𝟐𝟕. 𝐀 𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧

574 20 0
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Isabel berjalan mondar-mandir di tepi jalan sambil melipat kedua tangannya di atas perut, ia sebentar lagi sampai di rumah setelah mencari pekerjaan di mana-mana, salah satunya di bar dulu tempat ia bekerja, ia tengah berpikir keras, di mana lagi harus mencari pekerjaan, rata-rata menolaknya, bahkan sebelum ia melakukan wawancara.

Isabel berdecak dan menghela napas secara kasar, ia menyatukan kedua alisnya saat melihat sebuah mobil melaju ke arahnya dan menepi di sampingnya.

Isabel berusaha menahan emosinya saat melihat orang yang mengemudikan mobil itu, dia tersenyum lalu mengangkat tangannya. "Selamat malam."

Kemudian dia keluar dari mobil dan berdiri tepat di depan Isabel.

"Isabel, kudengar kau membuat keributan saat di bar, apa itu benar?" Dante memasukkan kedua tangannya pada saku celananya, ia bertanya dengan nada bicara yang tenang, tetapi wajahnya terlihat begitu licik.

"Temanmu yang lagi-lagi kurang ajar! Aku ke sana untuk mencari pekerjaan!"

Dante terkekeh. "Bukankah kau membenci bekerja di sana? Kenapa kau ingin kembali?"

Isabel memalingkan wajahnya, ia tidak mungkin memberitahu alasannya.

"Apa kau membutuhkan uang?" Dante bertanya sambil mengangkat salah satu tangannya ke arah Isabel.

Isabel pun dengan sigap menahan tangan Dante yang akan menyentuh pundaknya.

Dante tertegun. "Refleks yang bagus." Sudah ia duga, Isabel pasti dilatih oleh seseorang, kali ini refleksnya dan ketahanannya jauh berbeda.

Ini menarik, Dante akan mencari tahu siapa yang mengajarinya

"Kau bisa bekerja padaku jika kau ingin uang." Dante melanjutkan ucapannya yang belum tersampaikan.

"Jadilah pelayan pribadiku."

Isabel memutar bola matanya sambil melipat kedua tangannya di atas perut. "Aku lebih baik kelaparan daripada menjadi pelayanmu."

Dante terkekeh, ia sudah menduga jawaban dari Isabel.

Dante pun menyadari sepertinya Isabel mulai kembali kesulitan uang seperti dulu, lalu ia lebih mendekat padanya. "Kau bisa menahan laparmu, tetapi bagaimana dengan anak-anak? Apa kau akan menyiksa mereka?"

Isabel menelan ludahnya, apa pun yang terjadi ia tidak boleh goyah, menjauh dari Dante adalah salah satu hal yang harus ia lakukan.

"Aku akan berusaha mencari pekerjaan lain." Isabel menjawab dengan tatapan sengit.

Dante lantas mentertawakannya. "Semoga beruntung." ucapnya sambil tersenyum.

Isabel menahan emosinya, lalu pergi dari hadapannya.

𝐅 𝐄 𝐀 𝐑 𝐋 𝐄 𝐒 𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang