Bab 2. Surat Wasiat Lisa

84 42 70
                                    

Sahabat adalah keluarga tanpa ikatan darah, tapi bisa melebihi saudara yang akan jadi pembela sejati. Dalam persahabatan bukan tentang siapa dia, kapan dan bagaimana mengenalnya tanpa memandang penampilan fisiknya.
Hiro Valentino
***


Liana masuk ke ruang kerjanya yang ada di belakang kamar tidurnya, yang bisa di buka lewat pintu rahasia dari balik lemari buku yang ada di kepala ranjang tidurnya.

Ini adalah ruangan tambahan yang di hadiahkan oleh suaminya untuknya, di saat anniversary pernikahan mereka yang pertama. ruangan khusus itu di buat agar ia bisa bekerja dengan tenang, ketika menulis beberapa buku novel yang siap untuk di terbitkan.

Di sana juga ada lemari kabinet mini lengkap dengan lemari pendingin untuk menyimpan bahan makanan dan minuman. Juga ada dapur kecil yang bisa di gunakan untuk memasak juga di lengkapi dengan kamar mandi sekaligus toilet.

Di dekat meja kerja ada sebuah televisi berukuran 21 inch, yang juga di jadikan cctv pengawas yang menangkap beberapa bagian ruangan hingga bagian luar rumah yang di pasang alat pengawas itu.

Liana bisa berbaring di sebuah sofa hitam yang bisa di perlebar, ketika rasa ngantuk menyerangnya dan ia juga malas untuk keluar ke kamarnya. Suaminya menjamin ruangan rahasia itu juga akan jadi kamar aman, jika terjadi perampokan di dalam rumah mereka.

Hati Liana masih berduka di tambah ketika dokter Maura juga memberitahunya, kalau Lisa juga terkena HIV sehingga menambah komplikasi sakitnya. Liana mengira Lisa sudah menikah dan hidup bahagia bersama keluarganya, tak tahu apa yang menyebabkan sahabatnya itu sampai terkena penyakit yang mematikan itu.

Liana mengurus semua prosesi penguburan sahabatnya esok hari, walau tampa adanya surat wasiat Lisa ia tetap akan mengurus seperti apa penguburan sahabatnya itu. Dan bila di suratnya Lisa menginginkan seperti apa proses penguburannya, keinginan terakhir yang akan ia kabulkan sebagai bentuk ikatan cinta persahabatan keduanya.

Perlahan Liana membuka surat yang di titipkan Lisa pada dokter Maura, membuat dadanya berdebar nyeri karena ia akan mengetahui kehidupan Lisa setelah keduanya kehilangan kontak hampir lima tahun ini.

My dear Liana...

Air mata menetes begitu saja dari pelupuk mata Liana, ia merindukan sosok Lisa yang dewasa dan seperti sosok kakak yang tidak ia miliki. Lisa adalah seorang gadis pemberani, yang selalu melindunginya baik di kampus maupun di tempat kerjanya.

Maafkan aku yang pergi dan tidak pernah mengabari mu tentang keadaanku, dan maaf juga jika pertemuan kita hanya lewat surat ini saja. Jika surat ini kamu terima itu artinya aku sudah tak ada lagi di dunia ini, adik kesayanganku.

Bukan aku tak mau menemui mu sayangku, tapi aku hanya punya waktu beberapa menit saat aku tersadar dari koma. Mungkin ini kekuatan yang Tuhan berikan untukku, agar bisa menulis surat ini untukmu Liana. Aku merasakan seluruh tubuhku sudah tidak kuat lagi, hingga aku menuliskan surat ini dengan cepat. Aku takut tak punya kesempatan untuk menyampaikan sesuatu padamu.

"Aku merindukanmu Lisa... Hiks... Kamu jahat Lisa... Aku sempat marah kenapa kamu nggak meminta dokter Maura menghubungiku saat kamu sakit ? Ternyata...?" Liana terisak merasa hancur karena ternyata Lisa bukan tidak mau menemuinya saat ia masih hidup.

Ternyata Lisa hanya punya waktu sedikit dalam kesadaran penuh, seperti kata dokter Maura setelah menulis surat itu jantung Lisa kembali mendapatkan serangan. Dan ia akhirnya di kalahkan oleh penyakit yang sudah setahun ini di deritanya.

Liana,

Empat tahun yang lalu aku memutuskan untuk pindah ke Bali, karena ada tawaran pekerjaan di sana sebagai pelayan di salah satu club malam. Aku melihat gajinya sangat besar untuk biaya anakku kelak, tapi sayangnya aku justru terjebak pada kehidupan malam saat berkenalan dengan pria asing bernama Hans.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang