Bab 15. Surat Yang Melayang

20 10 5
                                    

Peringatan!!! Bab ini mengandung adegan dewasa dan kekerasan!!

Jika ada kejadian yang menyelamatkanmu dengan tidak terduga, bersyukurlah karena itu adalah anugerah Tuhan.
Hiro Valentino


"Lepaskan aku, akan aku beri berapa pun uang yang a... bang inginkan. Tapi jangan sakiti aku, sebutkan saja berapa yang anda minta? Dan bisa pergi dari sini tanpa halangan, kami janji tidak akan melaporkannya pada pihak berwenang." mohon Liana saat tubuhnya di baringkan di atas ranjang tidurnya bersama Deva.

"Hah...sial! Tenagaku terkuras habis hanya menggendong tubuh sekecil ini, kenapa tubuhmu seperti wanita dengan berat badan seratus kilo gram saja? Berhentilah meminta sesuatu yang bisa membuatku marah!" geram pria itu berdiri dengan bertolak pinggang karena kelelahan memikul tubuh Liana.

"Layani aku dengan baik Lisa! Jangan buat aku menganggapmu sama dengan wanita jalang yang kubunuh, dengan menjerat leher mereka hingga mati mengenaskan! " ancam pria itu kesal, karena ia kehabisan tenaga hanya menggendong Liana yaang mungil itu.

Walau Liana sangat ketakutan namun hatinya bertanya-tanya,dan semakin kebingungan dengan semua keanehan yang di katakan oleh pria itu. Bagaimana bisa ia mengatakan berat badannya seperti seseorang dengan berat seratus kilo gram?

Apa pria ini seorang pembunuh dan juga orang yang tidak waras? Pikir Liana semakin ketakutan, apalagi melihat wajah pria itu kini menatapnya lekat penuh minat pada tubuhnya. Melihat itu kembali Liana memohon dan bernegosiasi dengan pria itu.

"Aku berjanji akan menyiapkan semua yang kamu inginkan, Eem...dan anda bisa pergi dari sini dengan semuanya itu, tapi... tolong... jangan sakiti aku dan juga keluargaku." suara Liana tercekat melihat senyum miring pria itu, seolah berkata "percuma memohon padaku."

"Hahaha... aku memang membutuhkan uang yang banyak untuk keluar dari pulau jawa, tapi aku juga butuh kehangatan tubuh seorang wanita. Dan aku tidak akan melewatkan tubuh indah sepertimu ini." tawa pria itu meremehkan semua sogokan wanita muda itu.

"Kapan lagi aku bisa merasakan tubuh wanita muda, cantik dan nyonya muda yang kaya raya. Pasti rasanya jauh lebih nikmat, dan aku yakin kamu akan ketagihan setelah merasakam permainanku Lisa!" pria itu mencoba menyombongkan dirinya.

"Lihat suami tampanmu itu hanya di pukul dengan toples kaca saja langsung tumbang, pasti dia tidak bisa memuaskanmu di atas ranjang... Bukan? ha ha ha..."

Pria itu buru-buru membuka pengait celananya, dan segera menarik resleting celana panjangnya. Lalu dengan cepat menurunkannya melalui kakinya yang berbulu lebat. Bibirnya menyeringai sangat lebar dengan lidah tebal yang membasahi bibirnya sendiri yang coklat kehitaman.

"Kita akan berpesta malam ini cantik dan aku sudah tidak sabaran, untuk merasakan kenikmatan dari wanita berkelas sepertimu, Lisa." pria itu kembali terkekeh sambil mengelus miliknya sendiri yang sudah menggembung di balik celana dalamnya.

Liana menutup matanya karena tak mau melihat semuanya itu, bibirnya terus memohon agar pria itu melepaskannya. Bahkan refleks ia menggeser tubuhnya ke atas kepala ranjang, ketika pria itu naik di atas ranjang tidurnya. Liana terus menggelengkan kepalanya sambil memohon belas kasihan pria itu, hingga ia terdiam karena pipinya terasa memanas.

Sebuah tamparan keras yang di layangkan pria itu ke pipinya, membuat kepala Liana terasa berputar dan matanya menjadi gelap. Memegangi pipinya yang kebas dan panas, ia bisa merasakan ada darah menetes dari sudut bibirnya.

"DIAAAMM!! Kamu sangat berisik! Apa kamu pikir dengan memohon maka, akan aku lepaskan kamu? Berhenti mememohon untuk di bebaskan, nanti juga kamu pasti akan memohon untuk tidak berhenti. Sama seperti pelacur-pelacur murahan itu." bentak pria itu menatap dengan penuh ejekan.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang