01. Partner Murojaah

278 109 26
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Jangan lupa solawat orang hebat nan kuat!!
Bismillah dulu sebelum bacanya jangan lupa cemilannya ketinggalan xixixi

•••

[SEBELUM BACA, BISMILLAH DULU]
[SEBELUM BACA, SOLAWAT DULU]
[SEBELUM BACA, VOTE DULU]

Seperti biasa, seperti biasa, beri dukungan pada Jinan dengan memberi vote dan komenan yaa kawaannn❤️❤️

Oyaaa boleh atu berikan saran serta masukan untuk secercah cerita ini yaaa readers(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
.
.
.
.

⁠❛⁠ ❛ ❛

Gelar Hafiz Quran itu berat. Tapi balasannya berlipat. Makanya butuh penjagaan yang ketat, juga partner yang tepat.

Jinan Alfatunnisa Kazami

 ⁠❛⁠ ❛ ❛

Deru mesin sepeda motor matic berwarna merah menyisir jalanan kota yang cukup padat. Selepas melaksanakan kewajiban empat rakaat di waktu asar di mushola tempatnya mengajar, wanita berpakaian syar'i dengan tas ransel kecil warna senada di punggungnya itu melenggang pergi menuju tempat dimana ia tumbuh dan besar menjadi seorang muslimah tangguh. Sekitar pukul empat sore hari, rutinitas seorang Jinan sebagai guru TPQ sudah selesai. Ia kembali pulang ke rumah untuk melakukan aktivitas lain.

Tiit. Bunyi klakson dibunyikan setelah sepeda motor yang selalu setia menemaninya itu ia parkirkan di halaman rumah.

Kriit. Terdengar suara pintu terbuka.
"Assalamualaikum, Aa ini Jinan pulang," seru Jinan sedikit berteriak karena melihat sekitar rumah yang begitu sepi. Tidak melihat sepeda motor Supra Aa (kakak) nya di halaman.

"Si aa keluar teh sok jarang dikunci ini rumah, Dasar cowok main pergi aja!" Jinan menggerutu kesal dengan kelakuan kakak laki-lakinya itu. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di sofa dan merogoh sesuatu di ransel kecilnya. Mengambil Al-Quran saku yang selalu dibawa kemanapun ia pergi. Al-Quran saku nya itu adalah salah satu sahabat setia yang selalu menemani dirinya saat gelar kemuliaan tiga puluh juz tersemat, pada tiga tahun yang lalu di usianya yang tujuh belas tahun.

Ya! Perlu diketahui, Jinan Alfatunnisa Kazami adalah seorang hafizah yang menyandang status penghafal Al-Quran tiga puluh juz. Kini, ia harus menjaga amanah yang Allah titipkan kepadanya. Sebuah tanggung jawab besar yang ia emban seumur hidup. Tidak ada kata berhenti. Tidak ada kata selesai untuk mempertahankan Al-Quran di hidupnya. Perjuangannya akan usai jika nadi sudah tidak berdetak, dan nafas sudah tidak berhembus.

"Audzubillahiminasy syaithonirrajim. Bismillahirrahmanirrahim,
"wasta'inuu bishobri was sholah, wa innaha lakabikratun illaa 'alal khōsyiīn"

"Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (Al-Baqarah ayat 45)

Lantunan ayat suci yang fasih nan merdu dari wanita kelahiran Sunda ini, membuat dirinya sendiri hanyut dalam kekhusyukan memurojaah kalam Illahi.

Tok tok tok!

"Umiiiii! Umi Jinaaan adakah dirimu di dalam sana kisanaak?? Bukain mi! Ini aku Mazaya mu yang cantik dan baik hati inii!"

Ditengah kekhusyukan nya dalam murojaah, Jinan tersentak kaget mendengar teriakan di di depan sana. Ia sudah menduga milik siapa suara melengking itu.

"Iyaa bentar," Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju gagang pintu dimana makhluk yang tak diundang itu datang berisik.

"Ck, Kebiasaan!"

"Zayaa! Ini rumah bukan sarang jin! Ucapin salam kek, punten punten gitu malu-maluin aja kau ini!" Jinan berucap sambil memutar bola matanya, kesal melihat kelakuan Mazaya salah satu sahabat sekaligus bagian Srikandi Fisabilillah.

"Hehee maaf, maaf kumii khilaf. Assalamu'alaikum," Mazaya hanya terkekeh menanggapi kemarahan Jinan.

"Wa'alaikumussalam, telat! Udah sini masuk! Aya-aya wae budak teh." Ujar Jinan sambil berjalan ke ruangan tengah.

Mazaya mengekor di belakang Jinan sembari menenteng kantong kresek yang cukup besar, yang entah apa isinya cukup memberatkan seorang Mazaya. Mereka berdua kemudian duduk di atas sofa sembari bersantai.

"Bawa apaan kamu Zaya? Banyak bener barang-barang ini kayak belanja bulanan." Melihat Mazaya membawa barang, Jinan penasaran dan melihat isi kantong kresek tersebut.

"Emang bener, biasa perintah dari kanjeng mami." Balas Mazaya. Jinan hanya mengangguk sambil terkekeh pelan mendengarnya.

"Sepi amat rumah mu umi, A Jio kemana? Ga keliatan abangmu itu," Tanya Mazaya yang celingukan mencari keberadaan kakak lelaki Jinan.

"Ga ada, ga tau kemana. Nongkrong sama temenya mungkin." Balas Jinan dengan mengendikan bahu.

"Ouuh, terus tadi kamu lagi ngapain atuh sendirian di rumah?" Mazaya bertanya lagi.

"Heh! Akutu yah, daritadi lagi murojaah hafalan! Kedatangan makhluk seperti dirimu murojaah ku jadi ambyar!" Jinan menoyor jidat Mazaya.

"Dihh, parah si kumi. Emangnya cewek secantik ini syaitoninrrojim apa," ucap Mazaya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ehh, tapi rajin banget sih murojaah mu umi, aku mah leha-leha yang ada. Jadi insinyur dech,"

"INSTRUKTUR"

"Salah kumii, INSPEKTUR."

"INSECURE! Ehh apa sih, jadi geje gini sih Zayaaa akh! Udah kamu kalo kesini ga ada kerjaan mending temenin aku sima'an, biar berguna dikit jadi manusia!"

"Punya wudu gak? Ini pegang mushafnya." Jinan menyodorkan mushaf yang sedari tadi dipegang olehnya pada Mazaya.

"Diih si kumi, punya sini bilang aja butuh partner." Ia menerima mushaf hafalan dan beralih posisi duduknya.

"Yuk ah bismillah. Aku baru sampe ayat 60 tadi," jelas Jinan.

"Oke, bismillahirrahmanirrahim."

"Makanya mii, cepet-cepet nyari partner murojaah seumur hidup biar ga sama tembok mulu kalo ga ada aku."

Priiitttt

☘️☘️☘️

Jangan bosen yaa dengan cerita ini, ikuti terus perjalanan Jinan dan pasukannya

JANGAN JADI PEMBACA GELAP😭
MINIMAL KALO GA FOLLOW DAN KOMEN YA VOTE ATUU JANGAN KAYAK DIA YANG MENGHILANG TANPA JEJAK HIKS😭
.
.
.
.
Kepoin Ig nya penulis yuks
@fatimah_khan
@diary_fatimahkhan

ANTA RUUHI (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang