_
■■■
Sejak para pengurus panti dan anak-anak tinggal di gudang, beberapa bagian bangunan panti asuhan mulai dirombak, akan dibangun ulang menjadi hotel yang megah bernuansa klasik seperti impian Dante.
Setiap harinya setelah mencari pekerjaan, Isabel akan mengunjungi panti untuk membantu dua pengurus yang bertahan tinggal di sana demi merawat anak-anak.
Tinggal Camilla dan Asti yang bertahan, sedangkan beberapa pengurus lainnya mengundurkan diri.
Isabel tersenyum sambil menatap anak-anak yang bermain dengan ceria di taman, tetapi ia selalu was-was karena takut jika mereka celaka karena ada alat berat di sekitar bangunan panti.
"Kakak, ada seseorang yang terus memperhatikanmu." Ruby, si anak kecil bermata biru yang kemana-mana selalu membawa boneka beruang kesayangannya itu berucap sambil menatap ke suatu arah.
Isabel mengikuti arah pandangnya, di lantai atas terlihat dari jendela ada seorang pria yang menatap ke arahnya, pria itu tak lain adalah Dante, sejak kapan dia di sana? Ia tidak menyadari kehadirannya.
"Kakak, dia orang jahat, kan? Dia membuat kita tinggal di gudang, dia juga membunuh kak Nolla, kudengar orang tuamu dibunuh juga olehnya."
Isabel mengalihkan pandangannya dari Dante, lalu ia menyelaraskan tingginya dengan Ruby sambil menganggukkan kepalanya. "Jadi, kau dan teman-temanmu jangan pernah mendekatinya, jangan pernah mendekati semua para pria itu, abaikan kehadiran mereka."
"Kenapa mereka tidak ditangkap?"
Isabel terdiam, lalu menatap ke arah Dante, tetapi ia tidak menemukannya lagi di atas sana, lalu ia beralih menatap Ruby. "Kakak sedang berusaha agar mereka semua ditangkap, jadi mari rahasiakan hal ini bersama." ucapnya sambil memberikan jari kelingkingnya untuk mengajaknya berjanji.
"Apa kakak akan berhasil?" Ruby tidak membalas janji kelingking dari Isabel.
"Apa kau ingat dengan teman kakak dulu yang bernama Luca?"
Ruby mengangguk, dan Isabel tersenyum. "Kakak sudah berbicara dengannya saat itu di telepon, dia akan kemari hari ini, dia berhasil mencapai cita-citanya menjadi polisi, dia berkata akan membantu kakak menangkap para penjahat itu."
Senyuman di bibir Ruby mengembang. "Sungguh?" Ia sangat senang karena merindukan tempat tinggalnya yang nyaman.
Isabel mengangguk lalu Ruby memeluknya. "Aku janji akan merahasiakan hal itu."
"Isabel."
Isabel mendongak dibarengi senyuman di bibirnya yang mengembang, dan matanya berbinar, di depannya ada seseorang yang baru saja mereka bicarakan.
Ruby melepaskan pelukannya dan menatap pria yang kini berdiri di depan mereka. "Apa kau kak Luca?" Ia tidak asing dengan wajahnya.
Luca tersenyum sambil mengelus kepala Ruby. "Iya benar, ah lihatlah, temanmu memanggilmu." bohongnya agar Ruby pergi berkumpul bersama teman-temannya, dengan mudah dia pun percaya.
Isabel tertawa kecil, Luca beralih menatapnya lalu memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu, Isabel."
Isabel membalas pelukannya, lalu ia menepuk pundak Luca dengan keras setelah dia melepaskan pelukannya. "Kau sekarang tumbuh lebih tinggi dariku."
"Hey, ayolah kita hanya berbeda usia dua tahun, kenapa kau dari dulu selalu mengungkit tinggi badanku, padahal aku dari dulu sudah lebih tinggi darimu."
Isabel tertawa kecil, Luca sudah ia anggap sebagai seorang sahabat karena pertemanan mereka yang sudah terjalin sangat lama.
"Haruskah kita pergi ke suatu tempat untuk membicarakan semua hal yang terjadi? Sepertinya tidak mungkin jika kita berbicara di sini."
Isabel mengangguk, lalu mereka akan pergi, tetapi seseorang memanggilnya.
"Isabel Marcellina."
Suara panggilan dengan nama lengkap itu langsung membuat Isabel berbalik dan mengerutkan keningnya.
"Kau akan pergi kemana? Dan... siapa kau?" Pria yang memanggil Isabel dengan nama lengkapnya itu menatapnya dan Luca secara bergantian.
"Aku kekasih Isabel, Luca Elio." Luca memperkenalkan dirinya sambil mengajak pria itu berjabat tangan.
Pria itu menerima jabat tangan dari Luca. "Dante Lorenzo." Dia mengeja namanya dengan sengaja dinadakan, beralih menatap Isabel dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"
Dante tertarik untuk menghancurkannya, sepertinya seru.
"Sepuluh tahun, kami berkencan sejak usia lima belas tahun sampai sekarang." Isabel menggenggam tangan Luca dan mengangkatnya, sejenak dia tampak terkejut karena ia tak pernah menggenggam tangannya.
Menyadari Isabel mengikuti kebohongannya, Luca pun mencium tangannya. "Ya, sepuluh tahun. Sudah lama, bukan?"
Dante tampak terlihat tidak senang, apa Isabel salah melihatnya?
"Iya sudah lama sekali." Dante berucap dengan ketus.
"Kami akan pergi berkencan sekarang, permisi." Luca mengenggam erat tangan Isabel, lalu mereka pergi.
Dante menatap kepergian mereka dengan perasaan yang sulit ia artikan, ia memegangi area jantungnya yang anehnya terasa berdenyut nyeri.
Di malam hari, Dante menghabiskan waktunya dengan tidur bersama seseorang, dan sudah banyak alkohol yang ia minum dengan harapan agar tentang Isabel hilang dalam ingatannya, setidaknya terlupakan sejenak, tetapi justru malah semakin melekat.
Dante pun bukan pertama kalinya melihat Isabel saat mereka di aula, tetapi ketika satu tahun yang lalu, di mana ia berkunjung ke panti, tanpa turun dari mobilnya ia melihatnya sedang bermain bersama anak-anak, dia terlihat seperti orang yang sangat ceria dan baik hati, penuh kelembutan, tetapi ternyata sangat garang sekali, jauh dari dugaannya.
TBC
Jatuh cinta itu namanya bang 🤡
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐄 𝐀 𝐑 𝐋 𝐄 𝐒 𝐒
Ficção AdolescenteDante yang awalnya hanya berniat menghancurkan kehidupan Isabel, seiring berjalannya waktu malah membuatnya terobsesi untuk memilikinya. Apa yang harus Dante lakukan agar Isabel yang membencinya menjadi miliknya? Note: CERITA INI DARI PIKIRAN AKU SE...