagi ikut bernyanyi karena sepertinya sudah lelah. Keadaan berganti dengan Hiro yang terus bercerita mengisi keheningan selama satu jam sebelum perempuan itu akhirnya berucap.
"Aku lapar. Ayo singgah makan."
Mata Hiro segera mencari rumah makan terdekat. Beruntung saja mereka menemukan rumah makan seafood di depan. Tulisan yang ada di depan rumah makan itu membuat keduanya tersadar sejauh apa mereka telah berkendara.
"Aku tidak sadar kita ada di Gangneung," gumam Sara. Hiro mendelik.
"Kau tidak sadar karena bukan kau yang menyetir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of Love
RomancePada hakikatnya semesta mempunyai skenario yang paling baik untuk manusia dan selalu mempunyai caranya sendiri untuk menunjukkan bahwa manusia tidak direstui. Pada hakikatnya, cinta tidak pernah salah dalam bekerja dan menjanjikan pengganti bagi ya...