"Bibi siapa? Bibi kenal aku?"
Hati Sara mencelos mendengar panggilan itu. Anaknya tidak mengenalinya. Pandangannya perlahan memburam seperti menunjukkan perasaannya yang bercampur antara haru, rindu, dan remuk. Sara hanya bisa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sunghan.
"Apa Bibi teman baru Ayah dan Bibi Sandy?" Tatapan Sunghan beralih pada Sandy yang kemudian mengangguk pelan. Dengan sedikit ragu Sara pun mendekat, duduk di samping Sunghan setelah berusaha menetralkan emosi.
"Perkenalkan, aku Sara. Kau sudah makan malam? Ingin makan bersamaku?" tawarnya sembari membuka makanan di atas meja. Sunghan yang tadinya bingung segera menatap makanan di atas meja, matanya berubah jadi berbinar.
"Boleh?"
Sara mengangguk sebagai jawaban membuat anak itu semakin menempelkan diri. "Aku mau yang itu, Bibi."
"Kau mau yang ini? Kalau begitu ini dia, buka mulutmu." Sunghan segera membuka mulut menerima suapan dari Sara. "Enak?" Anak itu tersenyum sembari mengangguk, mata bulatnya berubah menjadi bulan sabit saat tersenyum. Sama persis seperti Sara.
"Makan secara perlahan, tidak ada yang akan mengambilnya darimu," kata Sara sembari mengelap ujung bibir sang anak yang sedikit berantakan.
Sandy tertegun menyaksikan itu. Perasaan bersalah yang awalnya menyelimuti dirinya perlahan tergantikan oleh rasa hangat. Dia tak bisa membayangkan seperti apa perasaan sahabatnya saat ini.
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, Loey akhirnya datang menjemput. Pria itu jelas terkejut disuguhkan pemandangan di mana Sunghan makan dengan lahap bersama sosok yang pergi delapan tahun yang lalu. Tidak hanya terkejut melihat keberadaan Sara kembali ke Korea Selatan, kedua orang itu bahkan sedang tertawa bersama saat ini. Pandangannya lantas dialihkan pada sang istri, perlahan melangkah masuk.
"Mereka rujuk?" tanyanya dengan suara kecil, menghampiri Sandy di meja kerjanya.
Sandy menggeleng. "Sunghan belum tahu Sara ibu kandungnya, dia bahkan tidak mengenali ibunya." Loey kembali menatap Sara dan Sunghan. "Kau senang bertemu Bibi baru, Sunghan?" Sunghan menoleh kemudian mengangguk sembari tersenyum.
"Lama tidak bertemu, Sara." Sara mengalihkan pandangan mengetahui kalimat itu tertuju padanya. Ia tersenyum simpul. "Senang bisa bertemu denganmu lagi, oppa."
"Apa kau ingin membawa Sunghan pulang bersamamu? Kau bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya."
Mata Sara membulat mendengar tawaran Loey. "Harusnya dia bersama kami karena ayahnya ada jaga malam, tapi bukankah lebih baik bersamamu?" sambung pria Park itu.
Sara menggeleng keras. "Jangan gila, apa kata orang nanti?" Sandy dan Loey hanya menghela napas melihatnya.
"Tapi aku suka dengan Bibi. Jika Bibi memperbolehkan aku akan mengatakan pada Ayah untuk bermalam bersama Bibi saja."
***
Apa yang terjadi semalam memiliki pengaruh yang sangat besar pada Sara. Pada kenyataannya ini adalah kesekian kalinya ia menghela napas berat padahal hari masih pagi, hingga Yerim yang sedang mendampingi Sara mulai khawatir.
"Tidak ada lagi, 'kan? Aku akan kembali ke ruanganku," kata Sara seraya bangkit setelah berjam-jam meladeni pasien yang berkonsultasi—atau mungkin lebih tepatnya calon pasien?
Di ruangan pribadinya, Sara hanya duduk di hadapan komputer tanpa melakukan apa-apa. Fisiknya mungkin memang tidak melakukan apa-apa, tapi di kepalanya ia sedang sibuk, sibuk memikirkan satu dan lain hal. Hingga suara ketukan memecah lamunannya. Seorang pria familiar muncul di balik pintu, mengukir senyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of Love
RomancePada hakikatnya semesta mempunyai skenario yang paling baik untuk manusia dan selalu mempunyai caranya sendiri untuk menunjukkan bahwa manusia tidak direstui. Pada hakikatnya, cinta tidak pernah salah dalam bekerja dan menjanjikan pengganti bagi ya...