Chapter 6

2 1 0
                                    

Sudah terhitung dua bulan sejak Sara kembali ke Korea Selatan dan bekerja di Pusat Medis Sooman, banyak operasi yang telah dilakukannya. Semuanya berjalan lumayan lancar. Sunghan lebih sering ikut Hiro ke rumah sakit agar bisa bermain dengan Sara, namun belum ada yang mengira ia adalah ibu kandung dari anak berumur sembilan tahun itu. Setidaknya sampai sejauh ini masih sahabatnya yang tahu.

"Prof, sepertinya Sunghan tertidur."

Sara segera memeriksa Sunghan yang duduk di sampingnya bersandar padanya. Sunghan memang tidak banyak bergerak sejak tadi, sejak ia benar-benar fokus pada pertemuan. Dan benar saja, anak berumur sembilan tahun itu tertidur.

"Kalau begitu kita sudahi pertemuan ini," ujarnya kemudian meletakkan berkas yang dipegangnya.

"Profesor Kang, biarkan aku menggendong Sunghan," tawar Yeonjun.

"Terima kasih, Yeonjun," kata dokter ahli bedah saraf itu sembari tersenyum.

"Sunghan benar-benar menyukai Profesor Kang Sara," kata Ryujin setelah Sara pergi. Yerim dan Yeonjun mengangguk menyetujui. "Beruntung Profesor Kang Sara suka anak kecil," ucap Yerim.

"Apa mungkin sebenarnya Profesor Kang Sara ibu Sunghan?"

Yerim segera memelotot pada Ryujin.

"Mereka memang mirip, jujur saja. Profesor Oh Hiro juga tidak pernah mempermasalahkan Sunghan bersama Profesor Kang Sara tiap hari. Padahal kudengar Profesor Oh Hiro hanya menitip Sunghan pada Profesor Son Sandy dan Profesor Jeong Inho dari bedah kardio." Ryujin malah membeberkan pendapatnya lebih lanjut, membuat Yerim semakin memelototinya.

"Jangan asal bicara. Itu karena mereka sudah kenal sejak lama, jadi Profesor Oh Hiro mempercayai Profesor Kang Sara," timpal Yerim, mematahkan dugaan dua rekannya.

"Iya, sih. Kudengar dari bagian kardiotoraks, keempat profesor itu sudah kenal selama lima belas tahun lebih." Ryujin berdesis. "Padahal aku yakin hubungan mereka lebih dari itu."

***

Pintu lift terbuka, langkah Sara terhenti melihat Hiro dan Logan yang ada di dalamnya. Sapaan dari Logan membuatnya menyadarkan diri dan memasuki lift, tak lupa membalas sapaan juniornya itu. Ia menyandarkan punggung pada dinding lift dan menatap ujung sandalnya sendiri, tidak berniat membuka topik karena keberadaan orang disamping Logan.

Pada akhirnya keheningan yang mengambil alih. Logan yang berada di antara keduanya ikut bergelut dengan pikirannya sendiri. Dia pernah dengar tentang empat bersahabat yang telah saling kenal selama lebih dari lima belas tahun sejak kuliah sarjana, tapi kenapa dua orang ini justru seperti canggung satu sama lain?

Namun Logan tidak berani bertanya, bagaimanapun dua orang ini adalah senior yang dihormati, dia tidak sedekat itu untuk bertanya langsung. Sepertinya meminta penjelasan dari senior lain lebih baik.

Dering ponsel Sara menjadi suara pertama yang memecah keheningan. Dokter ahli bedah saraf itu segera menerima panggilan yang masuk. "Iya, onnie, aku ada di rumah sakit... Baiklah, aku segera ke sana... Tidak, kebetulan aku baru akan makan malam... Baik, onnie."

Bersamaan dengan itu, sebuah pesan masuk membuat Hiro memeriksa ponselnya. "Emm... Logan kau pergi duluan saja, aku ada urusan lain," katanya sembari membalas pesan. Logan mengangguk paham. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka, Logan keluar dari lift, kemudian Hiro menekan tombol pada lantai paling atas.

"Sepertinya tujuan kita sama. Jiyong hyung yang mengirim pesan tadi," katanya setelah lift bergerak ke atas. Sara mengangguk pelan. "Taeyeon onnie juga yang menelepon tadi. Sepertinya ada sesuatu."

Nap of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang