Aku merasakan cinta sejati dari perhatianmu, dengan ketulusannmu mendampingiku. Banyak hal-hal luar biasa yang telah kamu bawa ke dalam hidupku artinya aku orang paling beruntung di muka bumi ini.
Hiro Valentino
Ibu kepala panti menunggu keduanya di depan pintu panti, dimana mereka harus menaiki tangga yang terbuat dari batu alam. Senyum ramah dan lembut di wajah wanita paruh baya itu, menenangkan hati Liana yang gugup sedari tadi. Ia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan halus wanita itu, di susul Deva yang berdiri di belakang istrinya."Selamat datang di rumah kami nak Deva dan Liana, senang kalian sudah sampai dengan selamat. Saya ibu Yoana, mari silahkan masuk, " sapa ibu kepala panti dengan suara yang lembut dan ramah.
"Terima kasih ibu, kami juga senang berkesempatan mengunjungi tempat yang indah dan tenang ini." sahut Liana memperhatikan sekeliling tempat yang asri dan tenang itu.
Di jalan masuk menuju ke panti mereka melihat sebuah sekolah, dari pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Di sana tampak anak-anaknya sehat dan berpakaian rapi, ia menebak pasti di antara anak-anak itu ada yang berasal dari panti ini karena satu yayasan.
"Kita ngobrol sebentar di kantor, karena rumah kecil anak-anakku ada di belakang gedung kantor ini. Dan seperti biasa kalau siang begini panti sepi karena sebagian penghuninya bersekolah, di sekolah yang ada di depan jalan masuk kesini. Dan untuk anak-anak di bawah usia lima tahun ada di ruang makan, sambil menunggu makan siang mereka. " ucap Ibu kepala panti membuat keduanya saling berpandangan.
Deva dan Liana sempat singgah di sebuah mall untuk membeli bingkisan untuk semua anak-anak di panti, sehingga mereka tiba di panti hingga jam sebelas siang. Liana juga melihat beberapa baju anak perempuan yang pasti sangat cantik di pakai Kinara, karena ia mengantisipasi kalau saja Kinara tak mau ikut dengan mereka pulang.
Deva menggenggam tangan istrinya, dan bisa di rasakan tangan Liana dingin dan bergetar. Ia tahu istrinya pasti sangat excited dan juga gugup bertemu dengan putri dari sahabatnya itu. Deva tahu Liana sangat menyayangi anak-anak, karenanya ia mau meluangkan waktunya untuk mengajar di sebuah sekolah dasar.
Dan juga mengambil bimbingan musik, di salah satu akademi atau tempat kursus musik. Dan kebanyakan murid-muridnya adalah anak-anak di usia tiga sampai sepuluh tahunan.
"Apa Kinara tahu dengan kedatangan kami, bunda ?" tanya Liana hati-hati, ia sangat gugup jika jawaban yang di terimanya berbeda dengan keinginannya.
"Sejak nak Liana mengirimkan kabar kematian Lisa lengkap dengan surat wasiatnya, bunda tetap mengatakan hal yang sama dengan rencana Lisa semula. Dan dia anak yang sangat cerdas, ia di titipkan oleh nak Lisa saat usianya baru delapan bulan." Ibu kepala mengeluarkan potret lama, dimana ia dan Lisa yang mengendong bayi Kinara.
"Dan selama di Bali memang bunda sarankan pada Lisa untuk tidak meneleponnya, karena akan menganggu tumbuh kembang Kinara. Kalau memang sudah siap Lisa bisa datang dan membawanya serta, karena jika ia belum berencana datang mengambilnya bunda takut Kinara akan mengira ibunya membuangnya." lanjut ibu kepala panti dengan nada yang memendam kesedihan.
"Sebelum Lisa datang, dia memang mengabarkan akan menjemput Kinara. Dan ibu juga bahagia mendengar kabar itu, pelan-pelan ibu bercerita pada Kinara kalau ibunya akan menjemputnya. Selama ini gadis kecil itu tidak pernah bertanya, karena mungkin kakak-kakak pantinya terlalu menyayanginya sehingga ia tidak memikirkan hal itu."
"Tapi ketika ibu mengatakan padanya jika ibu kandungnya masih hidup, dan sebentar lagi akan menjemputnya. Ada raut kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantiknya, dan dia tidak sabar menunggu kedatangan ibunya itu. Selama Kinara tinggal di panti ini, gadis kecil itu tidak pernah melihat wajah Lisa. Sesuai dengan surat wasiat Lisa, maka kalian lah yang ibu katakan sebagai orang tuanya. Dan Kinara sangat bersemangat untuk itu, walau kakak-kakaknya sedih harus kehilangan kebersamaan dengannya."
Ada senyum sedih di sudut bibir ibu kepala panti, dan dari nada bicaranya Liana tahu jika wanita paruh baya itu juga sangat menyayangi Kinara. Liana menatap mata Deva yang mengerti jika istrinya semakin penasaran dengan Kinara, dan juga bahagia karena Kinara tidak kurang kasih sayang di panti ini.
"Dia anak yang cantik, cerdas dan menggemaskan. Dia sangat di sayang oleh saudaranya di dalam panti ini, suka bernyanyi dan menari seolah ia tidak mengenal kesedihan. Semua menyayanginya dari sesama penghuni hingga pengurus, ia tak pernah rewel dan juga membantah. Kinara dan anak-anak lainnya adalah anak sumber kebahagian kami nak Liana." ibu kepala panti menggambarkan Kinara dengan suara bergetar.
Terlihat ia menghapus sudut matanya, Liana dan Deva tahu ibu kepala panti tidak bisa menahan air matanya. Wanita itu berjalan ke meja kerjanya, lalu membuka laci mejanya dan meengeluarkan beberapa dokumen milik Kinara. Lalu membawa beberapa berkas itu pada Deva dan Liana.
"Ini akte kelahiran Kinara yang di buat ketika ia berusia setahun, nama yang tertera di situ adalah nama Melisa dan suaminya. Ibu sudah membuat surat penyerahan Kinara pada kalian berdua sesuai surat wasiat Lisa. Dan ini ada rekening bank atas nama Kinara, yang sudah saya buat dalam bentuk cek atas nama ibu Liana. Karena semua ini adalah amanah dari Lisa untuk putrinya."
Ibu Yoana menyerahkan dokumen itu dan meminta Deva dan Liana menandatangani surat penyerahannya, agar tidak akan ada masalah di masa depan tentang status Kinara. Walau yang gadis cantik itu ketahui saat ini, Deva dan Kinara adalah orang tua kandungnya. Jika suatu saat Deva dan Liana akan bercerita tentang Lisa, semua sudah sepenuhnya Lisa berikan haknya pada kedua orang sahabatnya itu.
"Kita temui Kinara, pasti sekarang sedang makan siang. Sekalian nak Deva dan Liana ikut makan siang bersama kami, semua sekarang pasti sudah menunggu kita. Mari, " ajak ibu Yoana pada Deva dan Liana.
Deva dan Liana kembali mengikuti langkah kaki ibu Yoana, mereka melewati belakang kantor yang menuju ke sebuah taman penuh dengan bunga. Ada gazebo dengan kolam ikan air dangkal yang ada di bawahnya, menyusuri jalan yang di buat dengan batu gunung yang kecil yang di padatkan.
Panti dengan dua lantai itu terlihat sangat asri dan cantik, di depan pintu mereka di sambut oleh seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan yang juga sangat ramah. Kembali mereka meneruskan langkah menuju ke lorong yang panjang dimana di kiri kanannya terdapat ruangan luas.
Ada ruangan yang kosong dengan matras warna warni, ada juga ruangan yang mirip kelas di taman kanak-kanak. Ada ruangan yang berisikan alat-alat musik, dan juga ada ruangan seperti tempat berdoa.
Hingga mereka sampai di ruangan luas dengan meja panjang, yang di kanan kirinya ada bangku panjang. Di sana sudah tampak beberapa anak kecil berusia dari satu sampai empat tahun, duduk rapi di bangku panjang dengan piring di hadapan mereka.
Semua anak-anak itu menoleh kearah mereka yang berjalan di belakang ibu kepala panti, dan ada seorang anak yang menyita perhatian Liana. Mata gadis itu menunjukkan binar bahagia ketika mata mereka bertemu, dan Deva bisa merasakan tangan Liana yang semakin erat menggenggam tangannya.
Dia pasti Kinara kan ? Ternyata aslinya jauh lebih cantik dan menggemaskannya putrimu Lisa, batin Liana bergemuruh bahagia dan gadis kecil itu mengembangkan senyum lebar, ketika melihat ibu panti menunjukkan tempat duduk untuk Deva dan Liana di samping gadis kecilnya.
"Mami... ? Papi... ?" gumam gadis kecil itu menatap lekat pada Deva dan Liana.
Bersambung...
Terima kasih yang sudah mampir di novel ini, semoga terus mengikuti kelanjutan kisahnya. Kita masih di awal cerita, sabar menunggu saat yang menegangakannya ya ✌🤩
Dan terimakasih untuk Votenya
KAMU SEDANG MEMBACA
21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]
Mystère / ThrillerKelvin Atmadeva Diratama menikahi kekasihnya Liana Evelyn Martin, dimana keduanya membangun keluarga kecil yang bahagia dengan seorang putri angkatnya. Dimana kedua pasang suami dan istri muda ini yang belum memiliki anak sendiri, memutuskan untuk m...