𝟔. 𝐇𝐢𝐬 𝐏𝐥𝐚𝐧

1.1K 46 0
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Setelah berpikir dengan panjang, Isabel memutuskan akan bekerja di bar dengan posisi sebagai menyajikan minuman pada pengunjung VIP.

Namun, Isabel sebelumnya berpikir tempat bar itu kecil, tetapi bar tempat kerjanya sekarang begitu luas, sampai-sampai ada beberapa kamar, dan meja-meja untuk berjudi, ini lebih seperti bukan tempat bar. Para pengunjung yang datang pun tampaknya bukan orang biasa, penampilan mereka terlihat tidak sederhana, justru sangat glamor.

"Hey, anak baru, jangan terus melamun, antarkan pesanan ini ke kamar nomor empat."

Isabel dengan segera mengambil nampan yang berisikan sebotol vodka dingin dan tiga gelas kosong.

Sebelum masuk ke kamar nomor empat, Isabel dengan ragu mengetuk pintu lalu membukanya, dan masuk ke dalam sana dengan kepala tertunduk.

Namun, saat Isabel mendongak betapa terkejutnya ia mendapati Dante yang duduk di sofa bersama seorang wanita berbusana minim, dia menatapnya dengan seringaian yang terlihat di bibirnya.

"Letakkan itu di sana." Melihat Isabel mematung dalam waktu yang lama, Dante menyadarkannya.

Isabel dengan terburu-buru meletakkan pesanan pria itu, dan saat hendak pergi, Dante menghentikannya. "Pelayananmu buruk sekali, apa kau benar-benar akan langsung pergi?"

Isabel berbalik. "A-apa yang harus aku lakukan?" tanyanya bingung.

"Sajikan minuman itu untuk kami." Dante berucap sambil meletakkan salah satu tangannya pada pundak wanita yang duduk di sampingnya.

Isabel masih diam, ia tidak ingin menyajikan minuman pada Dante, ia ingin segera pergi.

"Aku akan memberikanmu tip, duduk dan sajikan minuman itu."

Isabel dengan ragu duduk di sofa lainnya lalu akan menuangkan minuman itu, tetapi dicegah oleh Dante. "Sajikan saat aku memintanya."

Isabel berusaha menahan kekesalannya. "B-baik."

Isabel terus menatap lurus pandangan di depannya dengan kepala tertunduk, sedangkan Dante berbincang dengan wanita itu, wanita itu pun berucap dengan sangat manja padanya.

"Aku akan pergi." Isabel berdiri, ia tidak nyaman jika terlalu berlama-lama berada di sekitar mereka, apalagi jika hanya terus diam dan ia merasa Dante terus memperhatikannya.

"Tuangkan minuman itu."

Isabel dengan kesal kembali duduk lalu menuangkan minuman itu.

"Fokus, Isabel. Kau telah menumpahkan minuman mahal itu."

Isabel terkejut dan segera berhenti menuangkan minuman itu.

"Aku akan pergi, aku sudah menuangkannya." Isabel tidak peduli tentang uang tip, ia tidak nyaman terjebak dalam situasi seperti ini, ia akan pergi saat ini juga.

"Menyingkir dariku." Setelah Isabel pergi, Dante mendorong wanita malam itu, tetapi dia kembali mendekatinya, ia pun melayangkan tatapan tajam padanya. "Pergi dari sini." tekannya.

Wanita itu dengan kecewa pergi dari sana, Dante mengambil segelas alkohol yang dituangkan oleh Isabel, lalu ia meneguknya dan menyesap ujung gelas yang sempat terkena bagian tangan Isabel.

Dante menghembuskan napasnya secara perlahan sambil menyandarkan punggungnya pada sofa, lalu ia tersenyum menyeringai, rencananya untuk membuat Isabel bekerja di salah satu bar miliknya ini berhasil, ia yang membuatnya dipecat tanpa alasan saat di toko bunga, dan pria yang menawarkan pekerjaan itu adalah anak buahnya.

"Isabel, waktumu untuk hidup tenang sudah habis, aku akan membuat hidupmu menderita."

***

Waktu pulang bekerja hampir tiba, Isabel benar-benar tidak menyukai bekerja di bar, ia memutuskan akan berhenti setelah mengambil gajinya di minggu pertama, untungnya sistem gaji di tempat itu tidak lama sampai satu bulan, tetapi gaji diberikan setiap minggu.

"Isabel, ada yang ingin bertemu denganmu, temuilah, kau bisa mendapatkan banyak uang darinya." Seorang wanita yang bekerja di posisi bartender berucap sambil menyenggol lengannya, dan menunjuk ke suatu arah.

Dari tempatnya berdiri, Isabel melihat Dante tengah menatap ke arahnya sambil minum bersama para pria lainnya di ruang berjudi.

"Aku tidak mau ke sana."

"Isabel, jika kau menolaknya, citra bar ini akan buruk, semua pekerja harus melayani pengunjung dengan baik, ayo cepat." Isabel didorong dengan lebih kuat oleh wanita itu, lalu ia dengan ragu melangkah menghampiri Dante.

"A-apa kau memanggilku?" Isabel bertanya setelah berdiri di samping Dante.

"Aku yang memanggilmu, apa kau mengingatku?" Seorang pria lain mengangkat tangannya sambil mengisyaratkan agar Isabel mendekat padanya.

Isabel mengingat pria itu, dia adalah orang yang saat itu berada di restotan yang duduk satu meja dengan Dante, sepertinya dia adalah temannya, tetapi pertemanan mereka terlihat palsu.

"Duduk di sini dan hidangkan kami minuman." Pria itu menepuk pahanya sendiri, mengisyaratkan agar Isabel duduk di pangkuannya.

"Menjijikkan." Isabel secara spontan mengatakan hal itu.

Pria itu dengan marah lantas berdiri dan akan melayangkan pukulan pada Isabel, tetapi ia berhasil menghindar karena Dante menarik tangannya.

"Ini waktumu pulang, cepat pergi." Dante berucap dengan menatap Isabel begitu dingin, dengan segera dia pergi dari sana.

"Kenapa kau membiarkannya pergi??" Pria yang tertarik pada Isabel itu emosi pada Dante.

"Jam kerja dia sudah habis." Dante berucap sambil duduk di kursi lalu meneguk minumannya dengan mata yang tertuju ke arah Isabel yang sedang bersiap untuk pulang.

Hanya Dante yang boleh mengganggu Isabel, ia tidak ingin ada orang lain yang ikut campur urusannya.

TBC

Next??

Jangan lupa vote, komen, dan follow 🦋qinazxaa🦋, makasih!

𝐅 𝐄 𝐀 𝐑 𝐋 𝐄 𝐒 𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang