Bab 16. Negosiasi

17 9 7
                                    

Sebengis apapun seorang penjahat, pasti akan takut pada kematian, nasib buruk terlebih kehilangan kebebasannya.
Hiro Valentino


Jumat, pukul 18.49...

"Berpakaianlah! Aku sangat jijik melihat tubuh yang indah, tapi di dalamnya menyimpan virus yang mematikan! Jika semuanya janji yang saya atur beres, saat itulah waktumu selesai!" perintah pria itu menatap Liana dengan sorot yang merendahkan. Namun Liana tidak perduli dengan tatapan itu, setidaknya saat ini ia terbebas dari niat pria itu untuk melecehkan dan memperkosanya.

Tapi mengigat ancaman pria itu yang akan menggantikannya dengan mami Yura, membuat Liana seperti memakan buah simalakama. Bagaimana mungkin ia membiarkan mertuanya yang sudah seperti ibu kedua baginya itu, akan mengalami sesuatu yang menghancurkannya dan juga menjijikan seperti itu?

Namun ada beberapa hal aneh terjadi sejak pria itu hendak melecehkannya di meja makan, bahkan ketika hendak memperkosanya di kamar tidur pribadinya. Ia bisa merasakan jika pria itu seperti di ganggu oleh sesuatu, dan Liana merasa jika ia terselamatkan dari hal-hal yang buruk karena "sesuatu" yang tidak biasa.

Walau ia tak percaya pada makhluk astral, tapi sekarang ia justru berharap Lisa benar-benar ada bersama dengannya saat ini. Setidaknya mencegah pria itu melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi padanya dan juga keluarganya. Terutama Liana berharap Lisa melindungi putrinya, yang seharusnya tidak berada dalam situasi buruk seperti saat ini.

Dengan banyaknya kejadian yang aneh, seperti pria itu memanggilnya dengan nama Lisa. Lalu pria itu seperti ketakutan berada di area dapur, saat ia tiba-tiba mengurungkan niatnya memperkosanya di meja makan. Ia juga mengatakan jika tubuhnya sangat dingin dan berat, Liana pun juga merasakan rasa dingin yang tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya.

Bahkan ia di selamatkan dari percobaan pemerkosaan lagi dengan surat hasil pemeriksaan HIV milik Lisa, yang tiba-tiba terbang kehadapan penyusup itu hingga membuatnya tak sudi menyentuhnya lagi. Bahkan ia mengikat Liana di kursi, lalu melakban mulutnya dengan tatapan benci dan juga jijik. Kemudian pria itu membersihkan dirinya, seolah takut jika ada jejak penyakit dari tubuh Liana yang menempel di tubuhnya.

Liana melihat kepanikan pria itu karena sebuah penyakit, yang sebenarnya bisa juga ia derita. Bila di dengar dari ceritanya sendiri kalau ia juga sering bermain dengan wanita pelacur, jika tidak pakai pengaman kemungkinan besar ia juga akan tertular penyakit kelamin atau sialnya ya tertular HIV/AIDS.

Lisa yang karena cinta pada Hans, mengikuti cara hidup Hans dan melakukan hubungan bebas tanpa ikatan pernikahan. Tapi malangnya justru Lisa tertular penyakit mematikan itu, dari orang yang sangat di cintainya setelah kematian suaminya. Masa depannya bersama Kinara akan selalu di hantui oleh momok penyakit itu, tapi justru takdir mengatur skenario lain dengan kematiannya yang mendadak.

Maut itu seperti pencuri, datangnya tidak bisa kita tebak apalagi prediksi! Bisa jadi kita yang tidak memiliki riwayat penyakit yang matikan, karena kecelakan atau kemalangan lainnya nyawa kita terengut dari tubuh kita.

Seperti saat ini Liana dan keluarga kecilnya harus berhadapan dengan seorang pembunuh, entah apa yang terjadi esok hari apakah mereka masih bisa terus melanjutkan hidup. Atau mungkin cerita hidupnya bersama keluarganya, harus di paksa tamat seperti yang di inginkan oleh pria itu.

Pria itu berjalan keluar dari kamar mandi tamu di dekat gudang, lalu berjalan mendekati Liana namun mengatur jaraknya tidak sedekat sebelumnya. Rupanya polisi dan penjara tidak semenakutkan di bandingkan dengan penyakit HIV, di mata pria yang terus membanggakan rekor membunuhnya.

"Aku perlu sebuah ponsel dan juga nomor baru, beberapa pakaian baru dan keperluan mandi juga sikat gigi! Kamu harus menyiapkannya malam ini juga!" sambungnya menatap Liana sambil memakai pakaian lamanya dengan cepat.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang