Bab 12. Kepulangan Deva dan Liana

22 11 3
                                    

Rasa takut adalah perasaan yang keluar dari pikiran kita, singkirkan dan jangan biarkan dia mengendalikanmu
Hiro Valentino


Tidak di sangka jika kepulangan Deva dan menantunya dua puluh menit lebih cepat dari yang papi David dan mami Yura perkirakan. Deva dan Liana tanpa prasangka apa pun masuk ke dalam rumah yang tampak sepi, ketika Liana hendak medekati tangga mereka mendengar sesuatu dari arah kamar orang tua Deva.

"Letakkan semua barang-barang bawaan kalian di atas meja makan, dan keluarkan ponsel kalian lalu letakkan semuanya di atas meja. Jika melakukan gerakan yang mencurigakan maka tidak segan-segan saya akan mengiris leher ibu kalian saat ini juga!" seorang pria berkulit gelap, keluar dari arah kamar tidur papi dan mami Deva.

Sambutan yang tak terduga itu membuat Liana memekik kaget sampai belanjaannya jatuh ke lantai di dekat tangga menuju ke lantai dua, karena mereka tak menyangka ada pria asing yang sedang mengancam mami Yura dengan sebilah pisau di lehernya.

Tidak tampak papi David di sana membuat Deva khawatir dan mengamati tiap sudut ruangan, ia harus tetap tenang dalam situasi seperti ini. Ia juga tak melihat Kinara di sana, berharap jika Kinara ada di kamar rahasia.

Di depan pria itu tampak mami Yura yang bergetar ketakutan, di todong pisau tajam yang siap mengiris lehernya. Jika Deva dan Liana melakukan gerakan yang di anggap mencurigakan oleh pria asing itu. Deva mencoba menenangkan Liana yang tentu saja ketakutan melihat ada orang asing di dalam rumah mereka, mata Liana memerah menahan tangisnya melihat tubuh gemetar mami Yura yang ketakutan karena ada senjata tajam di lehernya.

Deva mulai berpikir ada yang tidak beres dengan ponselnya, karena banyaknya cctv yang terpasang di rumahnya. Kenapa tak ada satu pun notifikasi yang masuk ke ponselnya, jika ada orang asing yang memasuki rumahnya.

Di lihat dari tampang pria itu Deva yakin ia hanyalah penjahat dengan otak brigas, tapi tidak cukup pintar untuk melewati cctv yang di tanamnya pada tempat-tempat yang tersembunyi. Apalagi mematikan sistem wifi dan jaringan telepon di rumahnya?

Siapa orang yang mensabotase ponselnya ? Apakah ia pernah meninggalkan ponselnya di suatu tempat, lalu ada seseorang yang mematikan sambungan ponselnya ke cctv ? Seingatnya tadi ia ada pertemuan dengan Mita, Daniel dan Dina untuk janji temu mereka dalam rapat bersama setelah jam kantor. Apakah mungkin Daniel yang mensabotase ponselnya? Untuk apa? Pikiran itu silih berganti memenuhi kepala Deva.

Deva kemudian melihat signal yang di kirimkan maminya lewat sorot matanya, dan itu sedikit membuat perasaan Deva lega. Liana yang ada di dekat tangga otomatis menatap ke arah lantai dua, ia mencoba menerka apa yang mami Yura ingin sampaikan kalau Kinara ada di dalam ruang rahasia?

"Jangan lakukan apapun Dev, mami dan papi baik-baik saja. Mami kira kalian akan berkunjung besok sayang. Sekarang ikuti saja semua yang bapak ini minta nak, kami aman dan tidak di sakiti oleh bapak ini. " ucap mami Yura, lalu kembali mengerakkan bibirnya untuk memberitahukan sesuatu tanpa suara.

"Kinara aman," itu yang di tangkap Deva dan Liana, sehingga keduanya benar-benar lega mendengarnya. Walau tetap cemas pada hal yang tak terduga lainnya yang akan menimpa mereka.

Deva yakin pasti maminya sudah menekan tombol aman untuk kamar rahasia dimana Kinara berada. Lalu dimana papi David? Jika hanya Kinara yang aman ?

"Dimana papi saya?" tanya Deva menggenggam erat tangan Liana, seakan tak mau istrinya itu jauh darinya.

"Sebaiknya kamu diam, saya yang memerintah di sini! " bentak pria itu membuat Deva mengepalkan telapak tangannya menyalurkan rasa geramnya.

Ia melihat pria itu memegang semua kunci cadangan dari semua ruangan di rumah mereka, dan dari bahasa yang di ucapkan oleh maminya tadi. Berarti mami dan papi mengaku sebagai penghuni di rumahnya itu, sedangkan ia dan Liana adalah tamu yang datang berkunjung ke rumah ini.

21 Jam Yang Mencekam [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang