𝟏𝟕. 𝐖𝐨𝐮𝐧𝐝𝐬

743 31 6
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Isabel tak kunjung kembali ke panti asuhan walaupun hari sudah malam, Dante bertanya-tanya, kemana dia?

Dante yang seharian berada di panti asuhan hanya untuk menunggu Isabel, akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumahnya.

Dante dengan ragu mengetuk pintu rumah Isabel, tetapi pintu tak kunjung dibukakan walaupun ia sudah lama mengetuk pintu.

Dante menatap arlojinya, ia anehnya merasa khawatir, Isabel baik-baik saja, kan? Apa yang terjadi dengannya? Kemana seharian ini dia pergi?

"Apa yang sedang kau lakukan di depan rumahku?"

Dante menoleh ke belakang, mendapati Isabel dengan wajah muram dan terlihat sangat lelah.

"Seharian kau kemana saja? Pengurus panti dan anak-anak mencemaskanmu."

Isabel memalingkan wajahnya, lalu ia berjalan ke arah pintu untuk masuk ke dalam rumahnya, tetapi Dante menghalanginya.

"Jangan abaikan aku, jawab aku."

"Aku pergi untuk menjual rumahku, sekarang minggir." Isabel berucap dengan kemarahan yang terlihat di matanya. 

"Kenapa kau menjual rumahmu?" Dante kembali menghalangi langkah Isabel.

Isabel menghela napas secara kasar dan menatap Dante dengan begitu tajam. "Tentu saja untuk menyelamatkan mereka dari orang sepertimu."

"Minggir." Isabel berusaha berjalan ke arah lain, tetapi lagi-lagi Dante menghalanginya.

"Apa yang kau inginkan??!!" Emosi Isabel meledak, dibarengi air matanya yang mengalir.

Isabel sudah sangat lelah, ia ingin beristirahat, ia telah berhasil menjual rumahnya melalui agen real estate, mengurus berkas-berkas penting, dan mencari rumah baru untuk mereka tinggali.

Isabel akan membereskan rumahnya sekarang dan pergi ke panti asuhan untuk mengajak anak-anak dan pengurus panti ke tempat tinggal yang baru.

Dante terdiam, ia merasa tak senang melihat Isabel menangis, ia ingin menyeka air matanya, tetapi di saat yang sama ia pun tidak ingin melakukannya.

Dante memutuskan menyingkir dari hadapan Isabel, dia lantas masuk ke dalam rumahnya dengan menutup kencang pintu rumahnya.

Dante menatap pintu rumah Isabel dengan pikiran berkecamuk, ada apa dengannya? Ia merasa sangat gelisah dan tertekan sekarang, rasanya kedua tangannya ingin ia gunakan untuk merengkuh tubuh Isabel yang terlihat lemah.

Dante dengan ragu akan kembali mengetuk pintu, tetapi ia mengurungkan niatnya, ia pikir Isabel sekarang terlihat sangat membutuhkan waktu untuk sendiri, ia tidak ingin mengganggunya lebih dulu.

𝐅 𝐄 𝐀 𝐑 𝐋 𝐄 𝐒 𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang