Bab 25. Kepergian Liana

6 5 2
                                    


Orang yang mencintai dengan tulus, akan berkorban untuk orang yang di cintainya.
Hiro Valentino

Jumat, pukul 23.56

Kinara bangun dari tidurnya ketika ia melihat omanya sudah terlelap di sampingnya, perlahan ia bangun dari samping kasur angin yang mereka pakai sebagai alas untuk tidur. Lalu mengambil kunci yang di letakkan oma Yura di atas meja kecil di dekat kursi panjang dari kayu. Karena kelamaan menunggu kedatangan opa dan papi Deva, sehingga membuat oma Yura kelelahan dan akhirnya tertidur.

Perlahan-lahan gadis kecil itu membuka kunci pintu ruang penyimpanan di halaman belakang rumah mereka, lalu menguncinya lagi dari luar agar oma Yura tidak keluar dan mencarinya. Dan juga takut jika penjahat itu menemukan ruangan itu, lalu menyakiti oma nya di dalam sana.

Ia khawatir dengan keselamatan papi dan opa David, apakah mereka kembali tertangkap oleh pria jahat itu begitu juga dengan mami Liana. Ia sudah berjanji akan kembali dengan cepat tapi ia tidak bisa membantah opa dan oma nya, ikut saja untuk bersembunyi di ruang penyimpanan itu.

Keadaan di halaman belakang itu lumayan temaram, karena papi Deva hanya memasang lampu di dekat pintu dapur saja. Saat ia berjalan dengan mengendap-endap menuju rumah melewati gazebo dengan lantai terbuat dari kayu, dan juga ada bangku panjang yang biasanya di gunakan untuk makan bersama. Tempat dimana papi David menjamu keluarga dan teman-temannya barbeque-an.

Saat dekat dengan bangku panjang itu ia melihat ada seseorang, yang duduk di bangku paling ujung di meja panjang dari kayu itu. Kinara spontan menunduk dan bersembunyi di dekat pot bunga yang ada di ujung meja lainnya. Diam-diam mengintip apakah orang itu si om jahat, tapi Kinara melihat kalau seseorang yang duduk di ujung meja itu seorang wanita.

Apa dia mami Liana? Apa om jahat itu sudah pergi? Lalu kenapa mami tidak bersama papi dan juga opa? Apa mereka sudah berhasil pergi dari rumah ini? Atau mungkin dia salah satu dari tamu yang datang ke rumah ini, yang ada di kamar tamu di dekat kamar tidurnya itu? tanya batin Kinara, walau dadanya berdebar kencang ia mencoba memperhatikan dengan cermat wanita yang duduk itu.

Kinara kaget ketika melihat kembali ke ujung meja itu, wanita yang duduk di sana sudah tidak terlihat lagi. Gadis kecil itu mengucek matanya, memastikan jika tadi dia tak salah lihat. Kinara keluar dari tempat persembunyiannya dan memastikan jika wanita itu benar-benar tidak ada lagi di sana. Saat ia mencari sosok yang tadi sempat di lihatnya itu, Kinara tiba-tiba merasa ada angin yang berhembus di bahunya dan merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

"Oma...?" tanyanya kaget, mengira oma Yura keluar dari ruang penyimpanan itu dengan kunci lainnya.

"Kamu... pasti Kinara kan, cantik?" sapa seorang wanita cantik yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ehh... I... iya... tante... aku... Kinara. Tante ...sendiri, siapa?" tanyanya dengan wajah ketakutan, karena wanita itu berhasil menemukannya dan mungkin dia adalah teman dari om jahat itu.

"Panggil saja tante Isa, karena tante adalah sahabat baik mami Liana...." ucap wanita itu tersenyum lembut menatap wajah Kinara dalam kegelapan.

"Ohh... Mami Isa? Yang ada di foto yang mami Liana kasih ke aku untuk di lukis. Mami Liana bilang aku harus memanggil kakak perempuan mami dengan panggilan mami juga... Mami isa."

Wanita di depannya itu tersenyum sendu, karena Kinara menceritakan tentang dirinya dari kisah yang Liana ceritakan pada putrinya itu.

"Tapi... Kapan mami datang? Apa mami salah satu dari tamu yang datang tadi, dan di sekap om jahat di kamar tamu itu?" tanya Kinara penasaran.

"Mami sudah sejak tadi di sini dan mami pandai bersembunyi jadi om jahat itu tidak menemukan mami, cantik. Nara mau kemana? Kenapa Nara keluar dari kamar penyimpanan itu?"

"Nara mau melihat papi dan opa di kamar tamu, Nara takut om jahat itu menemukan papi dan opa dan menyakiti mereka lagi. Nara juga mau menjemput mami Lili, tadi Nara janji tidak akan lama. Pasti mami sangat khawatir karena Nara sudah terlalu lama perginya." jawab gadis itu kembali berjalan pelan dan mengendap-endap menuju ke pintu dapur.

"Nara... tunggu, nak?" panggil wanita itu, yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Mami Lili masih di kamarnya, dia tertidur karena kelelahan, sedangkan om jahat itu masih ada di kamar tamu. Opa dan papi David ada di kamar tamu, papimu... sedang terluka jadi tidak bisa di bawa opamu ke ruang penyimpanan. Tapi mereka aman di kamar itu, Nara." wanita itu memberitahukan situasi dalam rumahnya, di jawab dengan anggukan dan senyuman manis Kinara.

Wanita itu berdiri dan menghilang di balik pintu, lalu Kinara menyusul masuk kedalam rumah itu. Namun langkahnya terhenti ketika wanita itu memintanya bersembunyi di dekat gudang, dan Kinara segera masuk ke ruang yang berisi sapu dan alat bersih-bersih rumah.
***

Liana terbangun ketika merasakan tamparan keras di pipinya, menatap nanar pada pria asing itu memotong tali yang mengikat tubuh, kaki dan tangannya. Ia baru tersadar jika ia sempat tertidur, ia tidak tahu apakah Kinara kembali ke kamar mereka ataukah gadis kecilnya masih bersama mami dan papi David.

"Cepat bangun! Aku harus segera pergi dari tempat ini, temanku sudah menghubungiku dan aku tidak mau terlambat sampai disana. Dan kamu harus ikut denganku untuk jadi jaminan keamananku, dari para polisi yang mengejar para narapidana!" ujar pria itu lalu mengikat tangan Liana ke belakang dan mendorongnya berjalan keluar dari kamarnya.

Dengan pikiran yang belum sepenuhnya pulih ia mengikuti langkah pria itu menuruni tangga, lalu pria itu menuju ke arah dapur memasukan pisau yang berlumuran darah kedalam kantong plastik. Saat ia melewati lemari kaca tempat ia menarik sebuah toples yang ia pukulkan ke kepala Deva. Tubuhnya terasa dingin dan bulu kuduknya meremang, ada kelebatan bayangan yang terlihat di ekor matanya.

Cepat-cepat ia pergi dari sana dan menarik Liana untuk keluar dari pintu depan, dengan kunci mobil di tangannya. Kemudian langkahnya terhenti di antara dua kamar tamu, membuat dada Liana berdebar kencang. Memerintahkan Liana untuk tetap diam di tempatnya, dan pria itu menuju ke kamar tidur tempat papi dan mami Deva ia sekap.

"Bukankah kamu sudah terlambat? Aku jamin kedua mertuaku tidak akan melaporkanmu ke polisi, selama aku ada bersamamu! Sebaiknya kita pergi dari sini... Ki...?"

Ucapan Liana berhenti ketika ia melihat putri kecilnya keluar dari pintu belakang, menatapnya sejenak lalu menghilang dari balik pintu. Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik mendekati Liana yang masih terpaku di tempatnya.

"Aku harus memastikan kalau kedua orang tua itu tidak akan bisa kemana-mana, sampai aku tiba di tempat tujuanku! " bantah pria itu tetap berjalan menuju ke pintu kamar tamu, yang di tempati mami Yura dan papi David.

"Papi memiliki riwayat sakit jantung yang membuat tubuhnya jadi sangat lemah, dan mami pasti tidak bisa membebaskan diri dari ikatannya. Apa tidak cukup kamu jadikan aku sebagai sandera, agar kamu aman sampai di tempat tujuannmu?" kembali Liana membujuk pria itu untuk pergi dari kediamannya itu.

"Sial! Aku akan membunuhmu setelah semuanya selesai!" pria itu menuruti saran Liana, tapi tetap dengan perasaan dongkol membalikkan badannya mendekati Liana.

Sejak awal ia sudah memperkirakan, kalau pria ini akan menggunakannya dirinya sebagai tawanannya. Mau pergi kemana pun sesuai tujuan pria itu, setidaknya ia bisa membawanya keluar dari rumahnya. Keluarganya akan terbebas dari ancaman pria kejam dan tak punya hati ini, dan itu yang lebih penting untuk Liana.

Pria itu menuju ke mobil Hilux yang terparkir di samping mobilnya, sepintas Liana melihat penutup bak belakang yang terbuat dari plastic itu tidak tertutup rapat. Mungkin memang Deva tak menutupnya dengan baik waktu terakhir kali memakai mobil itu. Pria itu membalikkan tubuh Liana dengan posisi membelakanginya, lalu sebuah kain di lingkarkan di wajah Liana untuk menutup matanya. Sepertinya penyusup itu tidak mau Liana tahu kemana arah tujuannya.

Liana di tuntun naik ke bangku di samping pengemudi, sedangkan pria itu memilih untuk mengemudikan mobilnya. Mengeluarkan mobil dari halaman rumah tempat ia bersembunyi dari pelariannya, walau Liana cemas karena masih jadi tawanan pria itu dan juga tak tahu akan dibawa kemana. Tapi ia bersyukur, setidaknya pria di sampingnya ini sudah keluar dari rumahnya.

Bersambung....

*Terima kasih untuk semuanya yang sudah mendukung dengan membaca, vote dan komen di novelku ini 🙏🏼

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang