Bab 6. Malam Perpisahan

48 25 27
                                    

Ada pertemuan pasti ada perpisahan, walau perpisahan pasti meninggalkan duka. Namun kita percaya semuanya sudah tersimpan rapi dalam kenangan.
Hiro Valentino

Ruang bermain dan juga aula di panti itu malam ini sudah di hiasi oleh berbagai macam pernak pernik, Deva sang ahli interior itu memanfaatkan hiasan yang ada di asrama dan juga buatan tangan anak-anak. Sehingga ruangan itu semakin semarak dan tampak indah, dengan tema kebun bunga.

Anak-anak yang sudah berusia dia atas sepuluh tahun tidak melepaskan Kinara sedikit pun, mereka bergantian memangku dan memeluk Kinara. Karena mereka tahu Kinara akan berada jauh dari mereka, dan pasti akan sesekali saja mengunjungi panti menyesuaikan jadwal kedua orang tuanya. Sedangkan anak-anak yang seusia Kinara dan juga yang lebih kecil, terlihat sangat senang karena akan ada pesta dan juga balon warna warni.

Mereka belum mengerti sepenuhnya akan arti perpisahan, mungkin mereka mengira Kinara hanya berpergian sebentar saja, lalu kembali lagi berkumpul bersama-sama mereka. Ada kesedihan terselip di hati Liana karena memutus hubungan persaudaraan, antara Kinara dengan anak-anak panti lainnya yang sangat menyayanginya.

Tapi ... Seandainya pun bukan dirinya dan kematian tidak menghalangi Lisa, cepat atau lambat Kinara harus keluar dari panti itu.

Dan untuk anak semanis dan menggemaskan seperti Kinara, pasti akan jadi favorit bagi keluarga yang ingin mengadopsi anak-anak di panti itu. Serta jadi dari pilihan pasangan yang kurang beruntung dalam soal memiliki anak, untuk mengadopsinya karena memang Kinara begitu menakjubkan.

Walau Kinara yang sejak berusia delapan bulan di titipkan Lisa di panti itu, tetap tumbuh menjadi anak yang ceria dan penuh pesona. Mungkin karena curahan kasih sayang dari anak-anak lainnya, yang tak kalah sopan dan baik di mata Deva dan Liana. Keberhasilan ibu Yoana yang sudah hampir dua puluh tahun mengelola panti itu.

Pesta di meriahkan dengan nyanyian dan tarian, dan Kinara malam ini memilih menyanyikan dua buah lagu yang menjadi favoritnya. Suara beningnya yang halus dan membuat semua yang hadir terharu, terlebih rasa sedih yang lebih mendominasi karena perpisahan mereka dengan Kinara tinggal menghitung waktu saja.

Sekarang dia telah pergi ke rumah yang senang
Namun kasihnya padaku selalu ku kenang
Kelak di sana kami pun bersama bertelut
Memuji Tuhan yang dengar namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku kudengar, ada namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku dengar, ada namaku disebut
Ada namaku disebut. . .

Liana menangis dalam diam mendengarkan lagu pertama yang di lantunkan oleh Kinara, berharap Lisa mendengarnya dari keabadiannya. Ibu kepala panti pun mengusap air mata yang menetes, mengenang wajah Lisa saat menyerahkan Kirana yang masih bayi itu padanya.

Liana terperanjat sesaat ketika ia merasakan ada belaian lembut tangan tak kasat mata di bahunya. Sebab barusan Dave berpamitan keluar sebentar untuk menjawab panggilan pada ponselnya.

Senyum mengembang dari bibir Kinara ketika lantunan suaranya yang di iringi oleh Gita dengan petikan gitarnya, karena ia melihat ada senyuman mengembang di bibir maminya yang cantik. Tatapan Kinara itu tanda bahwa ia mengirimkan lagu cintanya untuk maminya, dan Liana memberikan kecupan jauh pada putri cantiknya itu.

"Oh Tuhanku... Apa aku akan jadi orang yang selalu beruntung di dalam hidup ini ? Kak aku sangat bahagia malam ini, dan Kinara kita memiliki suara yang indah. Akan aku ajari dia memainkan alat musik kalau ia menyukainya. Hatiku menghangat sejak tadi karena kebahagiaan ini." bisik Liana memeluk lengan suaminya yang sudah kembali duduk di sampingnya.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang