BAGIAN 14

704 61 7
                                    

***

"Jadi bagaimana ?", ucap Rafael ketika melihat Noa masuk kedalam kamarnya.

Noa saat ini berada dikamar rafael, entah apa yang sedang direncanakan oleh Rafael ia juga tidak tau sebab pria itu hanya menyuruhnya untuk meminta Irene untuk menemuinya dikamar hotel milik rafael.

"Apa ?" ucapnya bingung karena tiba-tiba rafael menodongnya pertanyaan begitu ia masuk.

"Astaga.. sayang maksudku Irene temanmu, kau sudah mengabarinya kan ?",

Rafael menangkup wajah kekasihnya gemas, heran melihat Noa yang masih belum paham tentang pesan yang semalam ia kirim sewaktu acara makan bersama itu.

"Oh .. Sudah, tapi pesannya belum dibalas. Lagian kenapa harus mengajak Irene ?, misinya kan mendamaikan Ivar dan Nathan, kenapa temanku harus ikut-ikutan ?",

Noa merapikan sofa yang berantakan, penuh dengan bungkusan cemilan dan berbagai bekas makanan lainya.

"Ivar juga harus minta maaf pada Irene",

"Benar juga, bagaimana dengan Nathan ? Kau sudah memberitahunya ?".

"Sudah, aku mengaku sedang flu dan demam padanya kalau tidak mana sudi dia mau kesini, ada Ivar katanya".

Dering telfon terdengar dari tas Noa yang ia pakai hari ini, segera ia merogoh tasnya. Memeriksa nama pemanggil yang tertera Irene Kim's disana.

"Irene akan kesini",

"Bagus", kata Rafael dengan mengangkat jempolnya kearah Noa.

Rafael terlihat mencari sesuatu didalam tas bajunya, ia mengambil handuk kecil. Otaknya bahkan memproses dengan cepat, langsung saja ia membawa handuk itu kedalam kamar mandi membasahinya dengan menggunakan air hangat.

Untung saja pihak hotel menyediakan toilet yang didalamnya terdapat dua jenis air untuk mandi, 1 air dingin dan 1nya lagi air hangat.

Itu akan memudahkan dirinya melakukan niat awalnya. Segera ia membuka kerang air hangat didepannya, tangannya terulur membasahi handuk itu. Setelah memastikan handuk itu sudah bisah ia langsung membasuh wajahnya dengan handuk hangat itu memastikan tidak ada celah yang tertinggal dari jangkaun handuk hangat itu sehingga suhu badannya menjadi hangat seperti sedang demam.

Mengopres seluruh badannya agar lebih meyakinkan kalau ia memang benar sedang demam.

"Sedang apa Raf ?", Noa datang dengan kening berkerut didahinya.

"Sedang membuat agar misi lebih meyakinkan",

"Ya ampun Raf !",

Noa terkekeh melihat Rafael masih menutup wajahnya menggunakan handuk hangat yang tadi ia basahi. "Kau memang totalitas tanpa batas" ucapnya lagi.

"Tapi tunggu, itu sepertinya belum cukup",

Noa memutar tungkainya, meninggalkan Rafael yang sesekali membasahi handuk kembali lalu kemudian menyimpannya lagi diwajahnya. Setelah beberapa detik Noa kembali dengan tasnya yang ia bawa serta.

"Itu apa ?",

Noa mendekat menyuruh Rafael membuka handuk diwajahnya. Dengan telaten Noa memakaikan stik councealer yang biasa digunakan perempuan ketika ingin menyamarkan kantung mata mereka pada bibir Rafael agar terkesan memiliki wajah pucat, ia juga sedikit menambahkan sesuatu dibawa mata Rafael agar matanya lebih terlihat meghitam.

A Glimpse of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang