Chapter 3

7 1 0
                                    

Mentari kembali menyapa dengan sinaran hangatnya. Hiro yang sejak tadi telah terbangun dan bersiap-siap lalu menuju kamar Sunghan, membangunkan anak berumur sembilan tahun itu. Meski agak sulit membangunkannya, Sunghan akhirnya bangun dan membersihkan diri sesuai rutinitasnya selama ini.

Selama anak itu mandi Hiro mempersiapkan baju serta peralatan sekolahnya, kemudian dirinya sendiri merapikan baju untuk bersiap berangkat bekerja setelah sarapan dan mengantar Sunghan. Sunghan adalah anak laki-laki yang ceria, dia terus bercerita tentang apa yang akan dilakukannya hari ini dan apa yang diinginkannya. Hiro pun selalu menanggapi dengan mengimbangi keceriaan anak itu.

Ini adalah rutinitas yang telah terjadi selama delapan tahun. Yang sepertinya akan mulai terasa berbeda tahun ini.

"Sunghan-ah. Bagaimana pendapatmu tentang ibu?" tanya Hiro tiba-tiba, instan membuat Sunghan terdiam. "Apa Ayah akan menikah lagi?" Anak laki-laki itu justru melemparkan pertanyaan alih-alih menjawab.

"Bukan. Maksud Ayah, apa kau tidak rindu pada ibumu?" Lagi-lagi Sunghan terdiam, tampak sedang berpikir keras. Dengan sabar Hiro menunggu.

"Apa ibu akhirnya pulang?" tanya Sunghan dengan tatapan penuh harap. Kali ini Hiro yang terbungkam. Tatapan yang diberikan sang anak cukup membuatnya mengerti betapa Sunghan sebenarnya merindukan sosok ibu dalam kehidupan sehari-harinya. "Atau ibu tidak pernah pulang?" Anak itu memikirkan kemungkinan lain.

"Ingin berkunjung ke tempat kerja Ayah?"

Air wajah Sunghan kembali ceria mendengar tawaran itu. Dengan antusias dia mengangguk, hingga Hiro akhirnya juga mengulas senyum. "Karena Ayah ada operasi nanti, Paman Inho yang akan menjemputmu sepulang sekolah. Kau boleh bermain di tempat kerja Ayah," tuturnya.

***

Di ruang bagian bedah saraf para dokter residen seperti Yerim, Yeonjun, dan Ryujin sedang mempelajari data pasien seraya menunggu ketua tim baru mereka yaitu Sara. Kedatangan Sara memang sebuah keberuntungan yang sangat didambakan para dokter residen bagian bedah saraf ini. Berhentinya profesor yang merupakan ketua tim satu membuat mereka sempat kewalahan beberapa bulan terakhir, itulah alasan Jiyong memanggil Sara kembali.

Profesor yang dulu menjadi ketua tim satu sudah sangat berumur dan memilih untuk pensiun, sehingga anggota tim satu harus dilebur ke tim lain dan para dokter semakin kesulitan mengurus operasi pasien. Sara bahkan mempunyai empat operasi pekan ini, yang notabene merupakan pekan pertama Sara bekerja di Pusat Medis Sooman.

Pagi ini Sara melakukan konferensi bersama dokter ahli lain untuk operasi yang akan dilakukannya dan akan terjadwal sore ini. Oleh karena itu para anggota tim satu memilih untuk berkumpul dan belajar tentang kasus kali ini bersama-sama sembari menunggu sang ketua selesai konferensi.

Ketiganya belajar dengan santai saat pintu tiba-tiba terbuka menunjukkan dokter residen bagian bedah umum yang datang membawa kopi. Logan Lee. Siapa lagi yang selalu ke ruangan bedah saraf setiap pagi membawa kopi selainnya?

"Yerim, sudah sarapan?" tanya Logan seraya meletakkan kopi ke atas meja Yerim. Perhatian Yerim yang tadinya fokus pada kertas-kertas pun dialihkan, senyumnya terbit. "Sudah, bagaimana denganmu?" Ia mengambil kopi itu untuk diteguk.

Logan mengangguk sebagai jawaban. "Aku ada jadwal operasi transplantasi bersama Profesor Oh Hiro sebentar lagi, sepertinya akan melewatkan jam makan siang."

"Ingin kupesankan makan siang nanti?"

"Tidak perlu, aku bisa makan dengan Dokter Kim Siwoo dan lainnya. Aku hanya memberitahu, berjaga-jaga jika kau menghubungiku sementara aku belum bisa melihat ponsel."

Nap of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang