Gimana kabar kalian aku up kkkk moga tetep setia,makasih komen and votenya.
"Sepertinya ada dan bagaimana bisnismu,bukankah ayah selalu mengawasimu ia juga tidak akan menentangnya,tetapi kalau kau bermusik mungkin waktumu juga akan tersita lebih banyak"rey menasehati adiknya agar suatu saat ia tak salah melangkah dalam mengambil keputusan.
"Mungkin kakak benar tetapi dari dulu aku memang ingin menjadi vokalis dari band,tetapi setelah memiliki kekasih aku mulai meninggalkan mimpiku,dan ingin mendapatkan pekerjaan yang akan membahagiakqnnya"ucap lie dengan suara yang lembut dan tak ada rasa marah,ketika harus merelakan mimpinya untuk orang terkasihnya.
"Bukankah menjadi vokalis juga memiliki banyak uang dan kau juga akan di kenal banyak orang"timpal rey agak tidak paham bagaimana ,cara berpikir sang adik.
"Itu masalahnya jika aku terkenal,aku takut tak bisa membagi waktu apalagi jika naren akan terkena dampak dari profesiku"ujarnya sambil menata berkas,memilah dan memisahkannya menumpuknya menjadi satu sesuai dengan isinya.
"Em aku mengerti sekarang raihlah mimpimu semasa kuliah dan jangan lanjutkan menjadi profesi yang tetap,mungkin nanti kau bisa saja terlena"peringat tegas rey untuk adiknya.
Tin hanya mengangguk ia mulai mengentikan berbagai baris kalimat dalam laptopnya,mempersiapkan sebuah presentasi untuk besok,pastinya ia tidak akan terjun langsung,biarlah rui yang akan menghandelnya nanti.
Tok,tok,tok
Ketukan pintu itu mengalihkan atensi lie dari layar laptopnya,memberi kode pada sang kakak untuk membuka pintu.
Rey mengerti kode dari sang adikpun segera berdiri dari sofa,melangkah perlahan menuju pintu bercat hitam tersebut.
Pintu itu terbuka dari dalam rey melihat kalo ada naren yang sedang membawa nampan yang berisi dua teh hangat dengan kue diatas nampan itu.
Rey mempersilahkan calon adik iparnya masuk dan ia menutup pintu itu lalu melangkah kembali menuju sofa dan mengerjakan lagi pekerjaannya.
Naren meletakkan secangkir teh hangat dan sepotong kue diatas meja kaca tepat dihadapan sang calon kakak ipar,lalu melanjutkan langkahnya menuju tempat sang kekasih yang hanya terpaku pada layar laptopnya.
Setelah sampai naren menyingkirkan beberapa berkas menyisihkannya kesamping untuk memberikan ruang,untuk ia meletakkan teh hangat dan sepotong kue kesukaan tin.
"Ah terimakasih kau bisa keluar setelah meletakkannya"ujar tin yang masih fokus pada laporannya dan menganggap bahwa naren adalah seorang pelanyan.
"Dad apakah pekerjaan itu jauh lebih penting daripada menatapku sebentar?"tanya naren kesal.
Tin yang mendengar suara sang kekasih langsung mengalihkan tatapannya pada layar laptop menjadi menatap naren,yang sudah berwajah masam.
Tin segera menyimpan file penting itu setelah selesai ia menarik lembut tangan naren dan mendudukannya diatas pahanya.
Sedangkan naren yang menerima perlakuan tersebut merasa malu apalagi ada sang calon kakak ipar diruangan itu.
"Ih turun dad aku malu,biarkan aku duduk di sofa dengan kakakmu dad"ujar naren berusaha turun dari pangkungan tin.
Tin membiarkan naren turun melihat tubuh mungil itu berjalan menuju sofa,dimana sang kakak sedang santai menikmati kue dan teh hangatnya.
Sementara naren yang melihat ekspresi santai milik sang calon kakak iparnya menghela nafas lega,ia tak ingin citranya terlihat buruk di mata keluarga tin,meski ia tak terlalu handal untuk menjadi istri masa depan untuk sang kekasih,tetapi ia ingin setidaknya belajar lebih serius lagi.
Jangan lupa vote and komen ayang
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL MARRIAGE (HIATUS)
Teen Fictionberpacaran dari smp langgeng sampek kuliah tapi anehnya mereka tidak pernah bertemu apalagi vidiocall emang enggak nalar tapi kalo pada bucin sama setia mah bebas.