Dante yang awalnya hanya berniat menghancurkan kehidupan Isabel, seiring berjalannya waktu malah membuatnya terobsesi untuk memilikinya.
Apa yang harus Dante lakukan agar Isabel yang membencinya menjadi miliknya?
Note:
CERITA INI DARI PIKIRAN AKU SE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
■■■
Isabel menatap ke luar jendela dengan mata sembab dan memerah.
Lorong-lorong panjang kereta api bergoyang dan roda-roda besi beradu dengan rel, menciptakan derak dan gemuruh yang khas, memecah keheningan jalanan yang dilalui.
Desis uap pun terdengar dan menciptakan kabut di sepanjang rel yang dilalui. Di setiap pemberhentian, Isabel masih dengan tatapan kosong dan dengan isi kepala yang berisik, seolah sama bergemuruhnya dengan suara kereta yang melaju.
Setelah melalui perjalanan yang panjang dengan kereta api, Isabel menaiki kapal feri yang menuju Venesia dengan membeli tiket kelas ekonomi.
Setelah perjalanan dengan kapal feri pun untuk ke Venesia kembali menaiki kereta api, perjalanan memakan waktu yang sama panjangnya, Isabel tidak peduli dengan perutnya yang keroncongan walaupun ada kesempatan untuk membeli makanan saat di kapal feri.
Dan perjalanan yang dilalui Isabel ini adalah perjalanan terjauh pertamanya.
Isabel ingin tidur sekarang, bukan ingin makan, ia ingin beristirahat, tetapi ia sulit terlelap tidur, pikirannya benar-benar kacau...
***
Di tempat telepon umum Luca tengah mencoba menelepon Isabel, sehari saja tidak menghubunginya ia benar-benar cemas, tetapi dia jarang sekali mengangkat teleponnya, atau begitu sebaliknya, jika ia tidak sedang berada di rumah telepon darinya tidak terangkat.
Luca menghela napas secara kasar sambil meletakkan telepon tersebut di tempatnya, lalu terdiam sejenak sebelum keluar dari bilik telepon, ia berdecak saat mengingat terakhir kali pembicaraan sengit mereka di telepon.
Entah apa yang benar-benar membuat Isabel marah padanya, Luca tidak mengerti dan sulit memahaminya walaupun mereka sudah lama berteman.
Di sisi lain, Isabel orang yang tengah dipikirkan oleh Luca itu telah tiba di Venesia. Dia mencoba mencari alamat rumahnya dengan penglihatan yang mulai berkabur dan pening di kepalanya semakin meningkat.
Isabel merasa hampir tidak sadarkan diri dengan wajah yang pucat, tetapi ia ingin menemui Luca terlebih dahulu, baru ia akan merasa aman dan setidaknya sedikit lega karena merasa tidak sendirian.
"BRUKK!"
Tubuh Isabel jatuh ke bawah dengan kesadaran yang secara perlahan mulai menghilang.
Orang-orang di sekitar pun menghampirinya dengan panik dan mencoba menanyakan beberapa pertanyaan padanya karena belum sepenuhnya ia kehilangan kesadarannya, kedua matanya masih sedikit terbuka.
"Luca..."
Seorang polisi wanita yang kebetulan ada di antara orang yang menolong Isabel itu terkejut mendengar nama orang yang dikenalnya. "Apa kau ingin bertemu dengan Luca-"