Bab 17. Belanja Di Mall

24 10 5
                                    


Jumat, pukul 19.13

Liana mengeluarkan mobil Toyota Rush miliknya, sedangkan mobil Pajero sport elite dan Hilux milik suaminya terparkir di sebelah mobilnya. Saat datang ke rumah mereka papi dan mami Deva di antar oleh supir mereka, dan akan kembali menjemput mereka di hari senin pagi.

Dalam waktu kurang dari dua menit Liana sudah sampai di pos penjagaan, di mana rumahnya lumayan jauh ke pos satpam itu. Dan semua penghuni wajib lapor pada pos penjagaan, karena semua penghuni kompleks perumahan elite itu di kenal oleh satpam yang berjumlah lima orang. Yang biasa saling bergilir untuk jaga siang dan malamnya.

"Selamat malam bu Liana, anda sendirian dan mau pergi kemana?" tanya Rusdi satpam komplek perumahan termuda itu tersenyum ramah, saat Liana melapor di pos penjagaan.

Pria muda itu melirik ke belakang mobil di jok tengah, membuat Liana memicingkan matanya melihat tingkah Rusdi. Mungkin satpam muda itu merasa penasaran saja, biasanya memang jika ia keluar rumah Liana selalu di temani Deva. Apalagi di malam hari seperti sekarang, Deva akan merasa lebih nyaman kalau ia ikut menemaninya.

"Pak Deva baik-baik saja, hanya kurang enak badan saja. Saya mau ke mall di depan sana, ada beberapa keperluan yang kelupaan di beli." jawab Liana melihat ponsel yang ada di pahanya, melihat pria yang sedang bersama Deva yang duduk bersandar di ranjang kamar tamu.

"Jangan bertindak gegabah!" suara pria itu yang di dengar oleh Liana di headset bluetoothnya.

Mata Liana berkaca-kaca melihat leher Deva yang mengantung lemah, darah yang mengalir di pipinya sudah mulai mengering. Sepertinya kesadaran Deva belum sepenuhnya kembali, ia masih terlihat lemah dan kesakitan. Liana lalu berpamitan pada Rusdi untuk melanjutkan perjalanannya.

Memasuki supermarket di jam tujuh malam lewat delapan menit, yang lokasinya dekat dengan kompleks perumahan mereka. Kalau biasanya akan di tempuh dalam waktu tujuh sampai sepuluh menit, tapi Liana melajukan mobilnya dengan cepat dan hanya butuh waktu lima menit saja untuk tiba di sana.

Banyak juga anak muda yang masih berkeliaran untuk membeli rokok atau minuman ringan, juga beberapa pasangan yang menghabiskan waktu pulang kerja untuk berbelanja.

"Langsung menuju ke bagian sikat gigi karena aku tidak mau tertular penyakit menjijikan itu dari kalian, setelah itu belikan aku dua slop rokok Marlboro!" perintah pria itu.

Lagi-lagi ada kata-kata pria itu yang merendahkan Liana lewat panggilan video mereka, Liana tahu pria itu sangat kesal padanya karena tidak bisa kembali meraba tubuh indahnya, karena penyakit yang di derita oleh Lisa sangatlah menakutkan bagi penjahat brigas itu.

Karena takut melakukan pergerakan yang salah Liana justru tak sengaja menabrak seorang pria muda yang atletis, penampilannya seperti seorang aparat atau mungkin juga seorang olahragawan.

"Anda tidak apa-apa?" tanya pemuda itu lembut, Liana otomatis menatap sang penyusup yang masih tersambung dengannya lewat panggilan video.

"Maaf aku sibuk menelepon, sehingga aku sampai menabrak anda." sahut Lian berusaha bersikap sewajarnya.

"Tidak masalah, kelihatannya anda sedang terburu-buru?" ujar pemuda itu lagi, mengikuti langkah Liana dari belakang.

Liana tahu penyusup yang mengawasinya pasti berpikiran sama dengannya, mengira pemuda yang di tabraknya itu mungkin seorang aparat entah polisi atau tentara. Saat tadi ia masih mengarahkan kameranya ke wajah pemuda itu.

Liana bisa melihat wajah penuh amarah dari pria itu, melihat pemuda itu masih berinteraksi dengannya. Liana bisa melihat di layar ponselnya, jika pria itu kembali meletakkan pisau di dada Deva dan berkata dengan penuh ancaman.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang